Amara terbangun dengan kepala berdenyut karena terlalu banyak menangis. Dengan bersusah payah, dia beranjak dari ranjang untuk keluar dari kamar. Jika saja tenggorokannya tidak terasa kering, mungkin Amara akan terus berbaring sampai waktu yang tidak dapat dia pastikan. Aroma harum masakan seketika membuat perut Amara keroncongan, dia melangkah menuju dapur dan melihat punggung tegap Raymond. Seketika saja bayangan malam panas yang dia lalui bersama sang dosen berputar dalam ingatannya. 'Amara. Padahal kamu lagi sedih, tapi bisa-bisanya membayangkan hal m***m seperti itu.' Maki Amara di dalam hatinya. Theodore yang sudah mengenali aroma tubuh Amara langsung merengek dengan mengeluarkan tangisannya. Raymond otomatis menoleh ke arah sang putra yang terlihat gelisah. Dia segera menged