Bag 11

1185 Words
Geri masih terkejut akan kemunculan Kina sampai tidak sadar kalau Kina sudah lenyap dari pandangannya. Sementara Hera dan kerumunan mahasiswa dan mahasiswi, memandang Geri heran karena sepertinya hanya raga Geri yang berada di tempat itu. "Kak.." Hera menyentuh lengan Geri untuk menyadarkan Pria itu dari lamunannya. "Eh.. Iya, Hera?" "Jadi..jadi gimana, Kak? Aku mau jadi pacar Kakak, apa bisa?" Hera kembali bertanya dengan tersipu malu, sementara orang-orang yang menonton mereka bersorak mendukung Hera. "Terima.. Terima.. Terima.." "Udah Bang Geri, terima aja!!" Geri menatap Hera lama seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ditahannya. Sementara orang-orang yg menonton mereka tidak henti-hentinya berteriak mendukung. Geri melihat sekeliling, lalu kembali menatap Hera. "ikut Kak Geri yuk." "Hah??" Hera masih terdiam di tempatnya ketika Geri telah berbalik untuk menembus kerumunan orang-orang itu. "Hey.. Kok diem? Ayo ikut Kakak." Hera mengikuti langkah Geri yang dengan mudah melewati kerumunan orang-orang yang memutari mereka berdua. "Lah Bang, jawabannya apaan??" "Tau nih! malah udah diajak pergi aja anak orang." "Lo semua mau tau jawabannya?" Dengan serempak mereka menganggukkan kepala saat Geri bertanya pada mereka semua. "Jawabannya adalah.. Jeng.. Jeng.. Jeng.. KEPO LO PADA. hahhaha.. Udah yuk Hera." Semua orang yang mendengar jawaban Geri berteriak heboh karena Geri membuat mereka penasaran. Ada beberapa yang berwajah masam karena Geri tidak ingin mereka semua tahu apa yang akan dilakukan Geri pada Hera. Geri masih berjalan agak jauh dari orang-orang yang tadi mengelilingi mereka. Sementara Hera hanya mengikuti langkah Geri dengan wajah bingung dan penasaran. Setelah mereka sampai di salah satu bangku taman yang berada di bawah pohon rindang, Geri mempersilahkan Hera untuk duduk. Setelahnya, Geri mendudukkan diri di depan Hera dengan dibatasi meja bundar kecil yang terbuat dari kayu jati. "Kita kenapa kesini, Kak?" tanya Hera bingung sambil memperhatikan sekeliling yang sepi. Hanya ada beberapa orang di sana yang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Geri menatap Hera dan menghela napas pelan, "Kakak mau jawab pertanyaan kamu yang tadi." "Kenapa gak jawab disana aja?" Hera mengernyitkan alis bingung. "Ya lebih baik jawab disini. Biar gak ada yang ganggu obrolan kita," jawab Geri tersenyum. "O-oh.. Gitu ya, Kak.. Jadi...jawabannya apa?" tanya Hera antusias. "Maaf.. Kakak.." "Kak Geri mau nolak aku?" tanya Hera menyela dengan nada tak suka. "Maaf ya, Hera." "Kenapa Kak?" tanya Hera dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Kakak gak ada perasaan lain sama kamu. Kamu udah Kak Geri anggap adik sendiri. Maafin Kakak ya.. Tolong jangan nangis Hera. Kakak minta maaf banget," ucap Geri penuh sesal karena melihat mata Hera yang sudah berkaca-kaca. "Aku tahu Kakak pasti takut kan terima aku karena Kakak gak mau kecewa lagi kayak kemaren - kemaren? Aku gak akan kayak mantan-mantan Kakak. Aku janji Kak, aku gak pernah liat dari mana latar belakang keluarga Kak Geri. Aku mohon terima aku, Kak." Hera menggenggam salah satu tangan Geri, sementara bulir air mata sudah jatuh membasahi pipinya. "Hera.. Tolong jangan kayak gini. Kak Geri beneran gak ada perasaan lebih sama kamu. Tolong Hera.. Kakak gak mau kalau Kakak terima kamu, tapi hati Kakak ternyata bukan untuk kamu. Itu sama aja Kak Geri membohongi kamu dan membohongi diri Kakak sendiri. Kak Geri gak mau hubungan yang seperti itu." "Hiks.. Kasih aku kesempatan Kak, dan aku akan buktikan kalau aku yang terbaik buat Kakak." "Maaf, Hera.. Kakak..kakak mencintai orang lain." Hera terkejut mendengar ucapan yang dikeluarkan Geri. Dengan perlahan, tangannya yang menggenggam Geri terlepas. Air matanya keluar dengan begitu deras. "Kenapa Kak Geri jahat banget??!!!! Aku cinta sama kak Geri dari awal ospek. Kenapa kak Geri baik sama aku dulu-dulu sampai buat aku salah paham?? Hera mau benci Kakak tapi gak bisa! Hati ini udah jatuh buat Kak Geri. Tolong Hera, Kak.. Hera mohon.." Hera menangis pilu sambil meremas kedua tangannya sendiri. Geri hanya dapat menatap Hera dalam diam tanpa tahu apa yang harus dikatakannya lagi pada Hera. Dia tidak bermaksud membuat Hera salah paham dengan kebaikannya selama ini. Menurutnya, wajar jika sesekali seorang senior membantu juniornya. Terlebih lagi Hera satu jurusan dengannya. Geri baru sadar kalau Hera menyukainya beberapa bulan yang lalu, terlihat dari perhatian yang diberikan wanita itu selama ini. Makanya, dengan perlahan Geri menjauh dari Hera agar Hera tidak lagi salah paham. Di samping itu, Geri sudah menganggap Hera seperti saudara sendiri. Namun tidak disangka, hari ini Hera malah menyatakan cinta padanya. "Kak..siapa wanita itu? Apa dia wanita yang tadi pergi tiba-tiba waktu Kakak melihat ke arahnya?" Hera memberanikan diri menatap Geri, sementara Geri menegang dan tak mampu menjawab Hera dan hanya menatap balik Hera. Melihat sikap Geri, Hera sudah tahu kalau jawabannya adalah wanita itu. "Dia.. Hera pernah dengar, kalau dia gak tersentuh sama laki-laki. Hera rasa Kakak hanya penasaran sama dia. Oke.. Hera akan tunggu Kakak sampai rasa penasaran Kakak habis buat wanita itu."  Hera memaksakan senyum manis ke arah Geri dan bersiap untuk pergi setelah bangkit dari duduknya. "Bukan penasaran, Hera. Kak Geri benar-benar cinta sama dia." Hera urung untuk melangkah dan menatap Geri tajam, "Darimana Kakak tau kalau kakak beneran cinta sama wanita itu?!" tanya Hera sinis. "Nama wanita itu Kinanti Alexa. Dan Kak Geri yakin kalau Kakak cinta sama dia," ucap Geri datar. "Hahaha.. Apa buktinya kalau kakak cinta sama dia??" Hera tertawa meremehkan, namun air matanya tidak berhenti keluar. "Kakak gak bisa berhenti memikirkan dia, yang Kakak mau hanya dekat sama dia. Dia buat Kakak merasa hidup, itu sudah membuktikan kalau Kak Geri cinta sama dia." "Alasannya??" "Gak ada alasan, Hera. Sekarang kakak tanya sama kamu, apa yang buat kamu cinta sama Kak Geri?" "Karena Kakak baik." "Berarti kamu hanya kagum." Geri tersenyum menjawab ucapan Hera. Hera terdiam tanpa sanggup menjawab ucapan Geri lagi. "Jangan seperti ini, Hera. Kakak sayang kamu tapi hanya sebatas sayang senior kepada juniornya. Bisakah kita hanya berteman?" "Kakak gila??!! Gimana bisa Hera berteman sama kak Geri sementara Hera cinta sama Kakak?? Itu mustahil!! Sekarang Hera balikin ke Kak Geri, apa bisa Kakak berteman sama wanita itu sementara kakak cinta sama dia? Apa bisa Kakak liat dia sama cowok lain sementara kakak cinta sama dia??!! Gak bisa kan?!!! " "Kalau dia bahagia Kakak cuma jadi temannya, Kakak akan lakukan. Kalau dia bahagia sama pria lain, Kakak akan rela. Karena arti mencintai bukan hanya sekedar untuk memiliki, tapi membiarkan dia bahagia dengan hidupnya. Jadi kalau kamu tanya apa Kakak bisa, Kak Geri akan jawab bisa karena Kakak tulus mencintai dia,” jawab Geri lembut sambil membayangkan senyum Kina. Sementara itu, Hera tertegun dengan jawaban Geri. "Buat Hera gak seperti itu. Lebih baik mulai saat ini, Kak Geri anggap gak pernah kenal sama Hera aja. Jangan pernah baik lagi sama Hera." Hera melangkah pergi sambil mengeluarkan air mata kesedihan. Sebelum berjalan jauh, Hera membalikkan tubuhnya dan menatap Geri dalam, "Makasih udah gak nolak Hera di depan orang banyak. Makasih Kak Geri gak buat Hera malu. Semoga Kakak bisa dapetin wanita itu. Dan kalau kak Geri gagal dapetin dia, jangan harap dekat lagi sama Hera." Setelah mengucapkan itu, Hera berbalik dan berjalan tergesa-gesa meninggalkan Geri yang menatap kepergian Hera dengan menghela napas lega. Geri lalu menyugar rambutnya sambil memikirkan dimana keberadaan Kina-nya. Geri melangkah pergi dari taman itu untuk mencari Kina. Geri akan memutari kampus untuk mencari keberadaan Kina, wanita yang sangat dirindukannya satu minggu ini. *********  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD