“...Nggak.” Liora menggeleng pelan. Matanya tetap terpaku ke sana. Sekilas pandangannya ragu, tapi jari-jarinya mulai bergerak walaupun gemetar. Namun perlahan, ia menyentuhnya. Benda itu hangat, keras, terlalu keras malah ... dan besar. Rain mengerang rendah. “Ahh …” Liora menatap wajah Rain, tubuh pria itu bersandar di kursi, rahangnya mengencang menahan reaksi. Tapi ketika Liora mulai membungkusnya dengan satu tangan, menggenggam erat perlahan … Rain mendesah berat. “Liora …” Tangannya menyentuh paha Liora, lalu naik ke bawah kaus tipis yang sudah terangkat sebagian. Ia mengusap perut ramping gadis itu, lalu naik lagi hingga menyentuh sisi p4yud4ra dari balik br4. Tapi Liora tak menghentikannya. Justru jari-jarinya mulai bergerak pelan, memompa naik turun, menggenggam dan membela

