MENGURUS PERCERAIAN

1022 Words
Semenjak sang ibu memarahinya karena keluarga Andika meminta uang ganti rugi biaya pernikahan mereka, Mariana kehilangan semangat. Ia merasa bingung harus mencari uang di mana. Uang dua ratus juta adalah uang yang sangat banyak. Mariana sungguh tidak menyangka jika keluarga Andika ternyata mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk biaya pernikahan itu. Mariana menatap barang-barang seserahan yang diberikan oleh keluarga Andika. Bukan hanya baju dan perhiasan saja, tetapi, alat-alat makeup, tas mahal, sepatu, bahkan sampai kasur yang ia tiduri sekarang juga termasuk barang yang diberikan oleh Andika sebagai seserahan. Belum lagi peralatan dapur. Semuanya, Andika berikan pada Mariana sebagai bukti cintanya pada Mariana. Andika memang memberikan semuanya pada Mariana agar setelah mereka menikah nanti, Andika bisa memboyong wanita pujaannya itu ke rumah baru mereka. Namun, sayangnya semua tidak berjalan sesuai rencana. Mariana bahkan tidak tahu jika Andika sudah menyiapkan rumah untuk mereka tinggali setelah menikah karena Andika terlanjur melihat Perselingkuhannya dengan Zian. "Sayang, kamu kenapa? Dari tadi diam saja?" Zian meraih tangan perempuan pujaannya itu kemudian menciumnya. Mariana menatap Zian dengan gelisah. Mereka berdua "Ada apa?" ulang Zian. "Keluarga Andika meminta ganti rugi biaya pernikahan." "Apa?" Zian menatap Mariana dengan wajah terkejut. Sedangkan Mariana hanya bisa mengambil napas panjang. Gadis itu sudah menduganya, Zian pasti terkejut, sama seperti dirinya yang juga sangat terkejut saat pertama kali mendengar kabar itu dari ibunya. "Kalau keluargaku tidak membayar ganti rugi, mereka akan mempersulit perceraianku secara hukum," ucap Mariana sambil menatap Zian yang terlihat marah. "Sialan!" umpat Zian saat mendengar cerita Mariana. "Sepertinya mereka masih marah sama kita, makanya mereka mempersulit kita," lanjut Mariana. Gadis itu menatap Zian yang terlihat kesal. "Berapa uang ganti ruginya?" Zian merasa penasaran. "Dua ratus juta." "Apa?" Zian kembali terkejut. Kedua matanya membola mendengar ucapan Mariana. "Kenapa ganti ruginya banyak sekali?" "Mereka bilang, uang yang mereka keluarkan untuk biaya pernikahan kemarin bahkan lebih dari itu," jawab Mariana sambil menatap pria pujaannya itu. Tangan mereka saling bertaut. "Kalau dilihat dari barang yang dia berikan padaku dan keluargaku, sepertinya apa yang mereka katakan memang benar. Mereka bahkan ikut menyumbang uang untuk membayar artis panggung yang aku sewa. Bukan hanya itu, Andika juga memberikan baju dan perhiasan untuk ayah dan ibuku yang harganya lumayan mahal," jelas Mariana. Wanita itu menyenderkan kepalanya pada bahu Zian. "Kenapa kamu dan ibumu tidak mengembalikan semua pemberian dia saja? Siapa tahu, mereka mengurungkan niat mereka untuk meminta ganti rugi," ucap Zian mencoba memberi solusi. "Ibuku tidak mau mengembalikannya. Barang yang diberikan oleh Andika adalah barang-barang bagus, sayang katanya kalau harga dikembalikan." Mariana menatap Zian yang langsung menghela napas panjang setelah mendengar ceritanya. Ibunya memang serakah dan tidak tahu malu. Mariana sudah menyuruh untuk mengembalikan semua perhiasan yang diberikan oleh Andika, tetapi, dia tidak mau. Sang ibu juga tidak memperbolehkannya mengembalikan uang, perhiasan dan juga barang seserahan yang diberikan oleh Andika dan keluarganya. "Aku tidak mau menikah denganmu secara siri. Aku ingin pernikahan kita diakui agama juga negara," Mariana menatap wajah tampan di depannya. Mariana mengungkapkan kegelisahannya sedari kemarin. Keluarganya tidak mau membayar ganti rugi, tetapi, dia juga tidak mau menikah siri dengan Zian. "Aku juga maunya seperti itu. Aku tidak mau menikah denganmu secara siri. Aku ingin pernikahan kita diakui secara agama dan negara." Zian membelai rambut kekasihnya dengan penuh kasih sayang. "Tenanglah! Nanti kita cari jalan keluarnya bareng-bareng." Mariana mengangguk mendengar ucapan Zian. Perempuan itu tersenyum saat Zian mendekat kemudian memeluknya. "Kangen," bisik Zian. Bibirnya mengecup lembut telinga Mariana. "Perasaan kangen mulu. Padahal tiap hari ketemu." Mariana tersenyum menatap pria yang selalu menggetarkan hatinya itu. Mariana memejamkan mata, saat bibir hangat pria itu berlabuh di atas bibirnya. "Aku mencintaimu." *** Zian datang ke rumah Mariana dengan membawa uang dua ratus juta hasil pinjaman dari Bank. Pria itu nekad meminjam uang di Bank dengan jaminan mobil miliknya karena uang tabungannya tidak cukup untuk membayar ganti rugi perceraian itu. Sebenarnya, Zian bekerja sama dengan Mariana untuk membayar cicilan hutang itu bersama-sama. Demi mewujudkan impian mereka, mereka berdua rela melakukan apapun untuk mendapatkan uang itu. Setelah mendapatkan uang itu, keluarga Mariana segera memberikan uangnya pada keluarga Andika. Mereka kembali datang ke rumah Andika dan meminta keluarga itu menepati janjinya untuk tidak mempersulit jalannya perceraian Andika dan Mariana. Mereka juga meminta agar Andika tidak hadir di persidangan, biar proses perceraian itu berjalan cepat. Tanpa berdebat, keluarga Andika menyetujui permintaan mereka karena dari awal, mereka memang tidak berniat mempersulit perceraian itu. Mereka hanya ingin memberikan pelajaran pada keluarga besar Mariana yang sudah mempermainkan mereka. Setelah urusan dengan keluarga Andika selesai, Mariana mengurus perceraiannya ke pengadilan Agama dengan ditemani oleh sang mama dan juga Zian yang selalu setia berada di sampingnya. Sesuai janji keluarganya, Andika benar-benar tidak datang sama sekali selama sidang perceraian, hingga beberapa bulan kemudian, pengadilan agama pun mengabulkan gugatan cerai Mariana. Perempuan itu bernapas lega, begitupun seluruh keluarganya. Termasuk Zian, kekasih hati yang sangat berjasa. "Selamat, Sayang ...." Zian memeluk perempuan itu dengan erat. Mereka berdua kini berada di tempat kost Zian, tempat mereka biasa melepas rindu. "Setelah ini, aku akan mengenalkan kamu pada keluargaku." Kedua mata Mariana terlihat terkejut. Namun, belum sempat dia protes, Zian terlebih dahulu membungkam mulut perempuan yang dicintainya itu dengan bibirnya. *** Setelah proses perceraian Mariana dan Andika selesai, hubungan Mariana dan Zian semakin dekat. Pria itu membawa Mariana ke rumahnya. Memperkenalkan perempuan yang dicintainya itu pada keluarga besarnya. Zian sudah menceritakan semua tentang Mariana pada keluarganya. Pria itu juga mengatakan kalau Mariana menjadi janda karena dirinya. Seandainya saja Andika tidak mengetahui perbuatannya pada pesta pernikahan itu, mungkin Mariana tidak akan menjadi janda dalam waktu kurang dari satu jam setelah pernikahannya. Keluarga Zian awalnya menolak dan sangat keberatan dengan status Mariana, tetapi, saat melihat begitu banyak cinta di mata Zian untuk perempuan cantik itu, keluarga besarnya akhirnya luluh juga. "Jangan sampai apa yang terjadi di pernikahan itu, terjadi juga padamu nanti," peringat Mama Zian. "Apa maksud, Mama?" "Seseorang yang sudah terbiasa berselingkuh, ke depannya dia pasti akan mengulanginya lagi. Apalagi, kalau orang itu sudah terbiasa berhubungan dengan banyak pria," jelas Mama Zian. "Mariana tidak seperti itu, Ma. Dia berselingkuh di belakang Andika karena dia mencintaiku. Seandainya Mariana tidak mencintai aku, dia tidak akan mungkin melepaskan Andika," jelas Zian, merasa tidak terima. "Jangan menjadi buta karena cinta, Zian!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD