Hari kedua, Sidney harap   hidupnya akan kembali normal tapi ternyata dia tetap saja terbangun di   tubuh Susan. Benar-benar tidak terjadi perubahan apa, bahkan dia  sampai  membolak-balik telapak tangannya beberapa kali dan hanya merasa  bodoh.  Pikir Sidney, 'memang sampai kapan dirinya harus berada di tubuh  Susan?'  Sidney kembali mencengkram kepalanya yang rasanya ingin  meledak. Sidney  ingat bagaimana dirinya harus memandikan tubuh Susan  dan mengurus semua  keperluan wanitanya yang agak membuat gila.
Sidney coba berkhayal   mungkin ini hanya mimpi tapi ternyata dia juga tidak bisa. Sidney Parker   tetap terlalu realistis dan menyebalkan karena tidak bisa diajak   pura-pura walaupun sebenarnya kondisinya kali ini juga sudah sangat   tidak masuk akal.
Sidney segera bangkit   dari atas tempat tidur dan yang pasti sama sekali bukan kebiasaan Susan   untuk bangun sepagi itu. Sidney ingat hari ini dirinya harus bekerja   untuk Susan dan juga harus membiarkan wanita berisik itu menjemputnya.
Sidney turun untuk   berlari dulu sampai cukup lelah, karena bagaimanapun dia tidak mau gila,   dia butuh pelampiasan yang waras. Setelah itu dia kembali ke apartemen   Susan, langsung mandi dan bersiap untuk bekerja. Rutinitas yang sama   seperti kesibukannya selama ini, hanya saja kali ini dirinya adalah   Susan dan seorang perempuan yang bekerja sebagai sekertaris pribadi   seorang pria botak berperut buncit.
Tak lama nada pesannya   berbunyi dan Sidney harus segera turun karena jemputanya sudah menunggu   di depan pintu lobby. Sidney hanya sempat menuang segelas s**u dingin   dari kulkas dan meminumnya dengan cepat. Sidney harus segera memikirkan   masalah makanan ini, karena jelas dia tidak bisa makan sembarangan, dan   dia perlu makan untuk hidup. Selain itu Sidney juga harus segera   memikirkan perkara-perkara lain yang sudah pasti menantinya.
Sejauh ini Sidney sama   sekali tidak memiliki  informasi apapun tentang teman dan lingkungan   kerja Susan. Meskipun semalam dia sudah sempat mengintip akun media   sosial Susan, tapi sepertinya tetap tidak banyak membantu. Karena   sepertinya Susan tipe wanita yang memiliki banyak teman dan pergaulan.   Sidney bisa melihat dari banyaknya hashtag foto pertemanannya meski   sebenarnya Susan sendiri malah jarang meng-upload kegiatannya sendri.
Sidney langsung menemukan wanita dengan pipi chuby yang  melambai padanya untuk buru-buru.
"Ayo cepat, Susan! "   teriaknya dari kaca mobil sedan yang sudah dibuka, Sidney segera   berjalan cepat dan langsung memasukkan dirinya kedalam mobil tersebut.
"Kudengar kau bertengkar dengan, Nolan?"
Sidney tidak menyangka   bakal segera diserangan dengan pertanyaan macam itu. Entah kenapa   tiba-tiba dia merasa semakin jijik mendapati pria yang suka mengadu pada   ibu-ibu. Sidney tahu wanita bernama Tamy ini pasti sudah pernah  beranak  beberapa kali, dan sekarang sedang memelototinya seperti induk  ayam  betina yang habis mengeram.
"Hanya masalah sepele, "   tepis Sidney berusaha acuh dan berpaling ke luar jendela untuk   pura-pura memperhatikan kepadatan jalan raya.
"Kita bisa terlambat, " kata Sidney setelah menengok arloji di tangan Susan untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku serius, Susan!   "____ " Jika kalian memang benar ada masalah sebaiknya segera selesaikan   baik-baik, kalian sudah terlalu tua untuk ribut seperti itu!"
Ternyata wanita bernama   Tamy itu memang pantang menyerah dan sama sekali tetap tak terkecoh   dengan usaha payah Sidney untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Hanya sedikit salah paham, jangan khawatir."
"Apa kau tahu Nolan   sampai meneleponku puluhan kali hanya untuk mencari tahu kau sedang   dekat dengan siapa. Sepertinya priamu itu sedang cemburu, Susan! "
Berulang kali Sidney   benar-benar tidak menyangka jika masalah wanita bisa serumit ini, karena   itu dia memilih diam dan hanya pura-pura mengerti dengan mengangguk   pelan.