EL. 105 TERBANG

1044 Words

Hari itu mereka habiskan dengan kemesraan-kemesraan kecil saja. Irfan berusaha membuat Afi merasa nyaman dan tidak takut padanya. El sempat menelepon, mengabarkan kalau rombongan sudah tiba di kampung. "Aku masih boleh kuliah kan, Paman?" Tanya Afi saat mereka duduk berdua menanti waktu Maghrib. "Tentu saja boleh. Yang berubah hanya, kamu tinggal bersamaku. Jadi istriku. Kamu boleh kuliah. Kamu sudah mengorbankan satu mimpimu, aku tidak ingin merenggut mimpimu yang lain." Irfan menggenggam jemari Afi. Lalu dikecup mesra jemari istrinya. "Terima kasih, Paman." "Aku yang harus berterima kasih padamu. Aku sempat merasa, tak memiliki harapan lagi untuk memenuhi mimpi Fani, menjadikan kamu amma nya. Ternyata Allah maha baik, di lembutkanNya hatimu, sehingga bersedia menjadi Amma Fani."

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD