bc

Mantan Suami Untuk Putriku

book_age18+
4.7K
FOLLOW
31.6K
READ
love-triangle
family
HE
arranged marriage
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

#EroticLovestorygenz

#Dewasa

#21+

Venus merasa dirinya seperti Cinderella dalam dunia dongeng, saat Regan si lelaki kaya nan tampan datang kedalam hidupnya. Memiliki kehidupan mapan, serba kecukupan tentu saja impian semua wanita, termasuk Venus. Saat Regan berhasil merebut hatinya dalam waktu sekejap, Venus terbuai dalam euphoria jatuh cinta yang begitu dalam, hingga ia tidak sadar alasan dibalik Regan menikahinya. Regan hanya terjebak dalam rasa bersalah beberapa tahun silam, dimana ia tanpa sengaja membuat seseorang kehilangan nyawa. Dan orang tersebut adalah Ayah kandung Venus. Sebuah penyesalan untuk masa lalu yang justru menimbulkan luka dan penyesalan baru untuk Regan dan Venus. Bikan hanya itu saja, Venus pun mengalami gangguan kejiwaan akibat kenyataan pahit yang harus ia rasakan. Mampukan Venus menyembuhkan luka masa lalu dan kembali menerima Regan?Bahkan setelah hadirnya putri kecil buah hati mereka yang tidak pernah diketahui oleh Regan.

chap-preview
Free preview
1. memulai kehidupan baru
Hujan rintik-rintik di akhir penghujung bulan September membuat suasana pagi hari sedikit suram. Secangkir kopi panas mampu membuat tenggorokan menghangat. Beberapa pengunjung lain mulai berdatangan, yang semula hanya dirinya sendiri. "Lagi?" Seorang pelayan menghampiri dan tersenyum samar. "Boleh." Venus yang sejak tadi duduk di salah satu sudut cafe itu menyodorkan cangkir kosong pada si pelayan yang sudah mengenalnya. Mereka berhubungan baik, apalagi setelah dua bulan lalu mereka tinggal di satu wilayah yang sama. "Jus buah saja. Kamu bisa kena asam lambung." Ucapnya, sambil membawa cangkir kosong milik Venus. Venus hanya tersenyum menatap kepergian Reinand, seorang barista sekaligus pemilik cafe yang setiap pagi Venus kunjungi. Tidak berselang lama Rei datang. Lelaki itu benar-benar membawa satu gelas jus. "Minum ini," Rei menyodorkan gelas tersebut. "Jus apa? Warnanya aneh," Venus memperhatikan jus berwarna merah itu dengan seksama. "Jus buah naga dan buah lainnya. Kamu butuh banyak nutrisi. Lihat tubuhmu sudah sangat kurus." Venus tertawa pelan. "Sejak dulu aku memang tidak pernah gemuk. Sebanyak apapun aku makan, tetap akan seperti ini." "Tapi dulu kamu terlihat jauh lebih segar." Venus meringis pelan. "Bunga yang sudah dihisap madu manisnya pasti akan layu." Jawabnya. "Aku berangkat dulu ya, sampai nanti." Venus meneguk setengah jus yang ada di dalam gelas, lalu ia pergi meninggalkan cafe tersebut. Langkah Venus tergesa menuju seberang cafe, dimana ia bekerja saat ini. Gerimis pun membasahi pakaian dan tubuhnya, hingga meninggalkan bercak basah hampir di seluruh pakaian yang dikenakannya. "Nggak bawa payung, Mbak?" Tanya seseorang yang juga mengenalnya. "Ketinggalan." Jawab Venus sambil menepuk pundaknya bergantian. Musim penghujan memang sedikit merepotkan. Tapi Venus menyukai musim hujan, meskipun ia pernah menangis dalam derasnya guyuran air hujan. Dua kejadian yang ditangisinya, tapi hujan juga yang mampu menyembunyikan seberapa besar luka itu menyayat hatinya. Kejadian yang tidak akan pernah dilupakan Venus seumur hidupnya. "Mau nggak?" Mega menggeser kursinya, menghampiri dengan membawa satu kotak coklat. Dari merek yang terlihat dari bungkusnya, sudah dipastikan coklat tersebut memiliki harga cukup mahal. "Dari siapa?" Pertanyaan yang patut ditanyakan sebelum Venus mengambil coklat tersebut. "Rama." Balas Mega dengan senyum jahil. "Kali ini halal, bukan hasil malak kayak waktu itu." Lanjut Mega sambil menyuapkan coklat kedalam mulutnya. "Makanan halal memang selalu enak." Berbeda dari pagi sebelumnya, pagi ini Venus merasa sedikit berbeda di ruang kerjanya. Terutama saat kehadiran Bu Dian yang tiba-tiba dengan beberapa OB di belakangnya. "Tolong bersihkan ruangan ini." Perintahnya. "Dan untuk kalian, bereskan meja masing-masing, jangan sampai meja kerja seperti minimarket. Makanan dimana-mana." Bu Dian menunjuk meja Mega, dimana ia selalu menyetok berbagai macam jenis makanan. Bu Dian tidak salah jika menyebut meja kerja Mega seperti minimarket. "Ada apa? Tumben." Venus yang tidak merasa pagi ini sedikit aneh dan berbeda dari biasanya, berbisik menghampiri Mega. "Nggak tau ya, kalau hari ini ada rapat penting. Si Bos dapat proyek besar. Ralat, bukan besar lagi tapi maha besar, alias sangat besar. Tuh, lihat aja auranya bahagia terus dari minggu kemarin." Mega menunjuk Pak Fadli yang sudah berdiri di samping Bu Dian. "Oh," Venus hanya menganggukan kepalanya. Berita mengenai proyek besar yang diucapkan Mega barusan memang sudah terdengar sejak lama. Tapi Venus tidak begitu peduli. Baginya asalkan perusahaan membayarnya tepat waktu dan tidak memberikan pekerjaan di luar kemampuannya ia tidak perlu tau gosip-gosip atau info apapun. Venus benar-benar tidak akan peduli. "Venus, Muti, kalau sudah selesai segera ke ruang meeting." Ucap Pak Fadli. "Baik, Pak." Balas Mega. Venus memiliki jabatan yang cukup penting di perusahaan itu. Bukan jabatan tinggi, tapi Venus selalu dilibatkan dalam setiap meeting besar, termasuk kali ini. Pak Fadli sering meminta pendapatnya, meski tak jarang pendapat Venus tidak di dengar. "Tau nggak gosip yang lagi rame akhir-akhir ini?" Tanya Mega dengan antusias. Sayangnya Venus hanya bergumam pelan, seolah tidak ingin menanggapi ucapan Mega. Venus justru sibuk dengan ponselnya, membuka beberapa catatan penting yang mungkin saja dibutuhkan dalam meeting kali ini. Mega yang merasa diabaikan pun kesal, ia melangkah lebih dulu dan menghadang Venus. Venus tidak bisa mengelak saat ia tidak sengaja menabrak tubuh Mega. "Kamu nggak denger aku ngomong!" Keluh Mega. "Dengar." Jawab Venus. Ia lantas mematikan ponselnya lalu memasukan benda tersebut ke dalam kantong celana. Venus tau Mega paling tidak suka diabaikan, tapi saat ini bukan waktunya untuk bergosip. Meski setiap waktu pun Venus tidak suka bergosip. Baginya membicarakan orang lain hanya membuang waktu saja. "Gosip apa lagi?" Tanya Venus. "Bos nya ganteng, masih muda dan kaya raya?" Lanjut Venus. "Kok tau." "Kamu nggak mungkin seheboh ini kalau gosip yang kamu dengar bukan tentang lelaki kaya dan tampan." Mega tersenyum, "Diam-diam, kamu memang pengamat yang hebat. Pantas saja Pak Fadli begitu menyukaimu. Aku yakin kalau Bu Dian nggak galak, dia pasti sudah menjadikanmu istri keduanya." Mega kembali mensejajarkan langkah dan merangkul pundak Venus. "Dia butuh keberanian luar biasa kalau berani macam-macam. Atau mau burungnya dipotong hidup-hidup sama Bu Dian." Mega tertawa. "Tapi Pak Fadli juga harus bisa bersaing, karena rekan bisnisnya kali ini ganteng parah. Bisa saja Bu Dian yang kepincut dan ninggalin Pak Fadli." "Bisa jadi." Balas Venus singkat. "Aku yakin setelah kerjasama kali ini bisa membuat perusahaan ini makin sukses." "Apa hubungannya?" "Bos ganteng bisa membuat segala urusan menjadi lebih mudah. Selain untuk mood booster kita yang tentunya bakal makin rajin kerja." Venus melengos. "Itu hanya berlaku untukmu. Aku nggak gitu." Cibir Venus. "Kamu belum lihat seberapa tampan Bos yang kumaksud." Mega cemberut. "Aku trauma dengan lelaki tampan." "Kenapa?" Venus tidak menjawab, ia terus berjalan lebih cepat dari Mega agar segera sampai ke lokasi meeting. Venus dan Mega masuk ke ruang meeting dimana sudah terdapat beberapa orang dari divisi lainnya. Termasuk Pak Fadli dan Bu Dian. Venus memilih duduk tepat di samping Bu Dian, disusul Mega. Venus mengeluarkan permen minta dari saku celana. Benda wajib yang harus dibawanya setiap kali meeting. Venus menunggu dengan sabar, hingga saat pintu terbuka dimana beberapa orang masuk secara bergantian. Venus melirik ke arah Mega dimana wanita itu tersenyum dengan tidak sabar menunggu Bos tampan yang diceritakannya tadi. Tapi senyumnya pudar setelah beberapa orang masuk tidak ada yang masuk dalam kategori tampan. "Itu Bos tampan?" Sindir Venus. Mega melirik dengan tatapan tajam, sementara Venus hanya tersenyum saja. Meeting hampir dimulai dan harapan Mega melihat Bos tampan hilang sudah. Wanita itu pasti kecewa, tapi kekecewaan Mega justru menjadi sedikit hiburan untuk Venus. Tapi selang beberapa saat senyum Venus justru hilang, ketika seorang lelaki muncul dari balik pintu. Venus tercekat, jantungnya mencelos. Tidak mungkin! Lelaki itu tidak mungkin Bos baru yang dibicarakan Mega. Mimpi buruknya kembali menghantui Venus, setelah memastikan bahwa lelaki di seberang itu Regan.Mantan suaminya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.3K
bc

My Secret Little Wife

read
95.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook