Hamish baru kembali ke ruangannya setelah meeting, menemukan beberapa panggilan telepon dari Lea. “Jarang-jarang dia telepon duluan, apa ada sesuatu?” gumam Hamish yang khawatir. Segera menelepon ke nomor istrinya. “Sayang—” “Kamu baru selesai meeting?” “Iya, ada apa? kamu di mana sih sekarang?” “Aku di rumah sakit,” jawab Lea, suaranya sedikit berbeda seperti serak. “Kamu mual lagi? apa pusing?” “Bukan keduanya, tapi sedih.” Hamish terdiam, semakin heran. “Sedih?” “Tidak dapat tiketnya,” Kening Lea semakin mengernyit, “tiket, apa—” “Konsernya.” ‘Yes!’ Batin Hamish bersorak senang, bagus dia tidak kelepasan atau Lea akan mengamuk. “Yah, kok bisa sayang?” “Ya, kalah cepat.” Suara Lea lemas. Buat Hamish yang semula senang jadi tidak tega juga. “Terus bagaimana?” “