LXIII

1110 Words

Zahra tak pernah membayangkan ia akan memiliki teman perempuan. Selama ini, hidupnya selalu ia habiskan dengan Kahfi dan para sahabat mereka. Selain takut digunakan sebagai alat untuk mendekati Kahfi, Zahra paling tidak suka jika hubungan tersebut diisi oleh perasaan-perasaan remeh seperti iri dan sebagainya. “Gue minta maaf banget sama sikap yang kemarin-kemarin. Gue tahu sih lo pasti dendam banget, tapi semua orang pasti punya ke-khilafannya masing-masing.” Ucap Aini sembari menatap Zahra. Ia tak berharap banyak. Hidupnya sudah hancur karena ambisi orang tuanya memiliki menantu seperti Kahfi. Ia tak memiliki kerabat atau teman. Terlebih setelah hari dimana ia memutuskan untuk keluar dari rumah keluarganya. “Gue yakin nggak mudah dapetin maaf lo, Ra, tapi setidaknya gue udah pernah menc

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD