BAB 6 DATANG LAGI

1026 Words
Dom bisa melihat sebuah kebencian yang begitu dalam dari tatapan wanita yang baru diantar masuk oleh seorang pengawalnya. Bagi Amanda pria itu memang sudah bukan lagi orang yang pernah ia kenal dulu, dia orang yang berbeda. Amanda juga tidak akan sudi lagi memanggil namanya. "Jadi apa kau sudah berubah pikiran?" Tubuh Dom masih tidak bergeming ketika menatap Amanda yang kali ini sudah kembali berdiri di hadapannya tanpa pelu dia minta untuk datang. Amanda memang kembali nekat datang sendiri menemui Dom meski tahu pria itu sangat licik dan keji, pria yang telah memotong jari tangan suaminya. Dominic Rodriguez adalah pria tanpa hati yang juga bisa mengambil ginjal, jantung, dan organ tubuh apapun dari keluarganya tanpa sedikitpun rasa iba. "Apa kau akan bersumpah untuk berhenti mengganggu keluargaku?" tanya Amanda. "Tergantung bagaimana kau bisa membayarnya." "Apa maumu dariku?" "Bayaran yang setimpal!" ketegasan yang sepertinya juga melampaui kemampuan Amanda untuk memahaminya. Dom kembali bicara mengunakan bahasa asing yang juga sama sekali tidak Amanda pahami tapi nada dan penegasannya tetap membuat Amanda merinding. Sepertinya Dom mengunakan bahasa Portugis dan tidak satu katapun yang dapat Amanda mengerti kecuali ketika Dom beberapa kali terdengar menyebutkan namanya dengan keratan rahangnya yang kaku berdesis. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!" Amanda beringsut mundur saat Dom terus berjalan mendekatinya. Dom menyentuh helaian rambut Amanda dengan lembut untuk dia selipkan ke belakang telinga. "Kau tidak perlu tahu, Amanda. Kau tidak perlu tahu apa yang telah aku jalani. Cukup bujuk aku untuk melupakannya!" Dom meluncurkan tangannya turun ke sisi leher Amanda yang terus merinding hanya dengan disentuh seperti itu. Telapak tangan besar tersebut terus mengulas kulit lembut Amanda yang cuma seperti benda rapuh pucat tanpa daya. Dom memiringkan wajah Amanda untuk dia teliti kemudian menyapu bibir bawah wanita itu dengan ibu jarinya yang terasa kasar. "Aku kemari untuk suamiku!" tegas Amanda kembali mengingatkan agar pria itu tidak bertele-tele. "Layani aku seperti saat kau melayani suamimu!" Amanda memberanikan diri untuk mendongak, menatap pria di hadapannya dengan manik mata mengeras. "Aku tidak akan menelentangkanmu di hadapan anak buahku meskipun sebenarnya aku bisa melakukanya di manapun!" Mustahil jika Amanda tidak merinding dan langsung kehilangan nyali karena yang diucapkan Dom memang benar, dia bisa melakukan apapun terhadapnya. Amanda sudah berani datang pada pria itu dan sudah tidak bisa mundur lagi, apapun akan Amanda jalani demi untuk menyelamatkan suami serta masa depan keluarga kecilnya. Amanda bukan hanya datang seperti orang yang siap untuk bunuh diri tapi dia juga sudah menjadi istri yang akan segera mengkhianati suaminya. Dom sudah tidak bicara apa-apa, Amanda juga tidak berani bicara ketika Dom membawa tangannya untuk berjalan mengikuti pria itu. Genggaman telapak tangan besar itu benar-benar membuat Amanda merinding karena ia tahu dirinya sedang dibawa untuk apa. Amanda diajak berjalan menelusuri sebuah lorong sampai Dom membuka daun pintu tebal di depan mereka. Belum apa-apa Amanda sudah kembali merinding, kamarnya agak suram, terlihat gelap meskipun di siang hari. Amanda dibawa masuk dan langsung mengelilingkan pandangannya ke sekitar. Kamar yang sebenarnya sangat luas dengan ornamen Eropa klasik sama seperti detail interior di seluruh bangunan besar tersebut, cuma di sini lebih gelap. Semua perabot dan tirai-tirai yang menjulur dari jendelanya yang berbingkai tinggi juga berwarna gelap, segelap jiwa penghuninya. Dari situ Amanda langsung tahu jika itu kamar Dom. Amanda mendengar suara daun pintu yang kembali ditutup dan seketika langsung berpaling pada Dom yang juga jadi terlihat semakin mengerikan dengan siluet tubuhnya dalam gelap. Pupil Amanda belum sepenuhnya bisa beradaptasi dalam ruangan suram tersebut tapi pelan-pelan mulai kembali bisa dia tangkap detail jelasnya. Dominic Rodriguez benar-benar bukan pria yang akan berbelas kasih, tatapannya keji dan wajahnya suram. Sudah terlalu banyak iblis yang terbelenggu di dalam jiwanya. Makhluk-makhluk neraka yang dia pelihara sendiri untuk memangsa habis seluruh sisa kebajikan di dalam jiwanya. Amanda beringsut mundur ketika pria itu mulai melangkah maju mendekatinya. Sambil berjalan dia mulai menanggalkan satu-persatu pakaiannya sampai bongkahan otot di tubuh kecoklatan itu tak terbalut oleh apapun lagi. Tidak ada kata lain untuk menyimpulkan deskripsi dari tubuh seorang Dominic Rodriguez selain 'mengerikan'. Berbagai bekas sayatan pernah menjamah tiap jengkal tubuhnya. Amanda hanya semakin ngeri bagaimana pria masih bisa hidup dengan bekas luka sebanyak itu. Dadanya tebal, membusung tegap dengan taburan bulu kasar, otot lengan dan kakinya terlihat liat meregang, kombinasi yang mengerikan untuk ditemui seorang diri di sebuah kamar yang sedang terkunci. Amanda tidak akan bisa kabur kemanapun, atau mungkin dirinya juga akan mati di tempat tersebut. "Singkirkan pakaianmu!" sadis suara yang berdesis dari sela gigi kasarnya. "Kau bukan lagi gadis suci yang belum pernah melayani laki-laki!" Dengan jemari tangannya yang gemetar Amanda berusaha melepasi sendiri pakaiannya, ikut menjatuhkannya satu-persatu ke lantai hingga tubuh bugilnya terlihat pucat di tengah ruangan suram agak gelap yang akan segera menjadi tempat penyiksaannya. Amanda terus beringsut mundur dan Dom semakin mendekat. Udara panas yang dihembuskan dari napas pria kasar itu ikut menyapu kulit wajah Amanda yang terus merinding. Pria itu sangat besar hampir tiga kali lipat ukuran tubuh Amanda. Dagu Amanda segera dicekal dengan cengkeraman kaku hingga menengadah, bibirnya dirampas kasar dan Amanda merasa jijik. Lidah pria itu mendesak ke dalam tenggorokannya sampai Amanda tersengal kehabisan napas untuk menghirup udara. "Layani aku seperti saat kau melayani suamimu!" suara baritonnya terdengar semakin serak dan berat di tengah atmosfer hening yang dingin mencekam. Amanda segera berbaring. "Lakukan saja sesukamu!" Dia balas menatap pria di hadapannya dengan berani, pria yang juga pernah mengisi hatinya tapi kali ini sedang dia tatap dengan penuh kebencian. Dom tidak perduli, dia langsung menarik kaki Amanda sampai pinggul wanita itu terseret ke tepi ranjang dan dia rentangkan lebar-lebar. Dom berhenti sejenak untuk memperhatikan wanita yang telah terpampang di hadapannya, Amanda masih sangat merah dan cantik, bahkan puncaknya langsung berdenyut ketika dia sapu sedikit dengan ujung jari. "Wanita memang mahluk yang lemah!" Dom segera meremas miliknya sendiri sampai mengeras dan sengaja membiarkan Amanda meyaksikan perbuatannya dengan kaki terentang untuk disapu udara telanjang. Amanda sedang menghadapi seorang pria yang sangat besar dan keras di mana-mana. "Kau akan menenggelamkannya dan berdenyut-denyut untukku!" Dom terus meremas sendiri sampai meregang kaku terbalut pembuluh darah yang menebal hingga ke urat-urat di pangkal paha serta panggulnya yang kencang bertabur bulu ikal kasar. "Lihat aku dan jangan berani berpaling karena kau harus tahu jika aku yang sedang mengisimu!" *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD