Bikin Linglung!

1319 Words
Ini bukan mimpi kan? Aku meraba bibirku. Yang barusan itu apa nyata? Atau hanya hayalan saja? Tapi sejauh ini, aku gak sedang tidur lho! Dicubit beberapa kali pun tetap sakit. Ck, bodoh! Tentu saja ini nyata. Bekas hisapan Pak Indra benar-benar masih terasa. Aish, kenapa dia selalu berhasil membuat pikiranku kacau begini? Aku kembali ke lokasi tenda kelompokku. Pria itu sudah berhasil mendirikan tenda kami. Kia, Fani dan lima orang lainnya yang merupakan anggota kelompokku sangat semangat saat mendirikan tenda bersama Pak Indra. Lagi-lagi kenyataan memang pria itu banyak pengagum. Termasuk dari anak didiknya juga. "Terimakasih banyak lho, Pak. Anda sudah bantuin kami." Fani ketua kelompok terlihat sangat senang. "Sama-sama. Ayo bereskan barang kalian setelah itu bersiap untuk apel dulu di lapangan." ucap Pak Indra yang dijawab serempak oleh anggota kelompokku. Kecuali aku tentu saja. Aku masih belum ajeg. Pikiranku masih terpusat ke kejadian tadi. Bahkan selama apel hingga kegiatan lainnya, aku jadi gak bisa fokus. "Woy lah, elo kenapa sih, Ca? Bengong mulu kayak orang cacingan!" Si Kia menepuk bahuku. "Eh, apa? Kagak kok, gue kagak bengong! Enak aja." "Heh, dodol! Jangan bohong! Ada apa sebenarnya?" Kia yang sudah lama menjadi sahabatku itu memang paling tahu jika aku lagi banyak pikiran. "Elo mau tahu?" tanyaku sambil nyengir. "Bangke, lo! Beneran kan elo lagi ada yang dipikirkan?" "Ya, elo bener sih. Argh, gue bingung, Kia!" "Nah kan? Kenapa sih lo?" "Ntar deh gue cerita." "Hah, sekarang aja, Markonah! Jangan tar tar mulu, gue penasaran tahu!" Aku diam sejenak. Berpikir keras. Lalu menatap wajah cengo si Kia. "Eh, elo pernah pacaran?" tanyaku. "Ck, jangan tanya! Gini-gini juga mantan gue banyak!" ucap Kia sambil menepuk dadanya dengan bangga. Aku mencibir, "Heleh, banyak mantan jangan bangga, cuy! Artinya hubungan elo kagak ada yang langgeng!" "Haha, anjir! Suka bener lo!" "Lah iya kan? Paling lama bertahan elo pacaran berapa lama?" Si Kia mengerutkan keningnya, "Kayaknya yang kemarin putus deh. Enam bulan mungkin." "Ha? Secepat itu? Gila lo ya?" "Sekarang balik lagi ke pertanyaan gue, elo kenapa kayak orang kesambet begitu?" "Sebenarnya gue habis anu," Aku memberi isyarat dengan kedua tanganku. "Ha? Anjir, demi apa?! Elo cipokan, Nyet? Sama siapa?! Wah, parah lo! Punya pacar gak bilang-bilang! Gue dianggap apaan anjir?" Aku buru-buru membekap mulut rombengnya si Kia. "Diam, Parjo! Berisik lu ah, ntar ada yang denger!" Si Kia membuka bekapan tanganku mulutnya, "Habisnya elo bikin gue kaget, sumpah! Ceritain buruan!" Aku tersenyum garing, "Masalahnya elo bakal percaya apa enggak sama cerita gue?" "Awas aja kalau cerita bohong!" "Ck, kan elo tahu sendiri gue kagak becus bohong. Apalagi masalah ginian." "Ya udah, cepetan ngomong, anjir!" Aku menelan ludah. Celingukan memastikan tempat ini aman. Ya, saat ini kami sedang bersiap untuk acara api unggun sekaligus pelantikan pengurus Pramuka yang baru. Tadinya mau ada jurit malam. Tapi dibatalkan. Kepala Sekolah tidak mengizinkan. Alhasil, rencana perkemahan dua malam jadi dipersingkat satu malam saja. Dengan suara pelan, aku menceritakan semuanya. Si Kia melotot dan beberapa kali memukul pelan lenganku. "Gila lo ya? Edan, bisa-bisanya rahasia besar kek gini lo sembunyikan dari gue! Dodolnya, gue malah terang-terangan bilang demen sama laki lo," ucap Kia setelah mendengar semua penjelasan dariku. Aku meringis, "Ya gak apa, Kia. Gue gak masalah elo mau demen sama pria itu. Kan tadi udah gue bilang, kita cuma menuruti keinginan orang tua aja. Selebihnya semua bebas." "Ha? Jadi maksud lo status pertunangan elo gak serius gitu?" "Hus, jangan kenceng-kenceng!" "Ish, iya, tapi lo beneran tunangan kan sama dia?" "Ya kalau tunangan sih emang udah. Tapi gue sama Pak Indra udah sepakat kok. Kami bebas berhubungan dengan siapapun. Kan elo tahu sendiri, Pak Indra banyak penggemarnya. Bangsatnya lagi, gue bahkan pernah ditinggal di mall. Sementara dia sendiri malah jalan sama pacarnya." Kia memukul lenganku lagi, "Bego! Harusnya elo juga segera cari pacar!" "Ha? Buat apa?" Aku bingung. Ngapain harus cari pacar juga? Dikira cari pacar gampang apa ya? "Ya balaslah, Ca. Jangan bodoh! Pak Indra kelihatan playboy sih, tapi elo jangan santai begitu. Buktikan sama dia, elo juga bisa laku." Aku menggaruk kepala, "Masalahnya gue gak tahu harus pacaran sama siapa." "Ck, ya sama orang lah! Masa sama pohon sih?" "Iya, tapi siapa coba?" "Um, si Alex mungkin?" "Ogah! Gue gak sreg sama dia." Manis sih anaknya, tapi kadang terlalu percaya diri. Mana kata orang anak itu banyak pacarnya lagi, kan serem! "Ck, pokoknya elo harus punya pacar. Apalagi gue dari penjelasan lo tadi, kayaknya Pak Indra cukup egois." "Maksudnya?" "Ya dia kan bebas pacaran sama siapa aja. Lah elo sendiri malah dilarang deketan sama pria lain kan? Bahkan dia marah sampai berani cipok elo segala?" Aku mengangguk lesu, "Iya sih. Elo tahu gak sih artinya itu apa?" Si Kia terlihat berpikir keras, "Um, ada dua kemungkinan sih." "Apa itu?" "Pertama mungkin karena bisa saja Pak Indra cemburu. Mungkin lho ya? Jangan percaya diri dulu." "Ck, iya, gue cukup tahu diri kok. Gue bukan wanita bohai impian para pria," Aku mendelik kesal. "Haha, nah kemungkinan kedua, bisa saja dia sedang meremehkan elo." "Ha? Kok bisa?" "Ho'oh, dia merasa kalau elo gak bakalan bisa mendapatkan pria lain selain dia. Jadi dia seenaknya nyosor sama elo kan?" "Waduh, elo serius?" Si Kia mengangguk cepat. "Iya, makanya kalau lo mau ngetes apa dia cemburu atau bukan, cepetan punya pacar gih!" "Pacar ya?" "Iya, bego!" Aku diam. Ck, bagaimana caranya aku dapat pacar secepat itu? Aish, ini pelik. "Nyari pacar dimana?" "Di Jonggol!" Kia nampak gregetan. "Ck, ya di sekolah kan banyak, Ca. Elo kecengin aja satu-satu. Cari yang menarik. Setelah itu coba deh elo nembak duluan." "Apa? Ogah! Gue gak mau! Harga diri lah, Nyet! Masa cewek yang ngejar?" "Heh, ini kan bukan beneran elo cari pacar karena demen! Tapi ini karena kebutuhan mendesak doang." "Gitu ya?" "Iya! Coba aja, yakin deh ntar bakal ketahuan tuh isi hati si Pak Indra. Argh, kenapa sih elo mesti kawin sama guru ganteng itu? Potek hati gue." "Ya maaf, Kia." "Haha! Bercanda, anjir! Gue cuma gak nyangka aja. Bisa-bisanya takdir selucu itu, elo yang sering kesel sama Pak Indra malah ditakdirkan tunangan sama dia." Aku mengangguk lesu, "Iya sih. Gue juga heran kadang. Karma kali ya karena gue terlalu kesel sama dia." Beberapa persiapan sudah hampir selesai. Api unggun mulai dinyalakan. Acara demi acara berjalan cukup tertib. Aku sendiri masih planga-plongo kayak orang bego. Ucapan Kia masih terngiang-ngiang. Apa benar jika aku ingin tahu perasaan Pak Indra harus punya pacar dulu? Tapi sama siapa aku pacaran? Masa sama si Alex sih? Malas ah. Walau pernah nembak, tapi dari gelagatnya, siapa tahu kan anak itu bukan hanya mengincarku? Mungkin saja ada gadis lain yang dia tembak juga. "Caca, ayo ikut gabung!" Aku melihat ke arah seberang api unggun. Acara sudah selesai. Beberapa bahkan sudah masuk ke dalam tenda. Sisanya masih di luar menikmati malam. Terlihat Pak Panji sedang ngobrol dengan beberapa siswa dan siswi. Aku menghampiri mereka. Pak Panji tersenyum saat melihatku ikut bergabung. Ternyata mereka sedang membicarakan kisah Pak Panji dari nol hingga sukses dalam hidup. Pak Panji memang termasuk guru yang ramah. Bahkan anak-anak nyaman bercanda dengan beliau. Aku hanya diam dan sesekali menanggapi ucapan Pak Panji dengan senyuman. Malam kian larut. Beberapa mulai masuk ke tendanya. "Sudah larut malam ternyata bahkan hampir masuk dini hari. Kalian segera masuk tenda gih! Istirahatlah, besok ada jelajah alam." Kumpulan membubarkan diri. Aku juga ikut bangkit. Apalagi si Kia dari tadi udah masuk duluan. Ngantuk katanya. "Ica, tunggu!" Aku menoleh. Pak Panji ternyata mengikutiku. "Ada apa, Pak?" "Ada hal yang ingin saya sampaikan sama kamu." "Apa itu?" Pak Panji celingukan, "Jangan di sini, kita cari tempat yang lebih aman." Aku mengerutkan kening. "Kita kan bukan mau maling, Pak. Kenapa harus merasa gak aman kalau bicara di sini?" "Ayo, ikut saya!" Eh? Pak Panji tiba-tiba mengambil tanganku dan membawaku ke bangku panjang yang agak jauh dari perkemahan. "Ada apa, Pak?" tanyaku setelah kami sudah duduk. "Sebenarnya saya sudah lama suka sama kamu, Caca." Ha?! Aku gak budek kan?! Sumpah, rentetan kejadian hari ini benar-benar bikin linglung!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD