18 | Terikat Janji

2033 Words

Sebelumnya aku tidak pernah setidak suka ini soal bunga, tetapi sekarang aku sangat membenci mawar. . . "Mas, mau ke mana?!" Adalah pertanyaan kesekian dari Cely dan jawabannya masih sama. "Nanti juga kamu tahu." Cely kontan prengat-prengut. "Oh, ya, ini serius kamu nggak mau diperiksa dulu ke rumah sakit?" "Nggak usah, gak perlu." Mulai jutek dan melengos. "Percuma juga kalau mau khawatir, telat." Demikian, sepanjang jalan masnya minta maaf. Cely abaikan, memilih terus bertanya mau dibawa ke mana dan memangnya mau membicarakan apa? Apakah tidak bisa bicara di Jakarta saja? Sayang, jawaban Mas Sakti saklek. "Sabar, ya? Nanti kamu tahu." Seketika Cely mengaktifkan mode bisu. Auk, ah! Terserah. Bodoh amat. Dan bukannya dibujuk, Cely dibiarkan begitu. Meski dia tahu, Mas Sakt

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD