98 : Luka yang Tidak Pernah Mati

2031 Words

Sekitar pukul tujuh pagi, mobil Markco sudah memasuki tempat parkir di pelataran kediaman nyonya Diaz. Markco datang sendiri, tak ada Lify maupun Livy. Namun kali ini Pria itu tak datang dengan tangan kosong. Ada karton besar berisi makanan di tangan kirinya, sementara di tangan kanannya ada buket mawar putih yang dihiasi mawar mewah di bagian tengahnya. Buket yang Markco bawa terbilang besar, hingga ketika nyonya Diaz menerimanya, wanita itu harus melakukannya dengan kedua tangan. “Tumben?” Nyonya Diaz terheran-heran, menatap tak percaya apa yang Markco lakukan. Ia tak bisa menerima kartonnya, jadi karton bernama cokelat tua tersebut masih di tangan kiri sang putra. Markco mengangguk-angguk tak bersemangat dan masih menatap sendu sang mamah. “Nanti kalau uang yang Kirany pinjam tetap

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD