Lumatan bibir Tirta ke bibirnya yang brutal, menyadarkan Nindya bahwa Tirta sedang sangat b*******h dan kembali menginginkan sentuhannya. Perlahan dia memegang senjata Tirta yang tegang memanjang dan mengurut benda itu beberapa saat. Kemudian, Nindya menundukkan tubuhnya dan duduk jongkok di depan kedua paha besar Tirta. Tanpa ragu, Nindya mengulum milik Tirta dan memasukkannya ke dalam rongga mulut hingga menyentuh pangkal tenggorokan.
Kontan Tirta melenguh nikmat dan wajahnya yang seketika meregang. Dia menunduk melihat kepala Nindya yang bergoyang maju mundur di s**********n juga wajah Nindya yang terlihat patuh.
“Oh, Nindya. Aku bisa gila jika kamu tidak bersamaku. Oh, Sayang. Nindya sayang. Hm … kamu pandai sekali kasih aku kesenangan, aaakh.”
Nindya semakin menggila, sambil mengur
