Chasing Memory 10b

1141 Words
"Shh! Ini aku," bisik Aaron mencoba menenangkan Annette. Perlahan Aaron membuka topi yang sejak tadi menutupi kepalanya, kemudian menurunkan tangan yang tadi ia gunakan untuk menutup mulut Annette. Mendengar suara yang tidak asing di telinganya, lalu melihat wajah pria itu setelah melepas topi, Annette seketika ingin menangis. "Aaron …," bisiknya lega. “Ya, ini aku,” jawab Aaron lembut.  “Aku takut,” bisik Annette gemetar. Annette merasakan ketakutan tidak wajar yang saat ini mencekam hatinya. Seolah-olah, di satu masa yang lalu, entah kapan, ia pernah mengalami sesuatu yang mengerikan seperti ini. Namun Annette tidak bisa mengingatnya. “Ada aku di sini,” hibur Aaron. “Tenanglah.” “Kau tidak akan tahu betapa leganya aku melihatmu di sini.” Annette tidak peduli jika Aaron akan berpikir ia mencoba menggodanya atau apalah itu, yang pasti saat ini ia benar-benar merasa senang karena kehadiran pria itu. Ingin rasanya Aaron menghibur Annette lebih jauh, namun untuk saat ini semua itu bisa menunggu. Ada hal lain yang lebih mendesak untuk ia lakukan. "Kau kenal orang yang sedang mengikutimu?" "Tidak," jawabnya cepat. "Mereka bukan orang suruhan ayahmu?" "Bukan." Annette menggeleng yakin.  "Di mana pengawalmu?" Sejak tadi Aaron sama sekali tidak melihat sosok pengawal yang biasa membuntuti gadis ini. "Aku tidak melihatnya sejak tadi." Jika saja ada Peter bersamanya tadi, ia tidak akan sampai ketakutan seperti ini. Sejak tadi Aaron berbicara sambil mengawasi sekitar, tapi kini ia menunduk dan menatap Annette sungguh-sungguh. "Annette, kalau kubilang aku akan melepaskanmu dari kejaran mereka, apa kau bisa percaya padaku?" Annette menatap mata Aaron dan melihat kesungguhan di sana. "Aku percaya.” "Kau bisa percaya kalau aku tidak akan menempatkanmu dalam bahaya?" "Ya," jawabnya tanpa ragu. "Kalau begitu ikut aku." Aaron meraih tangan Annette dan menggenggamnya kuat-kuat, lalu membawa gadis itu keluar dari gang, berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir di ujung blok. "Pakai sabuk pengamanmu!" ujar Aaron cepat begitu mereka sudah berada di dalam mobil. "Kalau kau takut, tutup saja matamu, oke?" Annette mengangguk patuh, lalu cepat-cepat memasang sabuk pengaman.  Begitu Annette terlihat siap, Aaron langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Dari kaca spion ia melihat tiga orang berlari mengejar, disusul dua buah mobil yang mengikuti persis di belakangnya. Aaron melarikan mobilnya ke jalan pinggir kota menuju kawasan pelabuhan di pinggiran Verz, ia tidak ingin membuat keributan di jalan-jalan kota yang padat. Menyadari situasi yang tengah mereka alami, Annette hanya bisa berdoa dalam hati agar tidak ada hal buruk yang terjadi pada mereka. Sebelah tangannya mencengkeram sabuk pengaman kuat-kuat, dan satu tangannya lagi memegang pintu erat-erat. Setiap kali mobil Aaron terlihat hampir menabrak mobil di depan, Annette akan menahan napas dan menutup matanya rapat-rapat.  "Sial!" umpat Aaron ketika sebuah peluru menghantam sisi kiri mobilnya. Refleks tangannya menekan sebuah tombol di dekat kemudi untuk mengirimkan sinyal bahaya pada ketiga sahabatnya. Bagi Annette yang baru pertama kali mendengar suara peluru berdesing, rasanya ia ingin mati saja saat itu juga. Seluruh tubuhnya lemas dan tidak bisa digerakkan. Bahkan untuk bernapas saja Annette kesulitan. Melihat kondisi sekitar yang mulai sepi karena mereka sudah memasuki jalan pinggir kota, Aaron memutuskan untuk memberi pelajaran pada mobil di belakang. Sambil tetap menstabilkan kemudi, tangan kanan Aaron menjangkau ke laci di bawah dasbor mobil, lalu mengeluarkan sebuah Glock 20 dari dalamnya.  Mata Annette menatap nyalang pada sebentuk pistol dalam genggaman Aaron.  “Jangan dilihat,” ujar Aaron sebelum kembali fokus mengemudi dan mengawasi dua mobil yang masih membuntutinya. Ia harus berkonsentrasi penuh agar dapat membidik dengan tepat sambil tetap mengemudi di jalan yang sulit dan berkelok.  Sekali lagi sebuah peluru mengenai sisi kanan mobil Aaron. Aaron tidak merasa perlu menunggu lagi, ia menggenggam erat Glock 20 di tangan kanan, menggenggam kemudi dengan tangan kiri, kemudian membuka jendela lalu melepaskan dua tembakan ke arah ban mobil pengejar mereka. Tembakan Aaron mengenai salah satu mobil, membuat mobil itu terbanting ke samping, berputar cepat, kemudian terguling dan berhenti ketika menghantam tebing di sisi kiri. Aaron berniat mencoba mengulangi hal yang sama untuk melumpuhkan mobil yang satunya lagi, namun sayang sudah tidak memungkinkan. Ia lengah dan salah memilih jalan karena fokusnya terpecah antara mengemudi dengan kecepatan tinggi sambil berusaha melumpuhkan lawan. Jalan yang saat ini mereka lalui ternyata buntu dan berakhir di laut. Hanya tinggal tersisa jarak sekitar 300 meter di depan mereka sebelum mencapai laut. Dalam kondisi terdesak, hanya satu hal yang terpikir oleh Aaron.  Aaron menoleh ke belakang, mengukur jarak antara mobilnya dengan mobil pengejar, kemudian meraih tangan Annette dan menggenggamnya. "Annette, percaya padaku, oke?" Annette mengangguk kaku dengan sorot penuh ketakutan. Garis laut yang mulai terlihat di ujung jalan membuat Annette semakin ngeri. "Ikuti saja kata-kataku dan tetap tenang. Semua akan baik-baik saja." Aaron terus mencoba menenangkan Annette agar gadis itu tidak histeris. "Sekarang buka sabuk pengamanmu!" Setengah mati Annette berusaha melepaskan sabuk pengamannya seperti perintah Aaron dengan tangannya yang gemetaran. Ketika melihat hamparan laut yang semakin mendekat, Annette berseru panik. "Aaron, mobil ini …? Di ujung sana …!" "Tenang, oke?" ujar Aaron yakin sambil melepas sabuk pengamannya juga. "Kita akan tenggelam!" seru Annette histeris. Hanya tinggal tersisa sekitar 100 meter lagi di depan sebelum mobil ini terjun ke laut. Aaron tahu gadis itu ketakutan, namun saat ini tidak ada pilihan lain. Mobil di belakang mereka tidak mau berhenti, maka terpaksa ia harus terus melaju. "Kita akan selamat," balas Aaron tenang kemudian menendang pintu mobil hingga terbuka lebar. Annette sudah tidak bisa bersuara lagi. Dunia di sekelilingnya seolah berhenti, hening lalu memudar. "Saat kubilang lompat, kau harus menahan napas. Mengerti?" Aaron menjangkau ke samping kanan dan meraih pinggang Annette untuk membantu gadis itu berpindah ke pangkuannya. Dalam kepanikannya, seluruh tubuh Annette sulit untuk diajak bekerja sama.  “Ayo, pindah ke sini!” seru Aaron sambil menarik Annette lebih kuat lagi. Sisa jalan di depan mereka semakin menipis, dan Aaron bisa melihat mobil di belakang sudah berhenti. Para pengejar itu tidak berani mengikuti langkah nekatnya. Begitu Annette berada dalam pangkuannya, detik itu juga mobil Aaron meluncur menuju laut dengan posisi condong ke kiri akibat berat tubuh Aaron dan Annette yang bertumpu di satu tempat. Tepat sebelum mereka jatuh, Aaron kembali menghantam keras sebuah tombol di dekat kemudi mobilnya agar lokasi akhir mereka dapat ditemukan dengan mudah. “Lompat!” seru Aaron kencang. Dipeluknya Annette kuat-kuat lalu membawa gadis itu terjun ke dalam laut sebelum pintu mobil menutup ketika menghantam air. Annette hanya bisa pasrah mengikuti perintah Aaron tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya nanti. Gadis itu membenamkan wajahnya di d**a Aaron, menutup matanya rapat-rapat, menarik napas sebanyak yang ia mampu, kemudian menahannya. Ketika tubuhnya menghantam air laut yang dingin, Annette merasakan sakit yang luar biasa. Saat itu juga ia berpikir hidupnya akan berakhir. Namun sebelum kesadarannya menurun, ia masih sempat merasakan sebuah perasaan yang janggal. Meski dalam situasi antara hidup dan mati seperti ini, berada dalam pelukan Aaron membuatnya tenang. Seolah ia sudah sangat terbiasa berada dalam dekapan pria ini. *** --- to be continue ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD