bc

Satria Untuk Airin

book_age16+
1.2K
FOLLOW
8.2K
READ
contract marriage
family
love after marriage
arranged marriage
inspirational
heir/heiress
drama
bxg
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

" Kamu pantas bahagia, Aku akan melakukan apapun. asalkan kamu bisa terus tertawa dan tersenyum. Airin " _ Satria.

" Kamu sudah terlalu baik pada ku, dan aku tidak pantas untuk kamu. Satria, maaf sudah terlalu banyak membebani kamu " _ Airin.

Airin dan Satria di pertemukan oleh takdir. Keduanya bertemu melalui Azka, sahabat baik Satria. Dan Azka adalah kekasih nya Airin.

Azka tiba-tiba menghilang setelah menemui Satria dan meminta sahabat nya itu untuk menjaga Airin, wanita yang paling di cintai nya.

Dan hidup Airin kacau dan menderita sejak ia tahu kalau dia tengah mengandung anak Azka. Saat akan meminta tanggung jawab pria itu menghilang bak di telan bumi. Hidup nya semakin hancur karena keluarga membuang dirinya. Sang Ayah mengusir nya dan tidak lagi mau menganggap nya sebagai anak.

Satria muncul, dan mengatakan ingin menikahi Airin dan menjaganya. Demi janji nya pada sang sahabat.

Bagaimana kisah kedua nya ? dua anak manusia yang menikah tanpa mengenal satu sama lain.

chap-preview
Free preview
PROLOG
Hujan baru saja reda, ketika Satria juga selesai dengan kerjaan nya malam ini. Ia adalah karyawan terakhir yang keluar dari dalam Caffe, tempatnya bekerja part time selama ia kuliah di Bandung. Kalian pasti bertanya, mengapa ia bekerja part time ?. Sementara dirinya berasal dari keluarga yang jauh dari kata kurang. Kakek nya adalah seorang Arsitek terkenal, sekarang perusahaan nya bahkan merambat ke luar negeri. Usaha kuliner juga maju pesat dan terletak hampir di setiap sudut kota. Lalu Ayah juga seorang pengusaha sukses yang sekarang menggantikan posisi Kakek nya di perusahan Pusat di ibu kota. Di tambah, ibunya adalah seorang fotografer terkenal. Memiliki studio yang sekarang sudah menuju kancah Asia. Jadi, sudah pasti hidup Satria lebih dari kata cukup. Bahkan, walau tanpa bekerja sekali pun. Ia tidak akan melarat sampai tujuh turunan. Tapi, Satria memiliki alasan tersendiri. Ia bukan nya tidak bersyukur atas apa yang telah ia punya. Hanya saja, ia ingin memulai semuanya dari bawah. Belajar, sejak dini. Bahkan, Satria sampai menyembunyikan identitasnya sendiri selama ia berkuliah di Bandung. Dengan begitu, ia bisa belajar dengan tenang tanpa harus di ganggu oleh para penjilat. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Karena, Caffe nya malam ini di booking oleh salah satu anak pejabat di Bandung untuk perayaan ulang tahun. Maka, ia harus pulang tengah malam. Padahal, besok pagi ia akan ada sidang. Satria mengkayuh sepedanya dengan sedikit cepat. Menyusuri jalanan kota Bandung yang sedikit sepi jika sudah tengah malam begini. Dan lima belas menit kemudian, ia tiba di kosan nya. "Azka " ucapnya dengan kernyitan heran di dahinya. Saat mendapati teman nya, tidak. Bahkan laki-laki bernama Azka itu adalah sahabat nya. Kedekatan mereka sudah seperti saudara. "Sat, loe udah pulang. Hutf gue udah nungguin loe hampir dua jam " ujar Azka, memberi jalan pada Satria agar bisa membuka pintu kamar kost nya. "Kenapa gak nelfon. Atau datang langsung ke Caffe. Loe kan gak perlu nunggu di luar " ujar Satria, membuka pintu kamarnya. "Gue kira loe udah balik " jawab Azka, menyusul masuk kedalam. Satria langsung menuju ke kamar mandi. Membasuh muka nya, dan kemudian kembali ke dalam untuk mengganti baju nya. "Besok loe sidang pagi kan ? Kok pulang nya larut banget " ujar Azka, menyalakan televisi. "Ada acara tadi di Caffe, perayaan ultah gitu. Makanya selesai nya larut gini " jawab Satria, menuangkan air putih kedalam gelas. Dan kemudian meneguknya. Dan suasana kamar kost milik Satria mendadak hening. Hanya suara tivi yang terdengar. Membuat Satria yang tengah menyiapkan keperluan besok pagi menjadi terhenti. Ia menjadi heran, Azka bukan lah orang yang pendiam. Sahabat nya itu terkenal sangat hiperaktif. Tidak bisa diam lewat dari tiga menit. Dan bisanya jika laki-laki itu datang ke kost nya dan menginap. Pasti, kamarnya akan bising sampai ia bosan karena di tegur tetangga kamarnya. Ia menoleh pada Azka, lipatan di dahinya semakin dalam ketika memperhatikan Azka yang tampak menonton dengan sangat serius. Tatapan matanya itu lurus pada tivi, tapi Satria yakin kalau sahabat nya itu tidak sedang menonton berita tengah malam itu. "Az, loe kenapa deh ?" Tanya Satria heran. Azka tidak menyaut, atau tidak mendengar. Membuat Satria heran, dan mendekati sahabat nya itu. "Woi, Azka !" Panggilnya kali ini dengan nada tinggi dan juga sentuhan di bahu Azka. "Eh! Kenapa, bro ?" Satria menatap heran pada Azka. Tidak, biasanya seorang Azka melamun terlalu jauh seperti sekarang ini. Satria menggeleng, ia kembali menuju tempat tidurnya. "Gue mau tidur, loe kalau masih mau nonton. Suara tivi di kecilin " ujar Satria, mulai berbaring. Azka hanya mengangguk menurut saja. Membuat Satria semakin yakin, kalau sahabat nya itu sedang ada masalah. "Az, kalau loe masih belum ada jalan keluar. Cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu. " Ujar Satria, sedikit menguap. Dan kemudian memejamkan kedua matanya. Azka yang tadinya sempat kaget, akan ucapan tiba-tiba itu. Kemudian hanya mengangguk saja, ia memandangi Satria yang sudah mulai terlelap. Kemudian mengulum senyum kecil nya. Satria, memang selalu tau apa yang ia rasakan. *** Sidang Satria berjalan dengan lancar, ia dengan bangga bisa menunjukkan hasil tugas akhir nya pada kedua orang tuanya. Lulus dengan nilai terbaik tentu nya. "Selamat ya, Bang. Ayah sudah yakin kalau Abang pasti bisa dapat nilai terbaik " ujar Ayah nya, dengan begitu bangga. "Oh iya dong, kan Anaknya Ayah " jawab Satria dengan bangga. Bahkan sampai membusung kan dadanya. Namun, kemudian tatapan itu berubah sedih. "Mama gak bisa datang ya ?" Tanyanya kemudian. Pak Rezky, ayah nya sedikit terkejut dan kemudian tersenyum kecut. Ia mermas bahu anak sulung nya dengan memberi semangat dan juga memohon pengertian. "Mama.." "Gak apa kok, Yah. Satria ngerti kok. " Sela Satria dengan nada tidak puas. Namun, tetap memaksakan senyum nya. Ia tau, semua nya telah berubah. Sejak peristiwa itu, keluarganya berubah. Tepatnya, sang Mama. Padahal mereka sama-sama merasakan kehilangan. Tapi, jiwa Mamanya terguncang lebih hebat bahkan sampai tidak bisa menerima kenyataan. "Tapi, Mama janji kok bakal datang saat wisuda " ujar Pak Rezky, tidak ingin mengecewakn anak nya. "Abang juga berharap begitu. Tapi, gak akan maksa kok " jawab Satria sudah sangat paham dengan situasi yang sekarang mereka hadapi. Sang Ayah pun tidak lagi bisa berkata apapun. Hanya bisa mengangguk, dan mencoba untuk menyemangati anak sulung nya itu. Walau ia merasa sangat sedih dan juga sedikit kecewa dengan sikap istrinya. Tapi, ia jauh lebih kecewa pada dirinya sendiri. Karena, tidak bisa menjaga keluarga nya. *** Wisuda kelulusan di selenggarakan di Bandung, dan apa yang di harapkan terwujud. Mama dan bahkan Kakek dan Neneknya datang di hari wisudanya. Membuatnya senang juga lega. Karena, ia bisa melihat senyum Mamanya kembali. Walau, masih terasa hampa. "Selamat ya, Bang " ujar Mamanya dengan nada bergetar. Membuat Satria tau kalau beliau tengah menahan tangis bahagia atau tangis sedih. Satria mengangguk, dengan senyuman pedih. Dan kemudian terdengar isakkan tangis Mamanya, berserta air mata yang keluar begitu saja. "Ma " panggil Satria dengan perasaan sesak. "Hiks.. maaf " Dee menangis, Satria langsung memeluk nya. Memejamkan kedua matanya dengan kuat, menahan rasa sesak yang tiba - tiba memasukinya begitu saja. "Coba .. kalau .. hiks.. hiks.. " "Ma -" ucapan Satria terhenti, saat melihat Ayahnya menggeleng kan kepalanya. Pertanda, ia tidak bisa melanjutkan ucapan nya. Karena, ia sudah tau hasilnya akan buruk. Jadi, yang bisa ia lakukan hanya memeluk Mamanya dengan erat, mencoba untuk menenangkan nya. *** Satria langsung kembali ke kostan nya, setelah semua nya selesai. Keluarganya, juga sudah kembali ke Jakarta. Sementara ia akan menyusul nanti malam. Tentu saja ia akan merayakan kelulusan nya bersama keluarga besarnya di Jakarta. Dan lagi, pula. Ia juga akan meninggalkan kota Bandung dan kembali ke Jakarta. Ia memasukkan semua pakaian nya kedalam koper, dan juga beberapa barang yang akan di bawa pulang malam ini bersamanya. Sedangkan, sisanya nanti akan ia selesaikan lusa saat ia kembali ke Bandung untuk mengurus ijazah nya. Tok Tok Tok Pekerjaan memasukkan baju kedalam koper terhenti. Ia menoleh ke pintu kamarnya. Dan kemudian, berjalan mendekat untuk membukanya. Cklek "Eh, Azka!" Sambut Satria, namun muka nya berubah pias pada Azka. Mengingat sahabat nya itu tidak datang di acara wisudanya pagi tadi. Bahkan sampai acara selesai teman nya itu tidak muncul sama sekali. "Mau apa loe ?!" Tanya nya dengan nada marah. Azka menatap Satria dengan cemas, dan kemudian merasa bersalah. "Sat, sebelum nya gue minta maaf, gue tau loe marah karena gue gak datang " ujar Azka, melangkah masuk kedalam kamar. Diam-diam Azka mengatur napasnya, dan kemudian menatap sekitar kamarnya. "Tapi, sekarang gue sangat,sangat sangat butuh bantuan loe " Satria mengernyitkan dahi nya dengan heran, menatap Azka dengan penuh tanda tanya. Namun, saat ia kembali mengingat sikap Azka akhir-akhir ini membuat Satria mau tidak mau harus meredam kemarahan nya dulu. "Bantuan apa ?" Tanya Satria setelah bisa menguasai dirinya sendiri. Dan saat itu lah, Satria menangkap pemandangan yang janggal pada diri Azka. Laki-laki itu tampak berkeringat, dan terlihat kelelahan. Belum, lagi luka di sudut kening Azka. Ia baru menyadari nya. "Sat, gue udah gak punya pilihan lagi " ujar Azka, dengan nada putus asa. "Maksud loe ?" "Gue harus pergi, " Satria terdiam, memandangi Azka cukup lama. Sahabat nya itu terlihat sangat gelisah dan juga penuh kewaspadaan. "Sat, gue cuma minta satu hal sama loe " ujar Azka mendekati Satria. Dan menatap pria itu dengan memohon. "Tolong jaga Airin " Satria semakin di buat bingung dengan apa yang di katakan oleh Azka. Menjaga, Airin ? Maksud nya apa ? Mengapa Azka meminta ia untuk menjaga Kekasih nya? "Sebenarnya ada apa sih, Az ?" Tanya Satria tidak sabar lagi. "Bokap gue, tau kalau gue berhubungan sama Airin! Bahkan mengancam akan membunuh Airin kalau gue masih menjalin hubungan sama dia. "Jelas Azka. "Gak mungkin. !" "Sat, loe tau bokap gue gimana, dia itu akan selalu melakukan apapun agar semua yang ia ingin kan terwujud. !" "Tapi, apa salah Airin ?" Tanya Satria. Azka menggeleng, ia sendiri juga tidak tau kenapa. "Gue harus pergi sekarang, " ucap Azka tergesa, pria itu mengeluarkan secarik kertas dan memberikan nya pada Satria. "Ini alamat Airin, dia lagi di Surabaya sekarang. Tolong, loe kesana dan jaga dia. Gue tau, bokap gue gak bakal nepati janji nya. Dia pasti bakal nyelakain Airin setelah gue pergi. " "Tapi, kenapa loe harus pergi? Kalau loe sayang sama dia, dan cinta sama Airin seharusnya loe bisa lindungi dia. Bukan lari ??!" Ujat Satria dengan marah. "Justru itu!! Gue pergi karena gue mau perjuangin dia. !! Gue bakal lawan bokap gue!! Tapi, tidak sekarang di saat gue gak punya apa-apa untuk melawan nya.!!" Jerit Azka tertahan. "Gue minta bantuan loe, karena cuma loe yang bisa lindungi Airin. Bokap gue, gak akan bisa nyentuh Airin, selama dia sama loe!! Loe tau, bokap gue gak akan mudah mencelakai keluarga Wahed!!" Satria terdiam, mendadak fikiran nya buntu seketika. "Sat, tolongin Airin. Pliss demi gue!! Gue janji gak akan lama. Setelah itu gue bakal balik !!. Gue gak bisa ninggalin Airin gitu aja. Gue cinta banget sama dia. Loe tau kan !!" Ujar Azka lagi. Tok Tok Tok Suara ketukan pintu membuat kedua nya kaget. Dan Satria hendak membukanya, tapi di tahan oleh Azka. "Janji sama gue, kalau loe bakal jagain Airin seperti loe jaga nyawa loe sendiri " ujar Azka lagi kini semakin gelisah. "Azka, gue -" "Pliss.. gue tau ini sulit, tapi cuma loe yang bisa nolongin gue sama Airin. " "Oke, tapi loe jawab dulu. Loe mau kemana ?" Azka menggeleng lemah, kembali terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Satria. "Gue gak tau, kemana bokap bakal ngirim gue. Tapi, gue janji bakal balik dalam waktu kurang dari satu tahun !!" Jawab Azka dengan yakin. "Dan, gue bakal kabarin loe nanti. " Lanjutnya tergesa, sambil melangkah menuju pintu. Satria baru saja hendak menahan sahabatnya itu, tapi orang-orang berseragam yang berdiri di depan pintu kamarnya membuat Satria urung. Bahkan, saat Azka berpamitan padanya. Ia hanya diam, dengan kecemasan dalam hati nya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook