BAB 34 *

336 Words
Sesampainya di rumah Susan langsung menuju kamar mandi melepas semua pakaiannya dan berendam tanpa memperdulikan Sidney yang tiba-tiba jadi ingin bisa menyentuh atau memeluknya saat melihat Susan meringkuk dan menangis di bak mandi. Baru kali ini Sidney merasa bodoh dan sia-sia, karena simpatinya adalah hal yang percuma. Susan akan tetap semakin membencinya. Sebenarnya bisa saja Sidney tidak perduli seperti saat dirinya menghancurkan seluruh kehidupan Susan dulu, tapi ternyata dia tidak bisa mengabaikan kesedihan Susan begitu saja. "Susan." Sidney coba kembali menyapanya lebih dulu. "Maafkan aku," katanya kemudian, tapi Susan masih memilih mengabaikannya. "Apa kau tidak ingin marah padaku? " tanya Sidney terdengar aneh bahkan untuk dia dengar sendiri. "Apa lagi maumu, kenapa kau belum pergi?" ketus Susa dengan nada dingin. "Sudah kukatakan, aku tidak bisa." "Kalau tidak bisa diamlah, jangan menggangguku! " Sidney coba menghargai keseriusan Susa tapi dia tidak bisa juga hanya diam dan membuang-buang waktu karena bagaimanapun mereka harus segera bicara. "Aku akan menunggumu, sampai kita bisa bicara," kata Sidney walau Susan masih memilih tak peduli. "Maafkan aku tentang Nolan." "Aku sudah tidak peduli, toh kau sudah menghancurkannya." "Aku hanya tidak bisa pura-pura menyukainya. Aku memang ada di tubuhmu, tapi aku tetap laki-laki, tidak mungkin aku membiarkan dia menciumku." "Tapi bukan berarti kau boleh menghancurkan hubungan kami! " tegas Susan. "Aku tidak tahu kau akan kembali." "Karena itu menurutmu semua yang ada di hidupku sudah tidak penting?" "Maafkan aku, Susan." "Apa gunanya untukmu! kau hanya ada di dalam kepalaku tapi tidak benar-benar nyata. Kau tidak memiliki kehidupan, kau tidak memiliki orang tua yang bisa membuatmu sedih, kau tidak punya siapapun yang mencintaimu, atau peduli padamu! " Sidney sengaja membiarkan Susan meluapkan kekesalannya karena dia tahu itulah yang sedang dibutuhkan Susan sekarang. "Kau benar, maaf aku sudah mengacaukan hidupmu." "Itu juga tidak ada gunanya untukmu! " "Hanya kau yang penting untukku, Susan," mungkin Susan tidak akan pernah tahu jika saat itu Sidney sendiri juga terkejut mendengar dirinya bisa bicara seperti itu. "Karena kau akan ikut mati jika aku mati!" ketus susan yang masih saja luarbiasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD