Walau kehadirannya  selalu ditolak Ratu, Ayunda tidak pernah menyerah untuk mengambil hati  Ratu yang terkadang dingin tapi ada saatnya bersikap hangat.
"Kak," panggil Ayunda pelan. Ratu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya agar Ayunda berhenti menganggunya.
"Kak," panggil Ayunda lagi.
Emosi Ratu kembali tersulut, Ratu membuka selimutnya dengan kasar dan memegang bahu Ayunda dengan kasar.
"Berulang kali gue  bilang jangan pernah ganggu hidup gue. Pergi! Atau gue ...." Ratu  mengangkat tangannya yang sudah mengepal untuk memukul Ayunda yang mulai  bersikap lancang dengan berani mengganggu tidurnya.
Ayunda menutup kedua  matanya dan bersiap menerima pukulan Ratu di tubuhnya. Untungnya Ratu  segera sadar dan menahan tangannya untuk tidak melayang ke tubuh Ayunda.  
Ratu mendorong tubuh  mungil Ayunda agar segera keluar dari kamarnya. Ratu takut amarah dan  rasa benci membuatnya kesetanan dan melakukan hal yang akan disesalinya.  Jadi Ratu memilih mengusir Ayunda dengan kasar dan tanpa perasaan. Ratu  juga membanting pintu kamar persis di depan wajah Ayunda.
Tubuh Ratu langsung  lunglai di depan pintu, sekeras apapun dia mencoba tetap saja baginya  sulit menerima Ayunda sebagai anak kandungnya.
Enam tahun ini dia  mencoba melupakan mimpi buruk itu tapi sampai detik ini bayangan saat  Rendra memerkosanya selalu menjadi mimpi paling buruk dalam hidupnya.
"b******n itu tidak saja  merusak hidupku tapi juga mimpi-mimpi indah dan sekarang dia membuatku  menjadi manusia jahat," geram Ratu dengan dendam yang sulit hilang dari  hatinya.
Tok tok tok
"Kak," panggil Ayunda  dengan lugu. Ayunda tidak peduli dengan penolakan dan sikap kasar Ratu  pada dirinya. Ayunda sangat ingin mengajak Ratu keluar dari kamarnya dan  bermain di taman belakang bersama Jasmine dan Junior.
Ratu menutup kedua telinganya dan bersenandung kecil agar telinganya tidak mendengar suara Ayunda lagi.
Ketukan demi ketukan  tidak sedikitpun membuat Ratu keluar dari kamarnya. Ayunda akhirnya  menyerah dan memilih masuk kembali ke dalam kamarnya. 
Gadis kecil itu lalu  memilih membaringkan tubuh mungilnya di atas kasur. Air mata jatuh dari  matanya dan akhirnya Ayunda menangis sedih karena penolakan Ratu pada  dirinya.
****
"Ratu, Mama mohon jangan  bersikap seperti ini nak," pinta Hana saat Ratu menolak melihat kondisi  Ayunda yang terbaring lemah karena demam tinggi sejak siang tadi. Hana  berusaha membujuk Ratu untuk melihat kondisi Ayunda tapi Ratu menolak  dan sibuk memandang hamparan langit di balkok kamarnya.
"Ratu ... dia anak kamu.  Kamu mengandung dan melahirkannya, sekarang dia hanya butuh kamu  sebagai ibunya. Tolong berhentilah bersikap egois seperti ini, Mama tahu  kalau kamu masih sulit menerima Ayunda tapi tidakkah terbersit  sedikitpun di hati kamu kalau dia tidak tahu kenapa Tuhan  menghadirkannya di rahim kamu. Dia tidak pernah bisa memilih siapa yang  akan menjadi orangtuanya, jadi Mama mohon tolong bersikaplah selayaknya  seorang ibu," bujuk Hana. 
Ratu mengangkat kedua tangannya lalu menutup telinganya agar tidak mendengar ocehan Hana tentang Ayunda lagi.
"Ratu."
"Na na na na na na na syalala la la la la." Ratu memilih menyenandungkan lagu agar Hana berhenti mengganggunya.
Hana membuang napas dan  akhirnya meninggalkan Ratu sendirian. Hana putus asa dan tidak tahu lagi  langkah apa yang akan dia lakukan untuk membuat Ratu bisa menerima  Ayunda.
****
Flashback On.
"Kakak namanya siapa?  Nama aku Ratu." Gadis cilik itu menjulurkan tangannya ke arah lelaki  yang baru saja datang bersama ayahnya. Gadis cilik itu selalu diajarkan  untuk bersikap ramah oleh kedua orangtuanya pada setiap orang yang  datang berkunjung ke rumah mereka. Lelaki yang dipanggilnya 'kakak' itu  langsung membalas juluran tangan gadis cilik itu. Baru kali ini ada  seseorang memanggilnya kakak. 
"Rendra ... kamu  panggil Kak Rendra saja," balas Rendra singkat lalu tersenyum dan  mengacak rambut gadis cilik yang ternyata bernama Ratu dan mengelus pipi  gembil Ratu.
"Oh Kak Rendra ...  aku senang Kakak mau jadi teman main aku. Semoga Kakak betah ya jadi  teman aku. Papa bilang Kakak it orang baik loh dan aku suka ada orang  baik di dekat aku." Ratu menunjukkan senyumnya. Rendra langsung  terpesona dan membalas senyuman Ratu. Padahal selama ini senyum menjadi  musuh besar Rendra sejak kedua orang tuanya bercerai.
Pertemuan pertama  membuat Rendra langsung suka apalagi Ratu terlihat menyukainya. Rendra  merasa dirinya sudah gila karena mulai terobsesi dengan sosok Ratu.  Rendra merasa Ratu ditakdirkan untuknya.
Dalam pikiran Rendra,  Ratu tidak  akan pernah menyakiti dan meninggalkan seperti ibunya yang  memilih pergi dengan selingkuhannya dan meninggalkan Rendra berdua  dengan ayahnya. 
Bertahun-tahun Rendra  berada di dekat Ratu, bertahun-tahun juga Rendra semakin posesif untuk  memiliki Ratu meski Ratu selalu menolak dan takut pada dirinya. 
Setiap malam Rendra  hanya bisa mendekati Ratu saat gadis itu tidur. Rendra hanya bisa  menunjukkan rasa sayangnya melalui sentuhan dan ciuman selamat malam.  Bagi Rendra itu sudah cukup. 
Rendra kira Ratu  tidak tahu setiap malam diam-diam Rendra masuk ke kamar untuk mengagumi  kecantikan Ratu dan memberikan ciuman selamat malam. Nyatanya Ratu tahu  dan itu juga yang membuatnya benci dan takut dengan Rendra. 
Ratu juga takut jika  ditinggal Hana dan Raja sendirian. Ratu tidak berani melaporkan kepada  kedua orang tuanya karena takut, takut orangtuanya tidak percaya karena  selama ini mereka sangat mempercayai Rendra dan takut Rendra menyakiti  dirinya dan keluarganya.
Hingga hari kelabu   itu akhirnya tiba, Hana dan Raja terpaksa ke Bandung untuk menghadiri  pernikahan anak teman mereka. Ratu yang sedang mengikuti ujian semester  terpaksa mereka tinggalkan sendirian di rumah. Awalnya Ratu berencana  menginap di rumah temannya, tapi dia batalkan karena ingin fokus  belajar. Toh selama ini Rendra hanya menciumnya saja dan tidak pernah  melakukan hal lain.
"Kakak antar kamu  pulang, hari semakin larut dan nggak baik anak gadis pulang kemalaman."  Suara berat senior terkenal di sekolah membuat Ratu yang sejak tadi  gelisah menunggu jemputan langsung kaget. Ratu memutar tubuhnya dan  melihat senior idaman cewek-cewek di sekolah bernama Ghani menyapanya  ramah, Ratu yang memang suka menunduk malu.
"Nggak usah kak ...  aku dijemput kok," tolak Ratu yang malu untuk pertama kalinya disapa  Ghani. Ratu menggigit bibirnya saking gugup dan bingung dengan kejutan  ini.
"Rumah kita satu arah kok, ayo kakak antarz" Ratu kaget darimana Ghani bisa tahu alamat rumahnya.
"Tapi kak ...." Ghani  yang memang sudah menaruh hati menarik tangan Ratu dan membawanya naik  ke atas motor sport yang dibawanya. Jantung Ratu bagaikan sedang  balapan, karena baru sekali ini dibonceng lelaki lain dan merupakan  cowok tertampan pula di sekolah.
****
"Makasih ya kak atas  boncengannya, ayo singgah dulu ke rumah aku," tawar Ratu dengan ramah.  Ghani menggeleng pelan lalu membantu melepaskan helm dari kepala Ratu.
"Sudah malam, lain  waktu Kakak akan singgah. Ya sudah bye Ratu." Ghani melambaikan  tangannya dan dibalas Ratu dengan lambaian juga. Senyum tidak pernah  hilang dari mulut  Ratu yang bahagia diantar Ghani, cowok yang  ditaksirnya sejak awal masuk sekolah.
Ratu masuk ke dalam  rumah dengan hati riang, siulan kecil terdengar dari mulutnya. Rendra  yang melihat Ratu pulang dengan lelaki lain menjadi geram dan marah,  apalagi Rendra bisa lihat dengan jelas wajah bahagia Ratu saat bersama  lelaki itu sangat berbeda jika sedang bersamanya yang takut dan benci. 
Setelah suasana aman  dan yakin Susan sudah tidur, Rendra masuk ke dalam kamar Ratu. Rendra  ingin menyatakan perasaannya dan memberitahu Ratu isi hatinya.  Tidak  lupa Rendra  mengunci kamar Ratu, sayangnya malam itu ketika Rendra  masuk Ratu sedang mandi. Rendra menunggu dengan hati panas dan cemburu  buta.
"Siapa lelaki tadi?"  tanya Rendra setelah Ratu keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk.  Ratu kaget dan langsung ketakutan saat melihat Rendra berdiri di dalam  kamarnya. Apalagi dirinya hanya memakai sehelai handuk tanpa pakaian  dalam.
"Ngapain lo masuk  kamar gue, keluar! Atau gue adukan semua tingkah lo sama Papa!" teriak  Ratu dengan ancaman agar Rendra keluar dari kamarnya. Rendra bergeming  dan semakin mendekati Ratu. Ratu memundurkan langkahnya untuk  menghindari Rendra. Tubuhnya bergetar hebat saat Rendra semakin  membuatnya tersudut, bayangan sentuhan dan ciuman semenjak usianya lima  tahun langsung membuatnya mual dan panik.
"Kakak tanya, siapa  lelaki yang mengantar kamu dan kenapa kamu tersenyum hanya padanya,  kenapa setiap di samping kakak kamu takut dan benci, kenapa?" tanya  Rendra lagi dengan suara bergetar.
Ratu tertawa sinis,  "Lo itu paedofile, lo kira gue nggak tahu kalau setiap malam lo mencium  dan menyentuh tubuh gue. Andai lo tahu ya, setiap lo cium seinci anggota  tubuh gue ... rasanya gue ingin iris daging sisa ciuman lo dan buang ke  tong sampah! Gue jijik sama lo! Sekarang lebih baik lo keluar atau gue  lapor polisi. Sudah cukup selama ini gue diam, tapi tidak kali ini."  Ratu memegang erat handuknya dan memanggil nama Hana dan Raja dalam  hati.
"Kakak hanya  mencintai kamu Ratu, sungguh. Kaka tidak mau kamu diambil lelaki lain.  Kamu itu milik kakak dan selamanya akan seperti ini," ujar Rendra yang  dibutakan rasa cemburu. Ratu tertawa sinis mendengar ucapan Rendra.
"Gue nggak sudi!  Ya  lo benar, gue suka Kak Ghani. Dia baik dan melindungi gue, bukan kayak  lo. Dasar binatang c***l, beraninya hanya sama anak kecil yang tidak  berdaya. Otak lo di mana hah!" maki Ratu lagi. Selama ini dia diam dan  membiarkan Rendra melecehkannya tapi hari ini entah keberanian darimana  dia berani melawan Rendra.
Rendra semakin geram  dan marah Ratu menyebut nama lelaki lain di depannya, bagi dia Ratu  hanya miliknya dan tidak ada seorangpun yang boleh mengambil miliknya. 
Meski Ratu menolaknya  tapi Rendra harus memiliki Ratu agar Ratu tidak pergi darinya. Rendra  semakin mendekati Ratu, upaya Ratu untuk mundur terhenti karena tembok  menghalangi langkahnya untuk mundur. Sadar masa depannya menjadi taruhan  Ratu memegang erat handuknya.
"Mau apa lo? Jangan  pernah sentuh gue lagi, pleaseee jangan hancurkan masa depan gue." Air  mata mulai turun di pipi Ratu saat melihat Rendra tidak peduli jika dia  balas dengan amarah dan teriakan. Ratu sengaja menunjukkan wajah iba  agar Rendra membatalkan niat untuk menyentuhnya. Sayangnya, Rendra mulai  kesetanan, lupa diri, dan kalap. 
Rendra menggendong  Ratu dan menghempaskan tubuh mungil Ratu ke atas ranjang. Tendangan,  cakaran, makian, dan sumpah serapah dari mulut Ratu tidak sedikitpun  menggoyahkan diri Rendra. Rendra dengan amarah mulai membuang handuk  yang terpasang di tubuh Ratu.
Ratu hanya bisa  menitikkan air matanya ketika Rendra berhasil mencuri keperawanannya  dengan kasar diusianya yang masih lima belas tahun, usia seharusnya dia  masih belajar dan bermain. Bukan menjadi tempat pelampiasan nafsu lelaki  yang usianya jauh di atas dirinya.
"Gue ... benci ...  elo." Di sela rasa sakit dan kotor saat Rendra memerkosanya dengan  bringas, Ratu mengucapkan tiga kata itu dengan mata kosong. Rendra yang  sadar telah melakukan kesalahan langsung mencium Ratu berkali-kali  sambil mengucapkan kata-kata maaf.
"Maaf ... maafin kakak. Ya Tuhan apa yang aku lakukan!" Rendra menjambak rambutnya.
"Mama ... Papa ..."  panggil Ratu dalam hati. Air mata masih mengalir dari mata sendunya.  Rendra menatap Ratu yang terlihat hancur dengan tubuh penuh tanda  kepemilikannya.
"Bodoh!" maki Rendra dalam hati.
****