9. Perubahan Keadaan Di Kantor

1513 Words
Selama hidup, Daren selalu berada dalam pelarian. Baru kali ini dia merasakan bekerja di sebuah perusahaan dimana dia berbaur dengan masyarakat umum. Begitupun dengan Owen dan Arthur yang sejak awal tidak pernah terpisahkan dengan Daren. Karena itu, pengalaman penyusupan ini terasa sangat menyenangkan untuknya. Dunia milik Killian yang dulu sempat membuat mereka iri, akhirnya bisa mereka rasakan. Karena itu dibanding yang para pekerja lain, mereka bertiga yang paling semangat. Pada sidang status di Theia yang mereka ikuti, mereka diberi kesempatan untuk tidak masuk penjara lagi, dengan syarat tidak berkhianat dan terus berkontribusi terhadap keamanan dunia. Tentu saja mereka tidak sebebas Killian dan teman-temannya yang tidak memiliki cacat kasus. Daren dan teman-temannya tetap berada di dalam pengawasan Theia. Gelang mereka berbeda dengan milik Killian karena memiliki fitur pelumpuhan. Gelang itu juga tidak bisa dilepas kecuali oleh Agent sekelas Captain. Tapi bagi Daren, kebebasan itu sudah lebih dari yang dia harapkan. Berbaur dengan orang biasa dimana cerita mereka hanya tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana, membuat Daren berpikir dia juga manusia untuk pertama kalinya. Bukan alat yang diciptakan oleh ayahnya untuk menghancurkan dunia. Ketika pertama kali masuk sebagai karyawan baru di Kring Service, hal pertama yang disadari oleh Daren adalah perubahan sikap Barney. Hal itu Daren ketahui dari rekan sebelah menjanya yang cukup suka bergosip. Menurut wanita bernama Erika itu, Barney cenderung orang yang tidak banyak bicara dan baik hati di kantor. Tapi setelah kakaknya meninggal, kabarnya Barney jadi sering mengamuk di ruangannya hingga barang-barang di kantornya hancur berantakan. Suasana kantor jadi mencekam, apalagi suasanan Meeting. Semua Karyawan Kring Service kehilangan sosok Barney yang tenang dan baik hati. Seolah-olah laki-laki itu berubah menjadi orang lain. Benarkah Barney tersangka pembunuhan kakaknya sendiri? pertanyaan itu juga hinggap di kepala Daren setelah mendengar semua informasi yang di dapatkan oleh Killian dan Timnya yang bertugas di Lord Game. "Hari ini ada rapat pencapaian mingguan, belakangan ini Rapat jadi terasa seperti neraka." bisik Erika. "Untung saja kamu masih baru Mark, kalau kamu pegawai lama seperti kami, kamu pasti dibantai sama Boss yang lagi memasuki Siklus jahatnya itu." Erika menambahkan. Daren yang memiliki nama samaran Mark itu, hanya tersenyum geli sambil merapihkan laporan pagi yang juga hendak dia bahas di rapat. "Ayo kita nikmati saja, tidak semua orang memiliki pekerjaan seperti kita. Setidaknya setiap gajian kita bisa menghibur diri dengan membeli apapun yang kita inginkan." balas Daren penuh semangat seperti biasa. "Baiklah, ayo kita bersemangat!" ucap Erika setelah mendesah panjang. Keduanya langsung bangun menuju ruang rapat. Daren, Owen dan Arthur di tempatkan di divisi yang berbeda. Pengaturan ini ditentukan dalam sidang Theia saat itu. Sama seperti Killian, Daren dan teman-temannya juga tidak diberi informasi apapun. Pada saat penugasan. Orland hanya meminta Daren untuk mengawasi Kring Service dan saling berbagi informasi dengan Tim satu yang berada di Lord Game. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Barney datang. Baru masuk saja dia sudah membanting pintu ruang rapat dengan kesal. Bukan hanya itu saja, hampir semua orang di dalam ruang rapat juga terkena omelannya. "Mark Taylor! ikut ke ruanganku!" perintah Barney setelah rapat selesai. Daren cukup kaget karena dia diminta menghadap secara pribadi. "Baik Boss!" Tapi Daren juga tidak memiliki opsi untuk menolak. Debaran di dadanya karena takut penyamarannya ketahuan, benar-benar terasa mengasyikkan untuknya. Karena itu sekali lagi dia memuji pekerjaan yang digeluti oleh Killian itu. "Duduk!" "Apakah saya melakukan kesalahan Boss?" tanya Daren sedikit gelisah. "Aku memiliki sebuah tugas untukmu, tugas yang tidak bisa aku berikan pada Karyawan lama. Karena itu aku memanggilmu. Apalagi kamu bertanggungjawab terhadap Oprasional lapangan dan memimpin hampir setengah dari Karyawan lapangan." jawaban Barney semakin membuat Daren penasaran. "Tugas?" "Ada beberapa rumah yang alamatnya sudah aku kumpulkan di dalam berkas ini. Suruh tim lapangan untuk memberikan layanan gratis ke pemilik alamat ini. Dan yang harus kamu pastikan adalah pemberian Voucher. Pastikan setiap alamat yang ada di Berkas ini mendapatkan Voucher yang aku bagikan." penjelasan Barney hanya diangguki saja oleh Daren. "Bukankah ketika mereka menukarkan Vouchernya semua orang akan mengetahui keberadaan Voucher ini Boss? Kenapa kita harus melakukannya secara diam-diam?" Tanya Daren pura-pura bodoh. "Jangan banyak tanya! lakukan seperti yang aku perintahkan!" balas Barney setengah berteriak. Daren akhirnya mengangguk setuju saja dan keluar dari ruangan laki-laki itu sambil tersenyum licik. "Apakah mencari seorang gadis yang sudah di tangani oleh Polisi harus sampai seperti ini?" Daren bergumam seorang diri sambil berjalan kembali ke mejanya. Daren sudah mendengar tentang Voucher penyadap dari Killian. Karena itu dia tahu Voucher yang hendak disebarkan oleh Barney, tidak boleh sampai jatuh ke tangan orang yang sembarangan. Jika pembagian Voucher dilakukan secara trbuka maka akan ada kemungkinan kecurigaan. Selain itu di dalam kantor tidak hanya terdiri dari orang-orang yang hanya mengerti bisnis saja. Tapi salah satu pegawai di bagian Marketing adalah mantan polisi. Daren menduga Barney menghindari orang itu mendapatkan Vouchernya, sehingga dia meminta Daren menyebarkannya secara pribadi. Menurut Lian, Voucher itu adalah jenis yang ketika sudah di tukarkan melalui aplikasi, alat sadapnya akan berhenti beroprasi dan tidak terdeteksi. Lalu bagaimana jika Voucher itu tidak segera di Scan di Aplikasi? maka dia juga akan mati dalam jangka waktu satu hari saja. Lalu bagaimana jika tidak sengaja belum tertukar dan berpindah ke orang lain? Orang biasa tidak akan tahu kalau Voucher itu di dalamnya memiliki alat sadap. Tapi jika sampai ketahuan oleh orang yang mengerti maka Barney akan dengan mudah berkilah dengan menyalahkan Daren. Ini adalah rencana yang tepat untuk mencapai tujuan yang ingin di capai oleh Barney sekaligus mencuci bersih kesalahan dalam waktu bersamaan. Daren sepenuhnya menyadari kalau dia yang dianggap bodoh sedang dijadikan Tumbal. Sayangnya Barney tidak tahu kalau yang hendak dia tumbalkan adalah orang yang sangat licik. *** Karena Barney harus mengurus dua perusahaan, laki-laki itu tidak bisa terus berada di Lord Game. Hanya hari-hari tertentu saja dia datang ke Lord Game, sisanya dia gunakan untuk mengurus Kring Service. Lian sudah berusaha mencari tahu, tapi dia benar-benar tidak mendapatkan informasi keberadaan Julian. Lian bahkan sudah melihat rekaman kediaman Lombardi selama berjam-jam tapi tidak ada yang aneh. Semua terlihat tenang seolah tidak ada yang terjadi. Tidak ada yang membahas Julian di rumah itu meskipun laki-laki itu di sana. Nora Lombardi yang merupakan ibu dari Julian juga terlihat menjalani harinya seperti biasa, seolah