"Jadi, bagaimana sekarang?" suara Jingga akhirnya memecah keheningan yang sejak tadi menggantung di udara. Harven bersandar tenang, tatapannya menusuk penuh keyakinan. "Kamu hanya perlu bilang satu hal saja," ujarnya pelan, namun nadanya tegas, "bahwa kamu sudah putus dengannya. Tidak ada alasan untuk terus mempertahankan apa yang memang sudah seharusnya berakhir." Ia menekankan setiap kata seakan ingin mengunci keraguan yang masih bersemayam di hati Rielle. "Kamu tidak perlu lagi memikirkan imejnya. Dia pulang ke Indonesia untuk bisnis, karena ayahnya sudah tidak sanggup mengurus semuanya seorang diri. Kalau akhirnya dia jatuh, kalau posisinya goyah, biarkan saja. Itu bukan lagi urusanmu." Rielle terdiam. Jemarinya tanpa sadar meremas ujung kaos kebesarannya, matanya bergetar menatap w

