Bab 5

1688 Words
Bab 5 Peringatan : bab ini tidak cocok dibaca oleh anak-anak. Dibutuhkan bimbingan orang tua. Franco mengambil segelas wiski yang ditempatkan oleh bartender di meja bar di depannya. Setelah itu, dia meneguknya sekali saja. Franco berada di bar milik temannya yang juga mantan teman kuliahnya, Jackson. Sepulang kerja, alih-alih pulang, dia langsung menuju bar yang sering dia kunjungi kapan pun dia ingin minum. Jackson kebetulan ada di sana, jadi dia bergabung dengannya untuk minum. "Jadi, kamu benar-benar akan menikah," komentar Jackson di sampingnya. “Ya,” satu-satunya kata yang terucap sebagai tanggapan kepada temannya. Dia meminta lebih banyak wiski kepada bartender dan bartender itu segera mengisi ulang gelasnya yang kosong. "Apakah kamu mencintainya?" Jackson bertanya padanya selanjutnya. Dia hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan Jackson. Dia meliriknya sambil menyeringai, dan sepertinya temannya langsung memahami jawabannya dari ekspresinya. Jackson hanya terkekeh. "Baiklah kawan. Aku sudah dapat jawabannya," ucapnya geli. "Jadi, kenapa kamu menikahinya jika kamu tidak mencintainya?" dia bertanya lagi, sepertinya penasaran kenapa sahabatnya mendadak memutuskan menikah. "Pembayaran utang," jawab Franco singkat sebelum meneguk isi gelasnya. Dan untuk membuat hidupnya seperti di neraka, batin Franco, menyeringai seram. Sejujurnya, menikahi saudara perempuan Doreen bukanlah bagian dari rencananya. Rencananya hanyalah membuat Doreen dan Mark membayar karena telah berani mencuri darinya. Namun karena keduanya pandai bersembunyi, dia memutuskan untuk memperingatkan keluarga Doreen akan kesalahannya. Hingga suatu hari, ketika dia bertemu saudara perempuan Doreen, Dana, di lift gedungnya, dia punya rencana. Dana terlihat mirip dengan saudara perempuannya. Mereka berdua cantik dan memiliki wajah polos. Tapi dia tahu di balik wajah polosnya itu, dia menyembunyikan sesuatu, sama seperti kakak perempuannya. Mereka berbagi darah yang sama. Dan dia tahu bahwa Dana juga hanya mengincar uang dari pria yang dia temui. "Oh," kata Jackson santai. Dia tidak berkomentar lebih jauh mengenai apa yang sudah dikatakan oleh temannya itu. Dan dari sudut matanya, dia melihat Jackson juga mengambil segelas wiski dari meja bar dan meneguknya lagi. Dia lalu segera mengisi ulang gelas bartender itu dengan wiski. "Bagaimana jika ternyata kamu jatuh cinta padanya dalam prosesnya?" temannya bertanya lagi setelah beberapa saat. Dia mengalihkan ekspresi kosongnya padanya. "Kamu kebanyakan menonton drama," jawab Franco alih-alih menjawab pertanyaan itu. Jackson terkekeh lagi. "Yah, aku hanya mengatakan apa yang mungkin terjadi," katanya sambil tertawa. “Tahukah kamu, terkadang apa yang terjadi di film juga terjadi di kehidupan nyata,” tambahnya. "Itu tidak akan terjadi," jawab Franco. Dia yakin apa yang dikatakan Jackson tidak akan terjadi. Dia sudah mendapatkan pelajarannya. Saat dia mencoba membuka hatinya untuk seorang wanita, tapi apa yang dia dapatkan? Pengkhianatan dan pencurian. Sial! Dia merasa sangat marah, memikirkan apa yang telah dilakukan Doreen padanya. Dia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak mengepalkan tinjunya. Dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia meneguk sisa isi gelasnya sebelum berdiri. Setelah itu, dia melirik Jackson untuk mengucapkan selamat tinggal. "Aku harus pergi," katanya padanya. Franco tidak menunggu Jackson berbicara. Dia berjalan keluar dari bar dan langsung menuju ke tempat mobilnya diparkir. Dia mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya, membuka kunci pintu. Ketika terbuka, dia masuk ke kursi pengemudi. Baru saja dia hendak menyalakan mobilnya ketika dia terganggu oleh suara teleponnya karena sebuah pesan. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat sudut bibirnya ketika dia melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya dan apa isinya. Halo Franco. Apa kabarmu? Franco membaca pesan dari Annabelle. Annabelle adalah salah satu wanita yang pernah bersamanya sebelum ini. Hubungan mereka tidak memiliki status. Dan hubungan mereka bertahan hampir sebulan di ranjang. Jika dia ingin bercinta, maka Annabelle yang dia telepon. Dia juga enak diajak bicara. Dan Franco mengenal Annabelle. Saat dia menyapanya seperti itu, dia tahu apa yang diinginkannya darinya. Dia ingin bercinta. Alih-alih membalas dan meneleponnya, dia langsung menjawab panggilannya. Dia menjawabnya dengan cepat. "Kamu ada di mana?" Franco segera bertanya padanya ketika Anabelle menjawab panggilannya. "Aku di sini, di kondominiumku," jawabnya dengan suara manis. "Oke," katanya sebelum mengakhiri panggilan. Setelah itu, dia menyalakan mobilnya dan pergi. Karena bar yang dia datangi berada di dekat kondominium Anabelle, dia segera sampai di sana. Sebelum keluar dari mobil, Franco membuka dashboard dan mengeluarkan kondom, memasukkannya ke dalam saku. Ia terus berjalan hingga sampai di depan pintu kondominium Annabelle. Dia menekan bel pintu. Dan tidak perlu menunggu lama untuk wanita itu. Pintu terbuka, dan Franco masuk. Begitu ia melangkah masuk, ia langsung saja meraih tengkuk Annabelle dan menciumnya dengan penuh gairah. Dia juga menendang pintu hingga tertutup. Wanita itu membalas ciuman Franco dengan penuh gairah yang sama membara. Mereka berdua saling mencium seolah tidak ada hari esok. Sampai Franco merasakan tangan Annabelle menjelajahi tubuhnya. Dia melepaskan tautan bibir mereka dan bibirnya turun ke daun telinga Annabelle. "Puaskan aku," perintahnya sambil menggigit daun telinga Annabelle dengan lembut. Alih-alih menjawabnya, Annabelle meraih tangannya dan dengan lembut menariknya ke kamar tidurnya. Setelah itu, dia duduk di tepi tempat tidur sementara dia berdiri di depannya. Annabelle menggigit bibir bawahnya saat dia melihat ke arah Franco. Kemudian, dia menurunkan pandangannya ke bagian bawah tubuh lelaki itu. Dia meraih ikat pinggang yang dikenakan Franco dan melepaskannya. Itulah salah satu hal yang Franco sukai dari Annabelle dalam hal seks. Gadis itu segera mengikuti apa yang diinginkannya. Annabelle membuka ikat pinggang Franco, kemudian membuka kancing celananya juga membuka ritsletingnya. Franco mencondongkan tubuh ke depan saat dia mengeluarkan juniornya yang sudah tegak dari celana dalamnya. Langsung saja itu seperti melompat bebas. "Oh," seru Annabelle saat melihat miliknya. "Masih sama. Masih tetap besar", komentarnya sambil menatapnya. Franco hanya menyeringai sebagai tanggapan. Setelah beberapa saat, Franco mendongak saat Annabelle mulai mengelus miliknya. Rasanya semakin mengeras karena apa yang dilakukan gadis itu. Annabelle terus mengelus k*********a dengan tangan lembutnya, ke atas dan ke bawah. Franco juga mulai mengerang saat Annabelle bergerak semakin cepat hingga miliknya semakin tegak sepenuhnya. "Aagh...!" Franco mengumpat saat dia merasakan wanita itu memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia bersandar, matanya dipenuhi nafsu saat dia melihat wanita itu menyenangkannya. Tangan Franco mengangkat kepala Annabelle. Dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membimbing kepala gadis itu dengan lembut saat dia terus menyenangkannya. "Aagh cepat! Lebih cepat!" Franco memerintahkannya ketika dia merasakan klimaksnya mendekat. Dan wanita itu tidak mengecewakannya karena dia mempercepat gerakannya untuk menyenangkannya. Hingga Franco merasakan tubuhnya gemetar. "b******k!" Dia mengutuk, dan beberapa saat kemudian, dia mencapai klimaksnya. Franco tidak bisa menahan diri untuk tidak menggeram pada o*****e pertamanya. Ketika dia melihat ke arah Annabelle, Franco melihatnya menyeka mulutnya. Matanya berapi-api saat dia menatapnya. "Berbaringlah di tempat tidur. Aku ingin kamu telanjang," perintahnya pada wanita itu, yang langsung menurutinya. Setelah itu, ia mengambil kondom dari saku celananya dan segera memasangnya. Ketika dia kembali menatap Annabelle, wanita itu sudah terbaring telanjang, siap untuk memuaskannya. **** Franco terbangun karena sinar matahari masuk. Dia melirik tubuhnya, merasakan sebuah lengan melingkari dirinya. Dia melihat ke sampingnya dan melihat Annabelle tertidur nyenyak. Dia tampak lelah dan kurang tidur sejak tadi malam, jadi dia masih tertidur lelap. Franco melepaskan lengan yang melingkari dirinya. Lalu dia bangkit dari tempat tidur. Dia tidak mau repot-repot menutupi tubuhnya yang telanjang. Dia melirik kotak rokok di meja samping tempat tidur. Dia mengambil sebatang dan menyalakannya menggunakan korek api. Dia berjalan ke jendela. Dia membuka tirai dan melihat ke luar. Dia berada di posisi itu ketika mendengar suara Annabelle. "Kau sudah bangun," katanya, mengalihkan pandangannya dari jendela ke Annabelle. Dia melihatnya bangun dan menatapnya. "Ya," jawabnya singkat, sambil menghisap rokok di tangannya dan mengembuskan asapnya. Setelah selesai, dia meletakkannya di asbak yang dia lihat di meja samping tempat tidur. Kemudian, dia mengambil semua pakaian yang berserakan di lantai dan menaruhnya di hadapannya. "Sudah mau berangkat? Apakah kamu tidak akan sarapan di sini?" Annabelle bertanya ketika dia melihatnya bersiap. "Aku akan memasak untukmu," tambahnya. "Tidak perlu," jawab Franco setelah selesai berpakaian. “Aku harus pergi. Ada urusan penting lain yang harus aku selesaikan.” Franco memperhatikan gerakan bibir Annabelle. “Hmm… Apakah kita bisa bertemu lagi?” Annabelle bertanya sambil menggigit bibir bawahnya. "Aku akan meneleponmu. Jika aku membutuhkanmu," jawabnya pada wanita itu. Kemudian, dia meninggalkannya di kamar dan langsung keluar dari kondominium Annabelle. Franco segara mengendarai mobilnya dan pulang kondominiumnya. Sesampainya di kondominiumnya, dia segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Dia tidak mau berlama-lama di kamar mandi, dia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Franco mengangkat teleponnya dan menelepon Pengacara Enriquez. Dia menjawab panggilan itu dengan segera. "Halo, Tuan David," Pengacara Enriquez menyapanya. "Ada sesuatu yang ingin kuajarkan padamu," katanya, menjelaskan alasan dia menelepon. "Dana menyetujui syarat yang aku minta. Aku ingin pernikahan dilakukan secepatnya. Kamu harus mengurus semua dokumen yang diperlukan. Gunakan pengaruh untuk mempercepat prosesnya," perintahnya. “Siapkan juga perjanjian pranikahnya,” imbuhnya. Franco tidak ingin Dana, adik Doreen, mendapat satu sen pun jika mereka berpisah, sehingga mereka memerlukan perjanjian pranikah. "Baiklah, Tuan. Saya akan segera memberi tahu Anda setelah semuanya beres," jawab Pengacara Enriquez. "Lakukan secepatnya. Aku ingin pernikahannya minggu depan," perintahnya. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia ingin Dana berada dalam cengkeramannya. Setelah berbicara dengan Pengacara Enriquez, dia melanjutkan dengan menelepon sekretarisnya. "Ya, Tuan Franco?" Sekretarisnya menjawab panggilan itu. "Aku ingin kamu mencarikanku gaun putih dan sepatu. Dan belikan itu untukku," perintahnya padanya. Ia juga teringat perawakan Dana saat melihatnya di dalam lift. Saat mengingatnya, Franco memberitahunya ukuran yang harus dibeli. "Dan pergilah ke toko perhiasan. Belilah cincin kawin juga." “Cincin kawin, Tuan?” sekretarisnya mengulangi kata-katanya dengan terkejut. "Apakah aku perlu mengulangi perkataanku?" Franco hanya bisa mengerutkan kening. “T-tidak, Tuan,” jawabnya. "Omong-omong, Tuan, berapa ukuran cincin kawinnya?" Alis Franco semakin berkerut. Dia tidak tahu ukuran jari Dana. "Aku akan meneleponmu lagi nanti," kata Franco pada sekretarisnya sebelum mengakhiri panggilan. Setelah itu, dia menghubungi nomor Dana. Alisnya hampir bertemu ketika dia tidak menjawab panggilannya. Tapi tak lama kemudian, Dana menjawabnya. "Halo, F-Franco." "Ada apa dengan suaramu?" dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, karena suara Dana terdengar berbisik. "T-tunggu sebentar," katanya. Franco tidak mendengar apa pun dari ujung sana, hanya gemerisik sampai dia mendengar suara lembut wanita itu. “Mengapa kamu menelepon?” "Aku hanya ingin bertanya padamu, berapa ukuran jarimu?" Dana tidak menjawab beberapa saat dari seberang sana. Franco baru hendak akan berbicara lagi ketika kemudian terdengar suara Dana. "Ukuran... 6," gadis itu menjawab dengan hampir berbisik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD