Chapter 22

1993 Words

Suasana makan malam yang sangat menegangkan. Seumur hidupnya Pandan tidak pernah merasakan suasana dingin seperti sekarang ini di meja makan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu alih-alih candaan hangat yang biasanya acapkali mereka lakukan. Khususnya apabila kedua orang tuanya ikut makan bersama. Suasananya langsung ceria dengan segala celotehan-celotehannya. Kali ini formasi mereka memang tidak lengkap. Ayahnya sedang mempunyai urusan di luar. Di meja makan hanya ada ibunya, kakaknya dan Mbak Puput, pacar kakaknya. Malam ini Pandan gelisah sekali. Air yang diminumnya bagai duri, dan nasi yang dimakannya bagai sekam. Ia merasa sungguh-sungguh tidak nyaman. Ia seperti seorang pesakitan yang sedang menunggu hukuman. Sedikit saja ia membuat kesalahan, pasti keributan akan pecah. Tin

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD