Penyesalan Yang Dalam

3058 Words

Loco tidak pernah menyangka bahwa suara mesin mobilnya yang halus bisa terdengar seperti deru petir di telinganya. Setiap hentakan mesin bagai menghitung detik-detik menuju jurang yang tak terlihat. Satu-satunya yang tajam dan nyata di hadapannya kini adalah erangan dari Lexa di pangkuannya. “Ini … sakit," desisnya, suaranya lemah dan tertahan. Tangannya mencengkeram erat erat lengan bajunya, tangan-nya sampai memutih. "Kramnya … tidak berhenti." Loco hanya bisa diam namun terlihat begitu panik, lidahnya terasa kaku dan membatu. Matanya nyaris tidak bisa meninggalkan jalan, tapi tetap melihat ke arah istrinya. Wajah Lexa kini pucat pasi. Butiran keringat dingin membasahi pelipisnya, dan napasnya pendek-pendek, tersengal. "Aku minta maaf,” bisik Loco, seakan tak bisa terima dengan p

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD