Selesai makan malam, mereka berpindah ke ruang keluarga. Televisi menyala pelan, menampilkan tayangan malam yang sekadar menjadi latar suara. Di meja, beberapa camilan tersusun rapi, kue kering, buah potong, dan segelas teh hangat yang mengepul ringan. Suasana rumah itu seolah menemukan keheningan setelah riuh meja makan. Harven setengah berbaring di sofa, kepalanya nyaman di pangkuan Rielle. Tangannya sesekali terulur mengambil kacang dari meja, sementara jemari Rielle dengan sendirinya bergerak memainkan rambut suaminya, gerakan yang terlihat sederhana, namun di mata Johan dan Terresia, cukup untuk menunjukkan keakraban yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. “Elle,” suara Johan memecah keheningan, tenang namun mengandung ketegasan. Pandangannya lurus pada menantunya. “Harven sudah

