100. Menangislah Jangan di Tahan

1107 Words

"Apakah kamu bisa menunggu di bawah? Kita makan malam bersama saja," ucap Jehan pelan, namun tegas. Ponsel masih menempel di telinganya, sementara matanya tidak lepas dari sosok kecil yang berdiri di depannya. Tubuh mungil itu bergetar halus, seolah hela napas saja terasa berat untuk ditahan. "Aku sudah di lobi, Je," sahut Teysya. Suaranya terdengar datar, namun ada sesuatu yang mengeras di balik nada itu. "Dan tidak perlu makan malam. Kamu sudah seharian bersamanya. Jevi akan rewel kalau terlalu lama di luar." Jevian mengusap pipinya lagi. Bukan menangis meledak-ledak, tapi diam, seperti seseorang yang takut suaranya akan mengganggu orang lain. Seperti seseorang yang sudah belajar menyimpan semuanya sendiri. "Hanya makan malam. Setelah itu aku akan antar kalian pulang." Jehan mencoba m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD