Kaisar keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang sudah terlihat jauh lebih segar. Kaos ketat polos berwarna hitam, melekat di tubuh bagian atasnya. Mencetak otot-otot perut dan dadanya yang terbentuk sempurna. Dengan bawahan celana jeans gelap, pria itu hanya melirik sekilas pada keberadaan Alea yang duduk di sofa, sedang menunggu gilirannya untuk mandi.
Kaisar tak bertanya, tidak juga menyapa. Yang pria itu lakukan selanjutnya adalah meraih jaket yang tergantung di dalam lemari bajunya. Memakainya cepat sembari berlalu keluar dari dalam kamar.
Ini adalah malam pengantinnya bersama Alea. Hanya saja, gemuruh di dalam hati Kaisar memaksa pria itu untuk meninggalkan rumah. Dia butuh ketenangan dan juga membutuhkan pelampiasan akan kekesalan hatinya yang bahkan tak dapat menolak keinginan sang mama.
Entah apa yang harus Kaisar lakukan kelak untuk membohongi Dias, kekasihnya, akan pernikahan yang baru tadi sore dilakukan secara rahasia karena hanya kerabat dekat saja yang menghadirinya.
Menuruni anak tangga dengan tergesa. Langkah kakinya yang berat, menimbulkan suara berisik yang menarik perhatian Kristi. Perempuan lima puluh tahun itu sedang membereskan meja, sisa perjamuan makan malam dengan para keluarga setelah akad nikah Kaisar selesai tadi.
"Kai!" panggil Kristi menolehkan kepala Kaisar.
Dengusan halus keluar dari sela bibir Kaisar karena tidak menyangka jika dia akan bertemu mamanya. Kaisar pikir, sang mama sudah berada di dalam kamarnya. Beristirahat lantaran capek setelah menjamu beberapa keluarga yang datang. Namun, rupanya yang ada malah Kristi mencegat langkah kakinya.
"Ini hari pertamamu menikah dan kamu malah mau pergi?" tanya Kristi memperhatikan penampilan Kaisar malam ini.
"Ma, aku hanya ingin keluar sebentar. Ingin menghirup udara segar di luar."
Mata Kristi menyipit mendengar jawaban sang putra. Tak lantas percaya begitu saja, Kristi justru menodong pria itu dengan sebuah tanya. "Jangan katakan jika kamu ingin menemui Dias?"
Kaisar mengembuskan napas panjang. Mama memang tak mudah dibohongi begitu saja. Karena apa yang beliau katakan memang benar adanya. Kaisar memang membutuhkan Dias sebagai sandaran di saat hatinya sedang resah dan fisiknya yang lelah.
"Hanya sebentar saja, Ma. Setelah itu aku akan kembali pulang."
"Kai, kamu harus ingat jika hari ini kamu telah menikahi Alea. Mama mohon sama kamu, lepaskan Dias. Kalian tidak mungkin bisa kembali bersama. Ada Alea yang harus kamu jaga hatinya, Kai. Mama mohon!"
"Ma, aku mencintai Dias. Tidak mudah untuk bisa melupakan Dias begitu saja. Aku sudah mengikuti apa yang mama inginkan untuk menikah dengan wanita yang bahkan baru aku kenal. Jadi aku juga mohon sama mama. Jangan halangi aku untuk tetap berhubungan dengan Dias."
"Tapi bagaimana dengan Alea, Kai?"
"Aku yakin dia juga tidak akan keberatan karena aku juga tahu. Dia menikah denganku juga karena terpaksa hanya untuk mengikuti keinginan mama."
"Kai!"
"Ma! Biarkan semua berjalan apa adanya. Aku akan merahasiakan pernikahan ini dan jangan sampai Dias tahu tentang Alea. Aku tidak ingin menyakiti Dias. Kumohon mama pun mengerti tentangku. Sudah cukup aku berkorban untuk mengikuti kehendak mama. Sekarang biarkan aku mengejar kebahagiaanku juga. Aku pergi dulu."
Tubuh Kristi luruh terduduk di kursi menatap kepergian Kaisar yang kini sudah keluar meninggalkan rumah.
Ada rasa sedih yang beliau rasakan melihat sikap acuh Kaisar. Namun, Kristi juga tak bisa terus mengatur kehidupan Kaisar. Putranya juga memiliki kehidupan yang tidak bisa semuanya dia setir. Dengan Kaisar mau menikahi Alea saja beliau sudah bersyukur. Setidaknya janji pada almarhumah Alana untuk menjaga Alea sudah terlaksana. Sekarang yang bisa Kristi lakukan hanyalah membiarkan waktu yang bicara. Jika memang Tuhan menakdirkan Alea dan Kaisar berjodoh, maka rintangan sebesar apapun pasti dapat dilewati.
•••
Di dalam kamar Kaisar, Alea baru saja selesai mandi. Memperhatikan kamar milik lelaki yang baru pertama kali ini dia masuki. Ada rasa kurang nyaman tinggal di rumah ini tapi Alea tidak bisa berbuat banyak selain mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya selama ini.
Bukan Alea tidak tahu jika Kaisar menikahinya karena terpaksa. Tapi Alea tidak perduli akan itu semua. Karena Alea sendiri juga hanya mengikuti kata hatinya saja saat menerima perjodohan yang dirancang oleh Kristi dan Kresna. Tak mau ambil perduli dengan tidak adanya keberadaan Kaisar di dalam kamar ini. Tubuh yang lelah memaksa Alea untuk merebahkan badannya di atas ranjang. Hanya satu yang ingin wanita itu lakukan. Tidur dan mengistirahatkan tubuhnya karena esok pagi harus kembali bekerja.
Sementara itu, di tempat lain. Kaisar berdiri di depan pagar rumah minimalis tempat di mana Dias, sang kekasih, tinggal hanya berdua dengan ibunya. Iya. Dias memang sudah tidak lagi memiliki seorang ayah. Hanya tinggal bersama ibunya yang janda dan Dias adalah tulang punggung keluarga.
Sudut bibir Kaisar melengkungkan senyuman kala melihat sang kekasih membuka pintu dan berjalan mendekatinya dengan keheranan.
"Loh, Kai. Malam-malam begini kenapa ke sini?" tanya Dias yang terkejut akan kedatangan Kaisar. Pasalnya, saat ini sudah pukul sepuluh malam. Tidak biasanya Kaisar akan bertamu di jam yang tidak wajar karena pria itu terkenal dengan kesopanannya.
Bukannya menjawab, yang Kaisar lakukan justru menarik tubuh Dias mendekat. Pria itu tiba-tiba memeluk tubuh Dias erat membuat wanita itu dilanda kepanikan.
"Kai, ada apa? Jangan asal peluk sembarangan. Nanti dilihat orang bisa dipaksa nikah sekarang kita," ucap Dias sembari mendorong tubuh Kaisar menjauhinya.
Kaisar terkekeh pelan. "Ikut aku sebentar."
Dan Dias tak mampu menolak kala Kaisar sudah menarik tangannya dan memaksa untuk masuk ke dalam mobilnya.