Vivian berdiri di depan gundukan tanah sembari dengan dipegangi oleh Olivia. Ia diam termenung di sana, seraya menatap gundukan tanah tersebut. Masih terasa seperti mimpi, bila pada akhirnya, ia akan kehilangan secepat ini. Baru juga berpikir, untuk berusaha menerima dengan sepenuh hati dan mengabdi kepada pria, yang merupakan suaminya tersebut. Tapi ternyata, takdir malah berkata lain. Ia hanya diberi kesempatan yang sangat sebentar, untuk menjadi seorang istri dan kini, harus pudar bahkan menghilang tidak sampai hitungan hari sekalipun. Sebenarnya, ada apa dengan dirinya ini?? Kenapa dari segi percintaan ia tidak pernah beruntung?? Seolah mengulangi, apa yang pernah terjadi kepada mendiang ibunya dulu. Giliran mendapat suami yang begitu baik, tapi tidak bisa bersama dengan cukup lama

