Aku mendelik pada Mas Dewa sembari melepaskan telapak tangannya yang sedang menempel pada kedua pipiku saat ini dan menjauhkan wajahku dari pria itu. Namun, usahaku tampaknya sia-sia dan nggak membuahkan hasil sama sekali karena pegangan tangan Mas Dewa pada pipiku cukup erat. "Ih, nggak!!!" pekikku membantah pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Mas Dewa. "Jadi?" tanya Mas Dewa dengan mata yang kembali menyipit. “Jadi apa?” tanyaku dengan kening yang mengerut. Sedetik kemudian, aku lantas menggelengkan kepala. Bukan, bukan itu yang seharusnya aku tanyakan! rutukku pada diri sendiri di dalam hati. "Mas pasti bercanda, 'kan?" lanjutku bertanya kemudian. "Tolong jangan buat aku terkena serangan jantung di sini," tambahku. "Ngapain juga aku bercanda? Memangnya mukaku ini kelihata