Bab 3. Dengan Yang Lain

1241 Words
Ruangan itu terlihat sangat berantakan dengan barang berceceran di mana-mana dan pecahan kaca yang berhamburan. Seorang wanita terduduk dengan pipi yang dibasahi air mata, menangis tergugu menatap pria di hadapannya. "Apa maksudmu menikah dengan wanita lain?" tanya Sintia yang masih menangis. "Maafkan aku." Hanya itu yang keluar dari mulut Andre. "Aku sudah menunggu selama ini dan kau dengan mudahnya bilang akan menikahi wanita lain!" Tangis Sintia pecah. Andre hanya bisa memeluk dan menenangkan Sintia di dalam pelukannya. "Kalau kau mau bersamaku, hubungan kita akan tetap berjalan, aku juga masih sangat mencintaimu," ucap Andre mengelus lembut pipi Sintia dan mengecup keningnya. "Apa maksudnya aku jadi selingkuhanmu begitu? Wanita lain yang mendapat posisi utama, aku yang lebih dulu berhubungan denganmu kenapa aku yang jadi selingkuhan?” tanya Sintia tidak terima. "Hanya posisi saja itu tidak penting, yang menjadi prioritas dan yang sangat aku cintai itu hanya kamu, Sayang." Andre menangkup pipi Sintia dengan kedua tangannya dan mengecup bibir Sintia dengan lumatan kecil. "Aku masih mau hubungan kita tetap berjalan, walau kau menikah dengan orang lain, benar ya kau hanya memprioritaskan aku saja?" Sintia mengerucutkan bibirnya. "Iya, Sayang …." Andre mengelus rambut Sintia lembut. "Sudah pasti kau prioritasku, karena aku mencintaimu." "Kalau begitu cium aku lagi, sudah lama kita tidak bercinta." Sintia mulai menggoda Andre dengan mengelus bibir Andre menggunakan ibu jarinya, Andre yang mendapat perlakuan itu menyeringai. Tanpa menunggu Andre menciumnya, Sintia sudah melahap bibir Andre lebih dulu, satu hal yang Andre sukai dari Sintia yaitu sangat agresif dan bisa memuaskannya. Mereka melucuti pakaian mereka satu persatu, saling memagut bibir satu sama lain. Andre menggendong Sintia ke dalam kamar. Di dalam sana, keduanya mulai melampiaskan hasrat hingga terdengar suara desahan dan erangan yang saling bersahutan. *** Niatnya yang akan langsung pulang ke rumah dia urungkan, dia jadi harus ke minimarket sebentar untuk menghilangkan kehausan yang melanda. Sebelum keluar dari dalam mobilnya, Andre tidak lupa memakai masker. Baru saja dia keluar dari mobilnya dan berniat melangkah lebih jauh lagi, tapi dirinya sudah menabrak seseorang yang mengakibatkan bajunya ketumpahan minuman. “Argh …! Br*ngs*k! Matamu buta ya?!” teriaknya pada orang itu. “Kau yang menabrakku, Tuan. Seharusnya kau minta maaf bukan malah memakiku,” balas orang itu. Andre masih fokus dengan bajunya yang ketumpahan minuman. “Apa kau bilang?! Kau yang menumpahkan minuman ke bajuku gila!” sahut Andre menantang. Pandangan Andre beralih, dari menatap bajunya yang terkena tumpahan ke wajah orang yang menumpahkan minuman. “Kalau begitu saya minta maaf untuk baju anda yang kotor, anda juga minta maaflah pada saya karena sudah menabrak dan memaki saya,” ucap gadis itu. Dia cukup tertegun karena yang dia ajak bicara sedari tadi adalah gadis muda yang sangat cantik, seketika emosinya mulai mereda dan jadi salah tingkah. “Hei gadis kecil, kau siapa berani menasehatiku? Kau masih terlalu kecil untuk menasehatiku,” ucap Andre. Andre melirik ke buku yang dibawa gadis itu dan melihat nama yang tertera di bukunya yang bertuliskan “Alena”, segera pandangannya kembali menatap wajah gadis itu. “Kali ini aku akan membiarkanmu, tapi aku akan mengingat wajahmu baik-baik!” ucap Andre yang terdengar seperti ancaman. Andre langsung pergi setelah mengatakan itu pada Alena, sedangkan Alena hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan orang yang sudah sangat dewasa seperti anak kecil yang tidak mau mengakui kesalahannya sendiri. “Astaga … bisa-bisanya ada om-om seperti itu, tahan dirimu Lena, tidak boleh marah ke orang yang lebih tua,” gumam Alena sembari mengelus d*da. Andre berniat langsung pulang ke rumahnya setelah kejadian itu, badannya sangat lengket karena tumpahan minuman manis dari gadis cantik itu. Dia melajukan mobilnya sembari terngiang-ngiang wajah gadis muda di minimarket tadi, bukan karena kesal tapi karena wajahnya membekas di ingatan Andre, sampai dia baru sadar sudah berada di depan rumahnya karena melamun. "Ayah …," panggil seorang anak perempuan di ambang pintu kamar. "Ya, ada apa, Nak?" tanya Andre pada putrinya. "Kata Kakek, Ayah akan menikah dan Hana punya bunda baru …." Mata Hana mulai memerah. "Ayah, Hana tidak mau Ayah menikah dengan Tante Sintia, Hana tidak mau Tante Sintia menjadi bunda Hana." Hana mulai menangis sesenggukan. "Kenapa memangnya? Tante Sintia itu baik dan sayang sama Hana, kenapa Hana tidak menyukai Tante Sintia?" tanya Andre pada putrinya. "Tidak, dia tidak sayang sama Hana, Tante Sintia selalu memarahi Hana jika Ayah tidak ada, waktu itu Hana tidak sengaja menumpahkan minuman lalu dia mencubit Hana sampai tangan Hana memar Ayah," adu Hana pada Andre dengan suara yang gemetar. "Itu karena Hana nakal, lagi pula Ayah tidak menikah dengan Tante Sintia." Andre mencoba menenangkan putrinya dengan elusan di kepala. "Lalu Ayah menikah dengan siapa?" tanya Hana pada ayahnya. "Ayah tidak tahu, Ayah belum bertemu dengannya, Ayah mandi dulu ya, kau main saja dengan adikmu." Andre meninggalkan Hana di sana yang masih tidak percaya kalau Andre bukan menikah dengan Sintia. Ada senyum terukir di wajah polos gadis tujuh tahun itu, tapi ada juga perasaan takut jika orang yang akan dinikahi ayahnya adalah perempuan yang jahat bahkan lebih dari Sintia. Hana berlari ke kamar adiknya dan memberitahu kepada adiknya kalau bukan Sintia yang akan menjadi ibunya, dengan semangat dia menceritakan kepada adiknya itu. *** Suara denting ponsel mengalihkan fokus Andre yang tadinya menatap laptop beralih menatap ponselnya, diraihnya ponsel itu dan membukanya. Andre pun langsung melihat ada pesan masuk, kemudian segera membacanya. Papa: Jam satu datang ke sini, kita harus membicarakan pernikahanmu! Andre: Ya Balasan Andre sangat singkat karena dia malas, bayangkan saja jika dia harus mengulangi kejadian satu tahun lalu. Pernikahan yang seperti neraka dengan ancaman bunuh diri setiap saat oleh wanita yang katanya mencintainya. Andre tidak siap jika harus diatur dengan ancaman bunuh diri lagi, tidak siap juga jika wanita yang akan dia nikahi tergila-gila dan mengejar-ngejarnya. Di sisi lain Andre juga sibuk menyenangkan hati kekasihnya, dia merasa bersalah pada kekasihnya karena menikah dengan wanita lain, kata maaf dia rasa tidak cukup bagi Sintia yang akan dia tinggal menikah nanti, walau hubungan mereka masih tetap sama. Andre segera menelpon Sintia menanyakan kabarnya dan bagaimana perasaannya setelah hadiah yang dia kirim tadi. "Halo, Sayang, bagaimana hadiahnya? Kau suka?" tanya Andre "Aku sangat menyukainya, kau sangat tahu bagaimana cara menyenangkanku, Sayang. Ini pasti mahal, ya?" ucap Sintia dari seberang telepon. "Tidak ada yang mahal untukmu, Sayang," goda Andre. "Aku sangat menyayangimu, sampai aku tidak bisa lepas darimu, Sayang. Aku tidak peduli kau nanti akan menikah, aku tetap akan ada di sisimu." Dengan nada girang Sintia mengatakan itu. "Aku juga sangat menyayangimu, aku juga sudah transfer, bersenang-senanglah." Andre mulai memainkan laptopnya kembali. "Kau memang yang terbaik, Sayang." Kegirangan Sintia seakan tidak ada hentinya. "Sudah dulu ya, aku mau lanjut kerja, Sayang." Andre menutup teleponnya duluan kemudian fokus lagi ke arah laptopnya, hatinya juga merasa puas bisa menyenangkan kekasihnya itu. Beruntung Andre tidak jadi dipecat oleh ayahnya karena dia menerima perjodohan itu. Jika saja dia tidak menerima, mungkin saat ini dirinya sudah jadi gembel di jalanan dan tidak bisa menggunakan uang untuk menyenangkan kekasihnya. Mengingat beberapa jam lagi dia akan bertemu dengan wanita yang akan jadi istrinya, dia buru-buru menyelesaikan pekerjaannya, dia juga penasaran kali ini seperti apa wanita pilihan ayahnya sampai dia diancam akan di usir karena wanita itu. "Ayo kita lihat seberapa bagus pilihan Ayahku sampai aku akan diusir jika menolaknya. Pasti dia yang mengemis ke Ayahku untuk di jodohkan denganku. Jangan terlalu berharap aku bisa mencintainya dan tahan dengan semua ancaman yang wanita itu akan lakukan nanti," gumam Andre dengan senyum tipisnya. Pria itu masih sangat yakin jika wanita pilihan sang ayah tidak sebaik kekasihnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD