Hari itu akhirnya datang. Mamaku yang sudah sibuk dari pagi berkali-kali menyempatkan diri untuk menengokku di kamar, mungkin sekedar memastikan aku tidak kabur di detik-detik seperti ini. Darren. nama itu terukir idah bersanding dengan namaku. Hanya nama depan karena ternyata nama belakang kami sama dan sengaja tak ditulis sekedar untuk menghindari pertanyaan ganjil yang sama persisi seperti yang ada di otakku kali ini. Kuperhatikan lagi surat undangan penikahanku itu. Nama kami dicetak dalam huruf tebal yang susunanya cukup serasi dengan back ground dan warna gading keemasan. Undagan yang cukup elegan untuk dikirim orang tuaku ke pada kolegan-kolegan bisnis dan rekan –rekan elit politiknya. "Darrent " akhirnya aku tau nama calon suamiku, anehnya kenapa nama keluarga kami