02 - Diculik!

1042 Words
“Zanetha Defelora, berumur 24 tahun dan memiliki sebuah wedding organizer yang tidak terlalu besar. Dua bersaudara, dan hanya tinggal bersama ibu dan adiknya. Dan menjadi tulang punggung keluarga. Dan paling penting, tidak sedang menjalin hubungan dengan siapa pun sekarang,” Reivant membaca data yang dikirim oleh orangnya ke ponselnya. Tidak sulit bagi Reivant untuk mendapatkan informasi dari gadis yang berada di depannya ini. Hanya perlu menjentikkan jarinya, dan semuanya sudah selesai. Reivant memerhatika ekspresi wajah Netha yang terkejut dan sekarang gadis itu lebih terlihat jelas ketakutan pada Reivant. Reivant berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan melingkari tubuh Netha. Reivant menghirup aroma rambut Netha yang sangat harum semerbak. Ya Tuhan … hanya mencium rambut Netha saja, sudah membuat bagian bawah milik Reivant berdiri dengan tidak tahu malunya. Dasar murahan. “Kau sangat harum sekali. Aroma tubuhmu membuat bagian bawah tubuhku terbangun. Kau mau melakukannya sekarang denganku?” Tanya Reivant menaikkan sebelah alis. Netha mendengarnya berdecih sinis. “Aku bukan wanita muranhan, yang dengan mudahnya melemparkan tubuhku pada pria yang tidak aku kenal sama sekali, dan bukan suamiku tentunya,” kata Netha. “Oh … masalahnya kau bukan istriku. Aku sudah menawarkan pernikahan untukmu Netha. Kau akan menjadi istriku sebentar lagi. Kau akan ikut denganku Netha,” kata Reivant kembali ke tempat duduknya. Netha mengepalkan tangan, dan tidak mau ikut dengan Reivant yang bukan orang dikenal olehnya. “AKU TIDAK MAU IKUT!” teriak Netha, langsung membuat Reivant marah seketika. Reivant mengambil ponselnya, dan mulai menghubungi orangnya untuk masuk ke dalam kamar hotel yang ditempatinya sekarang. Hanya butuh waktu sebentar, orang-orang Reivant sudah masuk ke dalam dan menunduk sopan pada Reivant. “Kalian bawa gadis ini ke rumahku. Dan jangan sampai dia lolos,” kata Reivant memerintah. Orang-orang itu mengangguk dan berjalan mendekati Netha. Netha yang didekati oleh orang-orang Reivant, langsung memberontak dan tidak mau dipaksa ikut dengan Reivant. Reivant tidak bisa membawanya begitu saja. Netha berhak untuk tidak ikut dengan pria itu dan cara ini—sama saja Reivant menculiknya. “Aku tidak mau ikut! Lepaskan! LEPASKAAN!!” teriak Netha memberontak. Reivant yang melihat Netha tidak bisa diam sama sekali, dan akan membuat orang-orang di luar sana akan curiga. Reivant berjalan menuju tasnya, dan mengambil sebuah obat bius dan menempelkan ke sapu tangan yang selalu dibawa olehnya. Reivant kembali berjalan menuju Netha, dan membekap hidung Netha menggunakan sapu tangan. Netha yang awalnya meronta, lansung lemas dan jatuh pingsan. Reivant yang melihat gadis itu sudah pingsan tersenyum licik. “Bawa dia sekarang. Dan jangan sampai orang-orang di luar sana tahu tentang ini,” kata Reivant dingin. Orang-orang Reivant mengangguk, dan membawa tubuh Netha keluar dari dalam kamar hotel. Reivant yang melihatnya langsung berbalik dan berjalan menuju kamar mandi. Reivant akan membersihkan dirinya sebelum dia pulang ke rumahnya dan bertemu dengan calon istrinya. Ah … membayangkan Netha berada di bawahnya setelah mereka menikah nanti, sesuatu yang membuat Reivant sudah tidak sabar melakukannya. Reivant akan menikah dan memiliki anak dari Netha. Setelah puas dengan wanita itu, maka Reivant akan membuang Netha dan mengambil anaknya. Reivant hanya butuh seorang anak dan juga kesenangan tentunya. Reivant bisa saja memiliki anak tanpa pernikahan. Tapi, mengingat ibunya yang selalu menanamkan pikiran pada Reivant, kalau wanita tua itu hanya ingin punya cucu dari hasil pernikahan bukan di luar pernikahan. Kalau saja ibunya tidak berkata seperti itu, mungkin Reivant sudah lama memiliki anak dari wanita yang tidak perlu dinikahinya sama sekali. Reivant keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk menggantung di pinggangnya. Reivant mengusap rambut basahnya ke belakang yang membuat dirinya semakin terlihat tampan dan mempesona. Reivant mengambil ponselnya, dan memantau sudah sampai di mana anak buahnya membawa Netha. Dan senyuman Reivant mengembang, ketika mereka mengatakan kalau sudah dekat ke rumah Reivant. Reivant meletakkan kembali ponselnya, dan berjalan mengambil pakaiannya dan memakainya. Reivant keluar dari dalam kamar hotel dengan langkah tegas dan menatap datar setiap orang yang menatapnya dengan tatapan terpukau mereka. Reivant tidak peduli dengan orang-orang yang seakan ingin dicumbu oleh Reivant dan menari di atas ranjang bersama Reivant sepanjang malam. Reivant masuk ke dalam mobil, dan melajukannya dalam kecepatan sedang. Reivant memeriksa ponselnya yang sedang berbunyi. Satu pesan masuk dari ibunya. Reivant tidak menanggapinya sama sekali. Dan kembali menyimpan ponselnya. Reivant lebih suka secepatnya sampai di rumahnya dan melihat Netha yang sungguh menggoda sekali. Mulut tajam gadis itu dan badannya yang seksi, membuat Reivant ingin melempar Netha ke atas ranjang, dan membuat Netha meneriakkan namanya saat gadis itu pelepasan sempurna. Ah … membayangkannya saja sudah membuat bagian bawah Reivant mulai berdiri dari. “Sialan! Kau tidak bisa bersikap mahal sedikit hah?! Kau tidak biasanya akan seperti ini!” kata Reivant kesal pada miliknya sendiri. Sebelum pulang ke rumah, Reivant berhenti dulu di sebuah minimarket untuk membeli minum. Kerongkongannya terasa kering sekarang dan perutnya juga sedikit lapar. Reivant tidak mau berhenti makan di restoran dulu, yang akan membuat dirinya semakin lama sampai di rumah. Reivant keluar dari dalam minimarket yang membawa satu botol air mineral dan dua roti. Reivant masuk ke dalam mobilnya, dan membuka sebungkus roti dan memakannya cepat. Reivant juga meminum airnya. Setelah dirasa cukup, Reivant menghidupkan mobilnya kembali dan melajukannya dalam kecepatan tinggi. Reivant menyenandungkan sebuah lagu dengan wajah tampak senang. Membayangkan Netha yang lemah dan tidak bisa melawan nantinya. Gadis itu akan menerima pernikahan ini. Pernikahan sementara yang dirancang oleh Reivant karena sebuah obsesi dan juga kesenangan semata. “Aku akan menikahimu hanya sekitar dua tahun Netha,” gumam Reivant dan tertawa pelan. Dua tahun sudah cukup membuat Reivant memiliki seorang anak dari Netha dan juga rasa bosannya berhubungan badan dengan Netha nantinya. “Dua tahun. Dua tahun. Dua tahun.” Kata-kata itu terus saja terlontar dari mulut Reivant, sembari pria itu menggoyangkan jari jemarinya di stir mobil. Tiba-tiba saja Reivant tertawa kencang dan untung saja di dalam mobil ini hanya dirinya saja. Kalau ada orang lain, mungkin Reivant sudah disangka gila dan tidak waras sama sekali. “Aku mendapatkan seorang perawan. Beruntungnya diriku!” kata Reivant tertawa kencang. Reivant bisa saja mencari perawan dengan memesan pada germo yang biasa didatangi olehnya. Namun, Reivant sangat malas untuk melakukan seks dengan perawan yang dibayar olehnya. Karena mereka tidak berpengalaman sama sekali, dan menunggu Reivant bertindak. Dan Reivant termasuk pria yang malas untuk bertindak terlebih dahulu. Percuma saja dia membayar kalau mereka tidak bertindak lebih dulu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD