67. Anak?

1072 Words

Ibu Rielle memijat pelipisnya dengan wajah letih, seolah rasa pening menyerang kepalanya tiap kali menatap menantunya. Napasnya dihela berat, lalu dengan suara datar namun tajam ia berkata, “Kalian besok pergi ke dokter, atau kalau perlu sekarang juga ke puskesmas. Minta alat kontrasepsi.” Kalimat itu jatuh bagaikan petir di telinga Harven. Matanya sontak membelalak, sorotnya penuh keterkejutan. “Bu, kenapa?” tanyanya tidak percaya, suara seraknya sedikit bergetar. Ia memang belum bekerja, hidupnya masih bertumpu pada bantuan orang tua. Tapi memiliki anak sama sekali bukanlah beban baginya. Justru di hatinya, kehadiran seorang buah hati adalah anugerah, darah daging yang akan membuat rumah tangga semakin utuh. Lagi pula, mereka berdua bukan lagi remaja labil. Usia mereka sudah melewati

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD