“REGAN!” Kedua tangan Budiman sudah mengepal erat dan bergetar. Hatinya panas tidak karuan, setelah mendengar pemaparan David mengenai dalang di balik kecelakaan Sabda. “Tahan, Bud, tahan!” Darwin segera menghalangi Budiman yang hendak pergi dari kafetaria rumah sakit. “Duduk dulu, biar aku jelaskan. “Apa lagi yang mau dijelaskan!” “Kecilkan suaramu, karena kita di tempat umum,” desis Darwin memaksa Budiman kembali duduk di kursinya. “Tapi—” “Kita buat laporan hari ini,” putus Darwin kemudian duduk di samping Budiman dan bicara dengan suara pelan. “Wahyu yang akan jadi kuasa hukumnya dan—” “April?” sela Budiman mengingat istri Wahyu adalah putri Regan. “Kalau Wahyu yang jadi kuasa hukumku, apa rumah tangga Wahyu nggak tambah runyam? Kita bisa usut Regan dan biar urusan ini aku serahk

