Chapter 5. melarikan diri

1157 Words
Aku bosan di kamar ini, sejak kejadian pagi tadi Charles tidak datang lagi kemari padahal hari sudah menjelang malam dan kini aku kelaparan. Aku hanya bisa meremas selimut jika perutku berbunyi minta diisi. Aku berdiri menuju balkon kamar ini, membuka pintu balkon itu dan akhirnya aku merasakan dinginnya angin yang menerpaku. Setidaknya angin ini mengingatkanku bahwa aku masih hidup. Cahaya lampu dari bawah terlihat menakjubkan, aku rasa kamar yang sedang kutempati ini berada di lantai tiga atau empat dilihat dari tingginya melalui balkon ini. Dingin merasuk diriku dan karena itu aku baru menyadari jika aku hanya memakai baju tipis dengan panjang selutut. Siapa yang mengganti bajuku? Tidak mungkin Charleskan? Karena aku akan sangat merasa terhina jika ia yang menggantinya. Aku menatap pemandangan yang terlihat indah, balkon ini cukup membuatku bisa melihat semua sisi dari atas. Dan diujung sana kulihat lampu kelap-kelip, aku rasa disana macet atau semacamnya. Aku kembali ke kamar dan mengambil beberapa buku yang ada di rak dekat lemari dan mencari bacaan yang bagus setelah mendapatkannya aku kembali ke balkon. Aku menarik kursi yang berada di sudut balkon dan mendudukinya. Aku membaca ditemani terpaan angin dingin yang menamparku. Aku menghabiskan waktu 15 menit untuk membaca seperempat buku ini. Walau cerita dalam buku ini dikemas menarik entah kenapa aku merasa bosan dan terlalu hening. Biasanya aku akan meracau kepada David. Dan ia balas meracauiku dengan kata-kata gilanya. Aku tersenyum, ternyata kenangan itu akan terasa indah saat aku merindukannya. Aku lebih memilih David mencuri semua makananku bahkan seluruh pizzaku daripada terkurung disini. Disini terasa hampa, aku tidak yakin bisa terus seperti ini padahal aku baru dua hari disini. "Rosie!" geram seseorang di belakangku membuatku terkejut dan membalikkan badanku melihat pria yang kini menatap geram padaku. Charles datang dengan membawa nampan makanan, mungkinkah itu untukku karena aku sangat lapar sekarang. Charles meletakkan nampan makanan itu diatas meja lalu berjalan menghampiriku. Ditatapnya tubuhku setelah itu aku merasa aneh, karena Charles memelukku. "Tidakkah kau tau jika suhu saat ini 8° celcius. Dan aku mendapati dirimu dalam keadaan baju tipis di luar balkon. Kau bisa saja sakit." Yang kudengar suara itu menyiratkan cemas yang mendalam. Aku melepaskan pelukannya. "Aku sudah biasa dengan dingin jadi jangan berpura-pura cemas dihadapanku agar aku luluh denganmu," desisku dan Charles menatapku dengan menggeleng. "Sebegitu tidak percayanya kau, Rose?" Aku tertegun, tidak ada yang boleh memanggilku 'Rose' kecuali David. Hal itu mutlak hanya untukku dan David. "Apa maksudmu memanggilku Rose? Hanya David yang boleh memanggilku begitu, jadi jangan memanggilku dengan panggilan itu!" pekikku. Charles mengusap mukanya lelah setelah itu ia mengulurkan tangannya padaku. "Badanmu hampir beku, sekarang ayo masuk." Ia mengalah, mungkin terlalu lelah melawan kerasnya kepalaku. Aku masuk begitu saja mengabaikan tangannya yang terulur. Aku tanpa malu mengambil nampan makanan itu dan memakannya, aku tidak peduli apa yang dipikirkan Charles, yang terpenting aku tidak lagi kelaparan. Charles mengusap kepalaku dan tersenyum. "Kenapa tidak dari pagi tadi kau bersikap seperti ini," ucapnya dan aku menepis tangannya yang kini masih berada di kepalaku. Aku makan dengan diam. Aku tau jika Charles sejak tadi menatapku makan, sebenarnya aku terganggu dengan tatapannya, lebih tepatnya gugup. "Oh sepertinya aku lupa membawa minumanmu," gumam Charles. Charles langsung berdiri "Sebentar, aku akan mengambilkanmu minum," ucapnya dan aku menangguk tidak peduli. Charles berjalan keluar dengan membiarkan pintu terbuka, tidak seperti biasanya. Aku menyuap mulutku dengan makanan, sebelum masuk ke dalam mulutku, aku merasa ada hal yang janggal. Aku melihat pintu kamar ini dan terbuka, kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi. Aku bisa kabur sekarang juga. Aku segera berjalan pelan-pelan, takut ada yang memergokiku kabur. Aku berjalan menuruni tangga lalu kembali melewati lorong pilar dan langsung bersembunyi saat ada penjaga yang lewat. Hal ini cukup memacu adrenalinku, tapi yang kutakutkan saat ini hanyalah Charles. Bagaimana jika ia menangkapku seperti kemarin? Aku kembali berjalan setelah memantau sekeliling. Luasnya mansion ini membuatku kesal karena sulit menemukan pintu keluar. Setelah 15 menit, aku akhirnya menemukan pintu keluar namun anehnya kenapa Charles tidak mencariku? bahwa aku yakin ia sudah kembali ke kamarku sejak tadi. Aku keluar dari mansion itu dengan mudah membuatku lebih takut, tidak mungkin Charles melepasku begitu saja dilihat dari kemarin ia mengatakan padaku akan menjadikanku istrinya. Aku berlari melewati taman mansion yang begitu luas sampai akhirnya aku sudah berada di pagar besar mansion ini. Pintu pagarnya terbuka seolah aku dimudahkan untuk keluar dari tempat ini. Aku kembali berlari sampai tiba ditempat ramai, aku bersyukur Charles tidak mengejarku agau ia sengaja membiarkanku pergi. Kini aku tinggal mencari taksi dan kembali kerumah, aku tidak sabar bertemu dengan David. • • • Author POV sampai seterusnya. "Aku tidak percaya kau melepaskannya" ucap pria bertopi hitam. Charles menatap jendela dengan tatapan menerawang, wanitanya kini telah kabur. Membiarkan wanita itu pergi memang salah satu rencananya. Ia mengambil gelas berisikan wine di meja dekat tempat ia berdiri lalu menegaknya habis. "Aku bukan melepaskannya, aku hanya memberikannya kelonggaran sebentar. Karena sebentar lagi ia tidak akan merasakan apa yang namanya kebebasan," jelas Charles dingin sedingin hatinya saat ini. Wanita itu terlalu menarik perhatiannya, membuatnya kesal. "Kau memang licik Charl," kekeh pria bertopi hitam tersebut. Charles membalikkan badannya menatap pria bertopi hitam itu. "Jangan sampai kau berani menyentuhnya Jakson, jika aku tau sedikit saja kau menyentuhnya. Aku tidak akan diam walau kau sahabatku," ancam Charles dan pria yang bernama Jackson itu hanya tersenyum miring. "Lihat saja nanti," ucap Jackson ambigu membuat Charles geram namun ia tidak memperlihatkannya. Jackson akhirnya memilih beranjak pergi meninggalkan Charles yang masih memikirkan kata-katanya. Sebelum menghilang dari pintu, Charles yakin jika sahabatnya itu terseyum miring. Semoga saja sahabatnya itu tidak menjadi rivalnya. sementara itu Rosie kini susah berada di depan rumahnya. Hatinya berdesir kuat, merindukan rumah ini dan David. Akhirnya dengan langkah pelan ia mengetuk pintu rumahnya itu dan terlihat David keluar dengan mata yang bengkak. David yang tersadar jika didepannya adalah adiknya, langsung segera memeluk Rosie. Sudah 2 hari ia mencari Rosie kemana-mana bahkan ia menelpon Rosie berpuluh-puluh kali tapi tidak ada yang menjawab. Dan saat melihat adiknya kini kembaki dengan perban dikepalanya membuatnya sedih, ia merasa tidak becus sebagai kakak. "Akhirnya kau pulang, Rose. Aku mengkhawatirkanmu" gumam David dengan mereka yang masih berpelukan. Rosie tiba-tiba menangis dan mencengkram baju David kuat. "Aku takut Dave, pria gila itu menculikku dan mengurungku dirumahnya. Bahkan pria itu menamparku," adu Rosie dengan suara sesunggukan. David yang mendengar itu terdiam, siapa yang berani menculik bahkan menampar adik kesayangannya ini "Siapa pria itu?" tanya David dan dari nada suaranya sudah terdengar jelas jika ia marah. "Charles, pria yang kau suruh aku agar menjauhinya," jawab Rosie. "b******n itu!" marah David dan segera melepaskan pelukannya dengan Rosie. "Aku akan melaporkannya kepolisi. Ayo masuk sekarang Rose, disini tidak aman," ucap David sembari memapah Rosie masuk. David mengunci pintu rumahnya bahkan jendela-jendela pun ia kunci. Ia tidak akan membiarkan siapapun mengambil adiknya, tidak akan. Rosie masih saja sesunggukan di sofa melihat itu langsung saja David kembali memeluknya dan menenanginya. D'ramio itu sudah salah mencari masalah dengannya. Lihat saja ia akan membalas perbuatannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD