Rombongan keluarga Damar tiba di rumah Tasya pukul setengah sembilan pagi. Mereka disambut oleh ayah Tasya dan saudara mereka. Berbagai macam seserahan untuk Tasya diserahkan oleh pihak keluarga Damar kepada keluarga Tasya. Damar kemudian duduk di depan meja akad nikah bersama ayah Tasya, penghulu dan dua orang saksi dari masing-masing pihak. Damar merasa ketegangan semakin menguasai dirinya. Dia menarik napas berulang kali untuk menenangkan diri. Mulutnya komat-kamit berusaha mengingat kalimat ijab kabul yang semalam telah ia hafal di luar kepala. Baru kali ini Damar merasakan ketegangan yang sangat tinggi. Selama ini Damar selalu bisa menguasai diri, bahkan ketika dia akan bertemu dengan klien yang sangat penting untuk perusahaannya. Namun, kini semua terasa berbeda. Kedua tangan Dama