18. Mantan dan Pacar Sialanya

1074 Words

Amara segera duduk di bangku bis yang masih lengang. Ditatapnya jalanan di hadapannya yang mulai ramai oleh kendaraan dan pejalan kaki. Tapi matanya terasa kabur. Air mata terus mengalir tanpa suara. Tangannya mengepal di pangkuan, mencoba menahan emosi yang berkecamuk di dadanya. Dia tak tahu mengapa hatinya begitu tersayat, hanya karena sebuah suara dalam pikirannya sendiri. Suara yang tak pernah berhenti mengingatkan bahwa dirinya sudah terlalu hancur untuk layak dicintai. “Aku nggak pantas untuk dicintai lagi ...," bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. "Nak. Kamu sakit?" Sebuah tepukan pada pundaknya menarik Amara pada kesadarannya, dia menoleh dan melihat seorang wanita berusia lanjut sedang menatapnya cemas. "Saya ... tidak apa-apa. Sepertinya soft lens saya mulai tidak enak dipa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD