“Gina, kenapa diam?” tanya Fira. Gadis itu menggelengkan kepalanya. “Temen, Tante. Kami hanya teman sekampus, kebetulan aja mereka nolongin saya, sewaktu saya dibully sama teman sekampus, saya dikunciin di gudang sama mereka,” cerita Gina yang tidak sepenuhnya bohong. Fira menghela nafas lega. Jauh di lubuk hatinya, dia masih tidak rela dua putra sulungnya mengenal cinta. Menurut Fira, masih terlalu dini bagi mereka untuk berpacaran. Apalagi, kalau Fira tahu gadis yang dia tolong adalah anak dari Reeve. Mungkin, dia tidak akan mau menolongnya. “Ya sudah, kamu istirahat saja. Setelah kamu sudah baikan, kamu boleh pulang. Ohh iya, itu sarapan untuk kamu. Masih bisa kan makan sendiri?” tanyanya. P0Gina pun mengangguk.Wanita itu pun mengambil makanannya kemudian melahapnya. Perutnya sudah