“Kenapa ada di lobi dan nggak nunggu di ruanganku?” April menghempas tubuh di sofa tunggal di samping Wahyu. “Aku nggak lama.” Wahyu sedikit bergeser, agar bisa melihat April. Ia memang sengaja menunggu April di lobi, karena tidak ingin bicara terlalu lama dengan wanita itu. “Mau ngapain?” tanya April sedikit ketus. Ia masih saja tidak terima, karena Wahyu benar-benar menceraikannya. Pengorbanannya selama bertahun-tahun, ternyata tidak dianggap sama sekali oleh pria itu. “Mau pamit.” “Pamit?” Dahi April mengerut, bergeser mendekat ke arah Wahyu. “Emang kamu ke mana?” “Aku mau ke Bali.” Wahyu kemudian berdiri dan mengulurkan tangan pada April. “Mulai besok, aku pindah dan tinggal di sana karena Jakarta sudah terlalu sesak.” April mendongak setelah melihat uluran tangan Wahyu. Ia tidak

