Sebuah Pesan
Sepulang dari bulan madu sekaligus menunjukkan salah satu perusahaan yang dia dedikasikan untuk sang istri, membuat hubungan sepasang suami istri itu tampak semakin harmonis. Hari-hari keduanya tampak masih disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Ibra dengan kesibukan memimpin perusahaannya, sedangkan istrinya dengan kesibukan membantu kakak laki-lakinya untuk mengelola perusahaan orang tuanya.
Ibra yang sebelumnya bersikap layaknya es balok, lambat laun telah mencair. Pria pemilik mata elang itu tampak bersikap hangat hanya pada istrinya saja.
“Mas … Bella nanti ada seminar di ballroom hotel Sentosa,” ucap Bella memberi tahu suaminya.
Meskipun semalam dia telah mendapatkan ijin dari suaminya, tapi pagi ini sebelum keduanya berangkat ke kantor, Bella kembali mengingatkan. Sebagai seorang istri, dirinya hanya tidak ingin membuat suaminya salah paham terhadapnya.
“Oke, nanti Mas antar,” jawab Ibra singkat.
Lelaki tampan pemilik mata elang itu selalu senang dengan sikap sang istri yang selalu menghargainya di mana pun. Bella memang benar-benar sosok istri idaman.
“Bella berangkat sama Nolla aja, nanti siang Mas ada meeting sama klien dari Jepang loh,” ucap Bella mengingatkan.
Mendengar jawaban dari istrinya seketika membuat Ibra mengurungkan niatnya untuk menyeruput kopi hitamnya. Lelaki itu tidak suka dengan penolakan sang istri. Lantas lelaki itu menatap tajam tepat di manik mata indah Bella.
Melihat suaminya menatapnya dengan tatapan yang tidak bersahabat, seketika membuat Bella menyunggingkan senyum lembutnya. Jika suaminya sudah begini, Bella akan menghadapinya dengan kelembutan.
“Mas jemput Bella pas pulang aja, ya! Kasihan kliennya udah jauh-jauh datang mau nemuin Mas, tapi Mas malah pergi antar Istri,” ucap Bella sambil memberikan sentuhan lembut di lengan suaminya.
Jika istrinya sudah begini, Ibra sudah tak bisa apa-apa selain menurut. Wanita yang berstatus sebagai istri sah-nya itu benar-benar telah tahu kelemahannya. Namun, meskipun begitu dia sangat senang dengan perlakuan lembut sang istri.
Melihat suaminya seperti menyetujui ucapannya seketika membuat Bella tersenyum. Wanita itu tahu jika suaminya selalu suka melihatnya tersenyum.
“Oh iya ... besok Mama minta kita datang makan malam. Kita sekalian nginep di sana ya, udah lama kita nggak nginep di rumah Mama, Mas,” pinta Bella pada Ibra.
Mendengar permintaan istrinya, seketika membuat Ibra merasa telah menjadi suami yang lalai. Seharusnya tanpa diminta oleh sang istri, dirinya harus lebih peka. Sungguh, dalam hati lelaki tampan pemilik mata elang itu benar-benar merutuki kelalaiannya.
“Maafkan Mas, ya. Karena kesibukkan Mas, kita lama nggak nengokin Papa dan Mama,” jawab Ibra dengan penuh penyesalan.
Laki-laki itu tampak tidak enak dengan sang istri. Dirinya seolah-olah tidak pernah memikirkan perasaan Bella.
Tak lama kemudian Seno datang. Asisten sekaligus sahabat Ibra itu selalu datang menjemput sang atasan di kediamannya terlebih dahulu. Sejak atasannya sekaligus sahabatnya itu menikah, sekarang tugasnya menjadi bertambah. Biasanya dia akan mengemudikan mobil mewah milik Ibra langsung ke IZ Corporate. Namun, sekarang dirinya harus berbelok untuk mengantar Bella terlebih dahulu ke Himalaya & Co.
“Sen, saya mau bicara berdua dengan istri saya dulu,” ucap Ibra.
Detik kemudian, Seno langsung keluar dari mobil dan berjalan sedikit menjauh. Lelaki tampan berkacamata itu sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan atasannya itu pada istri cantinya, karena setelah ini pasti ada sedikit bekas lipstik yang menempel di bibir pria tampan yang terkenal arogan itu. Sudah menjadi tugasnya yang selalu mengingatkan Ibra untuk membersihkan noda lipstik yang tertinggal terlebih dahulu sebelum mereka turun dari mobil.
Sebagai seorang asisten, Seno tidak ingin ada yang menggunjingkan atasannya. Apalagi mengingat Ibra yang selalu tampil sempurna.
“Bella turun dulu ya, Mas,” pamit Bella sambil mencium punggung tangan suaminya.
Setelah perempuan berparas ayu itu selesai mencium punggung tangan suaminya, tiba-tiba Ibra langsung menyambar bibir ranum milik sang istri. Bibir yang telah menjadi candunya, membuat lelaki itu tidak ingin berhenti untuk menciumnya.
Beberapa saat kemudian, pangutan antara keduanya pun terlepas. Lipstik yang sebelumnya terpasang dengan rapi, sekarang terlihat berantakan. Bahkan, ada yang menempel di bibir suaminya. Melihat itu seketika membuat Bella langsung mengelapnya dengan jemari lentiknya. Ia tidak ingin suaminya akan menjadi bahan perbincangan para karyawannya di kantor nantinya.
“Kenapa dihapus, hhmm …?” tanya Ibra dengan suara yang sudah terdengar serak.
“Ya masak suami Bella kerja dengan bibir yang ada lipstiknya gini,” jawab Bella sambil mengelap bibir Ibra dengan lembut.
Di rasa masih ada noda lipstik yang tertinggal, membuat Bella segera mengambil tisu yang ada di depannya. Dengan lembut wanita itu membersihkan bibir suaminya dengan menggunakan tisu. Inilah yang Ibra suka dari Bella. Istrinya itu selalu memperlakukannya dengan penuh kelembutan.
Setelah selesai, tampak istrinya keluar dari mobil dan berjalan memasuki kantor Himalaya & Co. Detik kemudian Seno pun kembali masuk dan melanjutkan perjalanan kembali menuju IZ Corporate.
Sesampainya di kantor, Ibra berjalan dengan langkah mantapnya dan diikuti asistennya. Keduanya lantas menuju lantai atas dengan menggunakan lift khusus untuk para petinggi perusahaan.
Setelah masuk ke dalam ruangannya, seperti biasa asistennya akan membacakan jadwal Ibra selama seharian ini. Seno bersama dengan sekretaris Ibra akan menyusun jadwal CEO mereka selama satu minggu sekali.
Tak terasa waktu berjalam dengan cepat. Tepat sebelum makan siang, Ibra mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dia kenal.
081xxxxxxx: Hai … bisa kita bertemu, aku sangat butuh bantuan kamu, aku mohon! Rara.
Setelah membaca pesan itu, Ibra tampak tercengang. Jantung pria itu seketika berdegup dengan kencang. Nama yang tidak asing bagi dirinya. Namun, dia tidak berani membalasnya. Dia masih ragu apa nomor tersebut benar-benar milik seseorang yang sangat dia kenal.
Setelah menerima pesan itu, tampak Ibra sering terlihat melamun. Bahkan, lelaki itu juga tidak fokus bekerja. Beberapa kali Seno harus mengulang perkataannya karena CEO muda itu seakan tidak mendengarkan ucapannya.
Melihat atasannya melamun Seno tampak kebingungan. Selama dirinya bekerja pada Ibra, lelaki itu tidak pernah terlihat seperti ini. Atasan yang sekaligus sahabat baiknya itu selama ini selalu bersikap profesional.
Sampai jam kerja berakhir, Ibra lebih banyak diam. Selama dalam perjalanan lelaki itu seperti sedang larut dalam dunianya sendiri. Bahkan, telepon dari istrinya tidak segera dia jawab. Biasanya jika nama istri cantiknya sudah tertera di layar ponselnya, pria itu akan langsung menjawabnya.
Karena dering ponsel yang tak kunjung diangkat, membuat Seno melihat atasannya dari kaca spion yang ada di atasnya. Seketika pria berkacamata itu pun mengerutkan dahinya ketika melihat atasannya masih tetap menatap ke luar jendela yang ada di sebelahnya.
“Pak … Ponselnya bunyi,” ucap Seno setelah menghela napas panjangnya.
Seakan baru tersadar dari lamunannya, Ibra lantas mengangkat panggilan dari sang istri. Beberapa saat kemudian, tampak pria itu memejamkan matanya sesaat sambil mendengus.
“Sen … kita jemput Ibu di Hotel Sentosa dulu,” pinta Ibra setelah mengakhiri panggilannya.
Di dalam hatinya, lelaki itu sedang merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa lupa untuk menjemput istrinya. Berkali-kali dia mencoba mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Lelaki itu berharap apa yang dia lakukan akan bisa membantu mengenyahkan pikiran yang seharian ini telah mengganggunya.
“Baik, Pak,” jawab Seno.
Setelah menjawab, pria berkacamata itu pun segera membelokkan mobilnya untuk mengambil jalur ke hotel yang di maksud. Jalur yang tampak lebih padat karena memang waktunya jam pulang kerja.
Beberapa menit kemudian, Ibra telah sampai di parkiran hotel Sentosa. Lelaki itu pun lalu turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam lobi. Tadi istrinya memberi tahu jika sedang menunggu di lobi. Ketika menginjakkan kakinya di lobi, mata tajamnya tampak menyusuri setiap sudut untuk mencari keberadaan sang istri.
Tampak seorang wanita cantik sedang fokus dengan ponselnya duduk berdua dengan asistennya di sofa tunggu. Wanita dengan segala kesempurnaannya itu duduk dengan anggunnya. Dengan senyum tipis, Ibra pun segera mendekatinya.
Namun, ketika lelaki itu belum sampai mendekat, istrinya telah mengangkat wajahnya dan melihatnya terlebih dahulu. Tanpa menunggu, wanita cantik itu pun segera beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati suaminya dengan senyum yang selalu disukai oleh Ibra.
“Kok nggak kasih tahu Bella kalau Mas udah sampe? Kan Bella bisa keluar,” ucap wanita cantik itu setelah mencium punggung tangan sang suami.
“Nggak apa, Mas juga capek duduk terus,” jawab Ibra sambil menatap lekat istrinya.
Ketampanan dan kecantikan sepasang suami istri itu telah menyita perhatian orang-orang yang ada di lobi. Interaksi antara suami istri itu pun tak luput dari tatapan mata yang menatap keduanya dengan penuh kekaguman. Menurut mereka yang melihatnya, sepasang suami istri itu benar-benar wujud pasangan serasi.
“Selamat sore, Pak Ibra,” sapa Nolla.
Pria itu pun menjawab sapaan dari asisten istrinya hanya dengan sebuah anggukan kepala. Lelaki itu memang selalu bersikap dingin pada siapa saja kecuali istrinya.
Nolla sudah terbiasa menghadapi sikap dingin dari para petinggi perusahaan tempat dia bekerja. CEO-nya juga tak kalah dingin dan arogan dari suami Bella.