"Kita duduk dulu di kursi tunggu itu bisa, Anak Muda?" Rahmat menunjuk kursi tunggu panjang berderet empat di sisi apotik. Ada dua kursi tunggu panjang di sana. Hanya satu kursi panjang yang diduduki oleh dua orang pasien yang sedang mengantri resep. Satu kursi panjang lagi dalam keadaan kosong. "Baiklah, Opa. Walaupun saya merasa sebenarnya tidak ada hal yang perlu kita bicarakan lagi, tapi tidak masalah. Anggap saja saya sedang berbuat baik pada orang yang berencana berbuat jahat pada saya. Dengan begitu amal ibadah saya jadi bertambah," dalih Barita sarkas. Barita kemudian meminta Erika menunggu di parkiran. Sebentar lagi ia menyusul, janji Barita. Erika menjawab dengan mengacungkan jempolnya. Dari sudut mata Barita memindai kalau Pak Rahmat juga meminta ajudannya menunggu di kejauhan