Aku menaikkan pandanganku perlahan dari tangan menuju wajah orang yang baru saja membantuku untuk mengambilkan ponsel milikku dari jalanan beraspal. Keadaan ponselku itu pasti sudah sangat mengenaskan saat ini. Nggak jatuh aja udah lemotnya minta ampun. Gimana lagi kalau udah ‘mencium’ aspal? Mengenaskan pasti! Batinku bermonolog di dalam hati. Mataku menangkap kalung bet nama yang terlingkar pada leher orang tersebut dan kalang itu sama dengan yang digunakan oleh senior wanita yang menabrakku tadi. Jadi, bisa kuasumsikan bahwa pria yang berdiri di hadapanku ini juga adalah panitia dari acara PKKMB. Dugaanku semakin menguat ketika menemukan jas almamater berwarna biru tua yang membungkus pada tubuhnya. “Halo, Dik ...?” tegur pria yang kupastikan adalah kakak tingkatku itu dengan gumaman