Julian tidak hilang. Hanya satu hal yang Lian dapatkan dari rekaman itu dan tidak terlalu banyak membantu. Yaitu ketika Nora Lombardi meminta Karyawan untuk membersihkan kamar Julian. Saat itu Nora mengatakan Julian kemungkinan akan pulang beberapa Bulan lagi karena itu dia meminta pelayan untuk merawat kamar yang dipenuhi koleksi Keyboard Game itu. Tapi hal itu tidak lantas membuat Lian percaya begitu saja kalau atasannya di kantor itu benar-benar melanjutkan kuliahnya di Itali. "Selamat pagi Rony, kamu semakin tampan dengan kaca mata itu." Lika menyapa Lian dengan berlebihan pagi ini. membuat semua Karyawan langsung meliriknya penuh arti. "Btw gimana gaun tidur aku semalam? kamu suka nggak?" pertanyaan itu membuat mata Lian melotot dengan kaget. Apalagi ketika sorakan orang-orang di kantor menjadi riuh. Ingin sekali dia mengutuki gadis yang belakangan ini gemar sekali menganggunya itu, tapi di tengah orang banyak Lian lebih memilih diam saja dengan telinga memerah. "Jangan-jangan kalian sudah..." "Aduh jangan berpikiran kotor Kitty, lihat! telinga Rony jadi memerah." Lika membalas ucapan penuh kecurigaan rekannya dengan senyuman geli. Lian melirik gadis itu kesal sambil mempercepat langkahnya menuju Divisi tempatnya bekerja. "b*****h Serangga Sialan!" gerutunya kesal. Sementara disampingnya ada Ishaka yang sedang cekikikan melihat Lian dikalahkan dengan mudah oleh Lika menggunakan candaan yang sedikit nakal. "Kelihatannya dia suka sama kamu Ron," bisik Ishaka geli. "Jangan membahasnya lagi! Dia benar-benar sudah merusak pagiku dan nama baikku di depan semua karyawan." Lian berucap ketus. Membuat Ishaka kembali cekikikan. "Jangan terlalu benci sama orang Ron, nanti kena Karma. Lagian dia lumayan kok." "Kalau lumayah ya sana kamu aja yang pacarin!" "Boleh nih?" Ishaka malah menantang. Lian langsung kehilangan kata-katanya dengan ekspresi yang seolah dia tidak rela. Melihat itu Ishaka kembali tertawa terbahak-bahak sapai perutnya sakit. Meledek Lian memang selalu menyenangkan baginya karena jika sedang malu dan kesal, Lian yang biasanya datar bisa menunjukkan banyak ekspresi. "Kamu udah sarapan kan Rony?" sebuah pesan dari Lika membuat Lian mendengus. Laki-laki itu hanya membacanya saja dan tidak memiliki niatan untuk membalas. Tapi puluhan pesan datang lagi hingga bel masuk kantor berdering. Lian mengacak rambutnya dengan kesal. "Sekali lagi kamu kirim pesan, aku blokir nomor kamu! Dasar Serangga sialan!" Lian membalas Lika dengan penuh perasaan kesal kamudian memasukkan ponselnya ke laci dan mulai bekerja. Tapi sebuah berita mengejutkan membuatnya bertanya-tanya. Pagi itu, atasannya di Divisi Program tiba-tiba saja mengundurkan diri. Bukan hanya itu saja, Mikha melaporkan kepala Divisinya juga mengundurkan diri pagi itu. Dan yang lebih membuat kaget adalah Manager pemasaran yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun juga mengundurkan diri di pagi yang sama. Mereka tidak menjawab pertanyaan apapun yang diajukan oleh rekan kerjanya. Lian bisa melihat wajah mereka tamnpak panik. Rekan sartu divisinya yang mengundurkan diri juga terlihat gemetaran ketika menyerahkan surat pengunduran diri ke ruangan dimana orang kepercayaan Barney berada. Apa yang terjadi? Kenapa mereka memngundurkan diri? Peratanyaan-pertanyaan itu semakin membuat Lian penasaran karena semua orang yang mengundurkan diri itu, tiba-tiba saja pergi ke Luar Negri dengan alasan melanjutkan pendidikan. Sama seperti Julian yang tiba-tiba menghilang dengan dalih yang sama. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD