DRRRT.DRRRRT...
(SATU PESAN MASUK)
Sahda pun menyentuh layar ponselnya, ia melihat Fathur memberikan pesan kedalam ponsel nya itu. sahda pun segera membukanya dan membaca detail Pesan tersebut.
Assallamualaikum, Sahda! Sudah tidur?. ~ Fathur.
Waalaikum salam, Belum Mas. ada Apa? ~ balas nya.
Aku lihat Whatup mu Online 5menit yang lalu, Ada hal yang seharusnya kamu tahu. ~Fathur
Apa itu? ~ balasnya,
Mengenai Aku dan Sahra? ~ Fathur.
Baiklah, Apa itu? ~ balas nya.
Aku sangat mencintainya sekarang, Apa aku boleh memberikan syarat kepadamu sebelum menikah. Jujur sekali Aku tidak ingin menyakitimu, Terimakasih sudah membantu mewujudkan keinginan Abi ku. ~ Fathur.
Aku tahu, Aku menerima karena Bakti ku kepada Baba dan Umma juga Abi daud. ~ Balas nya.
Baiklah, Apa boleh Aku memberitahukan Syarat itu! ~ Fathur.
Silahkan Mas, ~ balas nya
Pertama, Kau dan Aku hidup bersama. Namun Aku meminta agar kita tidak satu kamar. Sebelumnya aku berbicara seperti ini untuk meminta Rido mu terlebih dahulu!, Maaf Sahda, Aku belum bisa untuk melakukan Aktifitas itu bersama mu. ~ Fathur.
Lalu, apa kau meridoinya? Sampai Aku bisa melupakan Sahra!" ~ Fathur.
Setelah kita menikah, Aku akan berusaha melupakan Sahra. Walaupun Aku belum bisa tidur satu kamar denganmu. alasan nya karena, aku tidak bisa berpura-pura untuk mencintaimu, syaratnya kau harus membuatku jatuh cinta kepadamu lagi!. ~ Fathur.
baiklah, Inshaallah dengan Cinta Allah, Aku akan membuat Mas Jatuh cinta kepadaku!, Lalu? ~ balas nya kembali, Sahda menunggu jawaban dari Fathur sangat lama sekali, Sahda masih menunggu dan Menunggu. Ceklis di dalam aplikasi chat tersebut sudah berwarna biru dan itu artinya Fathur sudah membaca, dan setelah menunggi hampir lama Sahda pun memberanikan diri untuk menanyakan Hal yang lainnya lagi.
Maaf Mas, Apa hanya Itu saja?. Tidak ada yang lain ~ tanya Sahda kembali melalui pesan singkat itu.
Ada Sahda, ~ balas Fathur kembali.
Apa Itu Mas, Katakanlah. Aku akan mencoba memahaminya. ~ balasnya.
Jika suatu Hari kau tidak dapat memberiku keturunan, aku memintamu dengan Ikhlas untuk meridoi ku menikah kembali. ~ Fathur.
Jleb! Hati Sahda seakan tenggelam ke dalam, ragu dan ragu menyelimuti hati dan perasaan Sahda. Bagaimana mungkin pernikahan yang akan dibina itu tanpa cinta, tentunya Fathur menikahi Sahda bukan karena Allah semata.
Sahda berpikir dengan waktu yang sangat lama, ia kembali merenungkan isi pesan yang Fathur kirimkan. Namun, sepertinya Sahda sudah tak mau memikirkan hati dan perasaannya. Bahkan Sahda juga seakan melupakan rasa sakit Sahra karena benar berpikir jika Fathur memang bukanlah lelaki yang baik untuknga juga untuk Sahra.
Mengapa? Jelas! Syarat nya saja sudah begitu dan Sahda sudah berpikir ucapan Fathur atau syaray dari Fathur pun akan berlaku untuk Sahra adiknya, "Jika memang Fathur lelaki yang Egois, dia pun tak pantas untuk Sahra! Bismillah semoga saja Sahra mengerti akan apa yang aku rasakan saat ini!"
Kalimat itu menandakan bahwa keraguan untuk membuat Fathur kembali pada adiknya pun ada, Ia kembali berpikir jika suatu saat Sahra akan merasakan sakit karena sikap Egois yang tinggi atas Fathur dan Sahda tak menginginkan itu.
Sahda Typing! ...
InshaALLAH aku setuju Mas, Karena aku menikah untuk mencapai Surga Allah. Dan biarkan Aku menggapainya melalui Rido mu ~ balas Sahda, Air matanya pun terjatuh. Sebenarnya hal ini saja sudah menjadi awal mulanya Sahda merasakan duka, mungkin setelah akad nanti, Sahda sudah harus menerima apapun konsekuensi atas sikap Fathur.
Terimakasih Sahda, semoga Allah selalu melindungimu. Assalamualaikum, Semoga kamu Mimpi Indah ~ Fathur.
Waalaikum Salam Mas ~ Balas Sahda.
Brugh ...
Ia menggeletakkan tubuhnya di atas ranjang klasik miliknya, "Baba andai saja Baba tahu bagaimana sikap Fathur saat ini! Entahlah apa aku mampu menerimanya di kemudian hari atau memang aku akan mati karena menahan kesal seperti ini!"
Dan Malam itu menjadi malam yang benar-benar membuatnya gusar. Berulang kali ia mengucapkan kalimat-kalimat keraguannya, "Umma, Baba apakah Sahda akan sepenuhnya mendapatkan cinta Mas Fathur?." Kalimat itu terus menerus membayang di dalam benaknya.
"Ya Tuhan!!! Aku bingung dengan perasaan ini, Batin ku terkoyak, air mataku sudah tak mampu aku keluarkan kembali, Serasa air mata ini mengering dengan sendirinya."
Di tempat lain, Fathur sedang berada bersama teman-temannya. Sahra terlihat mendatangi dirinya. Yang keluarganya tahu, Fathur adalah sosok anak yang baik namun, saat berada dibelakang Umi dan Abinya Fathur memang lah sosok anak yang sangat bengal.
Tak hanya minuman keras, bahkan ia selalu berganti-ganti pasangan dan tentunya Sahra pun tak tahu bahwa sikap Fathur seperti itu.
"Mas Fathur!" Panggil Sahra.
"Loh kamu kok tau aku disini?" Tanya Fathur.
"Iya Tahu lah! Aku pergi dari rumah!" Ucapnya,
"Dih kenapa? Gak usah gitu ah! Lagian pernikahan aku sama Sahda juga cuma sebatas depan keluarga!" Balasnya, "Gak pake kerudung lagi!" Protes Fathur.
"Ya gak apa lah! Lagian gak ada Baba ini!" Tandasnya.
"Mmmmmm!" Dehem Fathur.
"Kamu tinggal dimana kalau gitu?" Tanya Fathur kembali.
"Ngekost! Udah ah gak mau bahas! Lagi Bad banget nih mood aku!" Celetuknya, Sahra menuangkan sedikit air kedalam gelas kecil. Teman-teman Fathur sudah tidak heran jika melihat Sahra yang seperti ini, mereka bilang sikap Sahda dan Sahra memang jauh 180 derajat berbalik.
"Thur lu mabuk, emang Abi lu gak bakalan marah!" Tanya salah satu teman Fathur.
"Gak lah! Kan gw gak pulang!" Ucapnya kembali.
Salah satu teman Fathur menggelengkan kepalanya, "Kalau kata gw iya, mening lu jujur aja kalau lu gak srek sama Si Sahda! Kasian anjir anak orang!" Protesnya kembali.
"Alah, adiknya aja gak kasian! Ngapain gw kasian!" Pekik Fathur di balas tawa yang cukup keras dari Sahra,
"Anak kesayangan Baba! Eh lupa kesayangan Umma!" Olok Sahra terlihat kesal.
"Iya bentar lagi pasti jadi anak kesayangan Umi sama Abi" Ckckck.
"Gila lu ya pada!" Celetuk salah satu temen Fathur.
"Udah ah gw mau balik," Tambahnya lagi, sepertinya salah satu temen Fathur ini merasa kesal dengan ulah temannya sendiri. Ia tahu siapa Sahda, ia tahu sekali bagaimana sikap Sahda yang sangat baik.
Rumah Fathur dan Sahda sendiri sangatlah dekat hanya berbeda kampung saja, siapapun mengenal siapa Abqori dan Daud. Mereka berdua seorang sahabat sedari kecil dan cita-cita mereka hanya satu, bisa menjadi seorang besan.
Dan bagi mereka menikahkan Fathur dan Sahda adalah cita-cita nya 5 tahun yang lalu, karena Daud melihat sosok Sahda adalah sosok gadis yang baik.
"Mas Fathur! Pulang yuk!" Ajak Sahra.
"Pulang kemana? Ke kosan kamu?" Tanya Fathur, Sahra mengangguk.
"Enggak ah! Besok pasti bangun siang!"
"Ya udah anterin aku pulang, supaya kamu juga tahu kosan aku dimana!" Celetuk Sahra.
"Ya Udah ayok!"
"Terus kamu pulang kemana?" Tanya Sahra.
"Ke rumah Rendi, subuh pulang. Tapi kalau kondisinya memungkinkan ya pulang sekarang!"
"Memungkin bagaimana?" Tanya Sahra.
"Ya kalau Abi udah tidur bisa lewat belakang kan?" Ujar Fathur.
"Iya juga sih! Jadi gak mau ke kosan aku?" Tanya Sahra seraya memohon kembali, Fathur menggelengkan kepalanya.
"Ya Udah!"
"Mmmm okay!"
Sungguh malang kamu Sahda, mengapa harus Fathur yang menjadi suami mu. Mengapa tidak Dendi yang jelas-jelas sangatlah baik dan sebenarnya, Dendi pun mengalah karena Daud sangatlah meminta serta memohon Agar Sahda menjadi menantunya. Entah mengapa, yang jelas Daud sangat menyayangi Sahda apalagi nanti Harta milik Daud akan turun kepada Fathur seorang, karena Fathur hanyalah anak tunggal dan Andi hanyalah anak angkat dari Daud.
Daud yakin jika Sahda dapat mengelola hartanya dengan baik, Sahda terlihat mampu menjaga amanah dan yang paling penting Sahda sangatlah apik terhadap apapun.