“Don’t touch my food!” Seru Evelyn pada Delwyn yang mengambil pastanya.
“Dasar pelit” Ucap Delwyn sembari mengunyah pasta yang ia curi dari piring Evelyn.
“You have your own food, Dude” Kesal Evelyn.
“Ev, language” Tegur Will.
“Maaf, Dad. Tapi lihat Kak El, dia memakan pastaku padahal dia punya steak” Lapor Evelyn.
“Jangan ganggu Princess Daddy, Boy” Ujar Will yang membuat Evelyn memeletkan lidahnya pada Delwyn.
“Iya, Dad” Ujar Delwyn.
“Jika kamu meng...” Will tak dapat menyelesaikan ucapannya karena Macy yang tiba-tiba menyuapkan sepotong daging padanya yang membuat Alfabet bersorak.
“Romantisnya” Seru Delwyn.
“I want it too, Mom” Sahut Byll.
“Me too” Sahut Conradinez.
“No, Mommy’s bribe is only for Daddy” Ucap Will yang membuat Alfabet mencibir sang ayah. Sementara Will mengeluarkan senyum liciknya.
“Sudah, sudah, habiskan saja makanan kalian” Ujar Macy.
Ting!
Suara dering ponsel Evelyn yang menandakan pesan masuk membuat gadis itu mengambil ponselnya yang tergeletak tak jauh dari piringnya.
***
From : Mikaila Benhard
Ev, Mama masuk rumah sakit
***
Begitulah pesan singkat dari Mikaila membuat Evelyn terkejut.
“Dad, Mom, Ev pergi dulu ya. Mama Mika masuk rumah sakit” Ucap Evelyn sedikit panik.
“Mama Mikaila sakit apa, sayang?” Tanya Macy.
“Sepertinya sakit jantungnya kambuh lagi” Jawab Evelyn.
“Akan kuantar” Ucap Delwyn.
“Tidak perlu, Kak. Ev, bisa sendiri” Cegah Evelyn. “Ev, pergi dulu” Pamitnya kemudian berjalan cepat keluar.
Dengan sedikit melewati batas kecepatan normal, Evelyn melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang biasa merawat Mama Mikaila.
Sesampainya di basement rumah sakit, Evelyn mengeluarkan ponselnya dan menelepon Mikaila.
“Halo, Mika. Kau di lantai berapa?” Tanya Evelyn.
“Lantai tujuh” Jawab Mikaila dengan suara isak tangisnya.
“Ok, aku segera ke sana” Ucap Evelyn.
Keluar dari mobil lalu segera berlari menuju lift dan menekan tombol angka tujuh. Setelah sampai di lantai tujuh, Evelyn berlari kembali menuju tempat Mikaila berada tanpa menghiraukan seorang pria yang hendak masuk ke dalam lift.
“Mika!” Panggil Evelyn.
“Ev!” Seru Mikaila kemudian berlari menuju Evelyn yang tak jauh darinya kemudian memeluk gadis itu.
“Tenanglah, semua akan baik-baik saja” Ucap Evelyn.
“D, dokter bilang kalau M, Mama, Mama...” Mikaila tak meneruskan ucapannya dan hanya bisa menangis sebagai gantinya.
“Tidak apa-apa. Tante Celine pasti akan baik-baik saja” Ucap Evelyn yang membuat Mikaila melepas pelukannya.
“Tidak, Ev. D, dokter bilang kalau jantung Mama sudah semakin parah. Dan satu-satunya cara untuk mengobatinya adalah...” Mikaila memberi jeda pada ucapannya. “Donor jantung” Lanjutnya kemudian terisak kembali.
Evelyn tak berkata apapun lagi, yang bisa ia lakukan hanya memeluk Mikaila sembari menenangkan gadis itu. Bukan hanya Mikaila yang sedih karena ini. Bagaimanapun Evelyn juga sudah menganggap Mama Mikaila sebagai keluarganya sendiri.
Sebenarnya dulu keluarga Mikaila juga merupakan keluarga yang terpandang. Ayahnya seorang pengusaha dari luar negeri sementara ibunya orang asli Indonesia. Saat Mikaila berusia delapan tahun, kedua orang tuanya bercerai karena tak tahan harus hidup terpisah dari istri serta anaknya dan hanya dapat berkunjung sekali sebulan.
Setelah bercerai, hak asuh Mikaila jatuh pada Celine. Dan sejak saat itu, ayah Mikaila tak pernah mengunjungi mereka lagi atau pun sekadar memberi mereka tunjangan hidup.
Untung saja Mikaila seorang gadis yang pintar hingga bisa mendapat beasiswa sampai kuliah. Karena Celine hanya bekerja sebagai penjahit dan membuka usaha roti kecil-kecilan.
Tapi sejak tiga tahun yang lalu, keadaan Celine memburuk dan mendapati bahwa ia memiliki penyakit jantung. Ia pun berhenti bekerja dan hanya mengurung diri di rumah. Itulah sebabnya kadang Mikaila menghabiskan waktunya di panti saat ia tak sanggup melihat keadaan sang ibu terpuruk.
-------
“Tolong lakukan apapun untuk mendapatkan donornya, dok” Ucap Evelyn pada seorang dokter yang merawat Celine.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Tapi sepertinya itu akan sulit karena ada banyak pasien yang berada di daftar tunggu untuk mendapat donor jantung” Ujar sang dokter.
“Saya tidak peduli berapa pun biayanya, dok. Tapi saya mohon, tolong dapatkan pendonornya segera” Mohon Evelyn. Dokter tersebut menghela nafas sebelum menjawab ucapan Evelyn.
“Kami akan berusaha semampu kami dan akan menghubungi Anda jika kami mendapat pendonor dengan DNA yang cocok” Ucap dokter tersebut.
“Terima kasih, dok. Terima kasih banyak” Ujar Evelyn kemudian pamit dari ruangan dokter tersebut.
Evelyn menghela nafas, ia merasa semua ini sudah terlalu berat untuk sahabatnya. Ia sendiri bahkan tak yakin akan sanggup menghadapi ini jika berada di posisi Mikaila.
Suara dering ponselnya membuat lamunan gadis itu buyar.
The King is Calling...
“Halo, Dad” Sapa Evelyn.
“Halo Princess. Bagaimana kondisi ibu Mika?” Tanya Will.
“Buruk. Tante Celine harus dapat donor jantung secepatnya” Jawab Evelyn.
“Lalu kapan mereka akan melakukan operasinya?”
“Sepertinya akan butuh waktu lama karena banyak pasien yang ada di daftar tunggu untuk mendapat donor juga”
“Kalau begitu Daddy akan menghubungi rumah sakit lain untuk mencari pendonornya”
“Terima kasih, Dad”
“Never mind, Princess. Mikaila sudah Daddy anggap bagian dari keluar kita, jadi masalah ini bukan apa-apa”
“Love you, Dad”
“Love you too, Princess”
Panggilan mereka pun terputus saat Will menyelesaikan kalimat terakhirnya. Evelyn menghela nafas kembali dan memutuskan untuk menghampiri Mikaila di ruang inap Celine.
Saat berbalik, tanpa sengaja Evelyn menabrak seseorang tepat di bagian d**a orang tersebut.
“Aw!” Keluh Evelyn. “Sepertinya aku benar-benar akan gegar otak jika terus menerus menabrak orang” Gumamnya melupakan orang yang ia tabrak.
“Maaf” Ucap orang tersebut membuat Evelyn menghentikan usapan tangannya pada keningnya. Ia seperti mengenali suara tersebut.
Perlahan Evelyn menengadahkan kepalanya menatap pria yang berada tepat di hadapannya. Sontak Evelyn membulatkan matanya saat melihat orang yang ia tubruk. Austin Stone dengan tatapan dinginnya.
“Ah, tidak apa-apa” Ucap Evelyn.
“Kamu tidak mau memeriksakan kepalamu? Kebetulan kita berada di rumah sakit” Tawar Austin.
“Tidak perlu. Aku tidak apa-apa” Ujar Evelyn. “Kalau begitu aku pergi dulu” Pamitnya kemudian buru-buru pergi dari hadapan Austin.
“Apa ‘sih yang pria itu lakukan di sini? Dari banyaknya tempat di dunia ini, kenapa harus di sini? Menyebalkan” Gerutu Evelyn sepanjang jalan.
Saat ia telah hampir sampai di ruang inap Celine, tiba-tiba saja pintu ruangan tersebut terbuka dan tampak Mikaila tengah mendorong seorang pria keluar dari dalam ruangan tersebut dengan cukup keras.
-------
Love you guys~