- LIMA -

1854 Words
Seminggu setelah melakukan Honeymoon yang sebenarnya lebih cocok di sebut liburan di Bali akhirnya tiba untukmu mereka kembali ke Ibu kota. Menjalani aktivitas seperti sedia kala. Keduanya tiba di bandara Soekarno-Hatta saat hari sudah menjelang siang. Afdhal berjalan santai satu langkah di belakang Shani, sambil menarik koper mereka. Hingga mereka keluar dari terminal kedatangan dalam negeri dan langsung menuju lobi. "Cio?" Langkah nya memelan, ia memicing mata pada seorang laki-laki yang tengah berdiri di samping mobil dengan senyuman manis menyambut kedatangan Shani. Membuat Afdhal langsung mendengus dalam hati saat melihat Shani dengan santai seolah tanpa beban langsung memeluk Cio di depan nya. Catat! Di hadapan nya.! Suami nya!. "Aku udah bilang gak usah jemput, kita bisa langsung ketemu di rumah sakit." Ujar Shani dengan nada yang di buat kesal. Cio hanya terkekeh pelan, keduanya malah sibuk melepas rindu. Seolah tidak ada Afdhal di sana, yang jelas menyandang status suami dari Shani. Namun, walaupun begitu Afdhal tidak berkata apa-apa. Menegur pun tidak. "Seribu kali kamu bilang gak usah jemput, aku bakal tetap datang kesini!" Jelas Cio. Shani hanya menggeleng, kemudian ia menoleh pada Afdhal yang berdiri tidak jauh di belakangnya. Dengan reflek cowok itu langsung menatap sekitar menghindari perhatian istri nya itu. "Dhal, sebaiknya kita langsung ke rumah sakit. Aku akan mengenalkan mu pada Dokter Cristy, dia yang akan menjadi dokter kandungan ku nanti nya " jelas Shani. Afdhal hanya mengangguk, melirik Cio yang masih enggan menatap nya. Membuat dirinya menyunggingkan senyuman malas. "Oke, kalau gitu tunggu apa lagi" ujar Afdhal. "Aku ikut Cio, kamu-" "Aku naik taksi" dan Pria itu langsung menuju taksi kosong yang kebetulan baru menuruni penumpang. Tanpa memperdulikan keduanya, ia langsung meminta sang sopir untuk memasukkan koper kedalam bagasi. Bahkan, dengan tanpa menoleh sekali pun pada Shani dan Cio yang sedang memandangi nya. *** Shani sudah berkonsultasi lebih dulu dengan sahabat nya di Bali Tempo hari. Dan, sekarang ia datang atas permintaan Afdhal yang ingin mendengar langsung tentang proses inseminasi yang akan mereka jalani nanti. Cowok itu ingin mendengar langsung penjelasan dari dokter nya. Walau ia sudah membaca beberapa artikel mengenai Inseminasi buatan. "Kamu sudah bikin janji sama Cristy ?" Tanya Shani pada Cio yang berjalan di samping nya. "Sudah, dia praktek hari ini." Jawab Cio. Shani mengangguk, ujung matanya sedikit melirik ke belakang. Di mana Afdhal tengah berjalan mengikuti mereka berdua. Hingga keduanya tiba di depan ruangan dokter kandungan. Cio, dengan tanpa canggung langsung mengetuk dan Kemudian membuka pintu putih itu. "Permisi " sapa Cio. Membuat seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang tengah duduk di balik meja menoleh. Dan langsung tersenyum sumringah saat melihat siapa yang datang. "Hai.. Shan, Cio ! Masuk, masuk! Wahhh. Udah lama gak ketemu nih!" Seru wanita cantik itu langsung beranjak dari duduk nya untuk menyambut kedatangan dua teman karib nya. "Hai, Cris! Apa kabar ?" Tanya Shani, setelah bercepika cepiki dengan sahabat nya itu. "Baik kok, gimana liburan loe?" Shani hanya mengindikkan bahu nya acuh. Hingga Afdhal menyusul masuk dan mengambil perhatian Cristy sepenuh nya. Wanita cantik dalam balutan jas putih itu menatap Afdhal dengan lekat. Hingga, sampai membuat muka cowok itu sedikit memerah. Tersenyum dengan canggung dan juga perasaan malu karena Cristy terlalu memperhatikan nya. "Cris!" Tegur Cio. "Eh!. Eumm. Ini.." ujar Cristi dengan tatapan penuh tanya dan penuh minat pada Cio dan juga Shani. "Ini Afdhal," jawab Shani. kemudian Shani menoleh pada Afdhal. " Dhal, ini dokter Cristi. Dia yang akan menjadi dokter kita nanti" jelas Shani memperkenalkan keduanya. Afdhal, laki-laki itu semakin merasa tidak nyaman dengan tatapan perempuan di depan nya itu. Namun. Ia tetap bersikap sopan dan ramah. "Cristi" "Afdhal" Setelah keduanya berkenalan, Cristi langsung mengajak ketiga tamu nya untuk duduk di sofa. Dan mulai membuka obrolan tentang Inseminasi buatan. Mereka mengobrol dengan cukup banyak, bertanya apa saja tentang Inseminasi buatan. Dan Cristi akan menjelaskan dengan lugas, memaparkan secara jelas. Bahkan, menjelaskan segala proses dari tahap awal hingga akhir. *** "Shan, loe yakin mau melakukan ini ?" Tanya Cristi saat kini hanya menyisakan kedua nya saja di dalam ruangan. Karena, Cio dan Afdhal pamit sebentar. "Gue gak punya pilihan" jawab Shani dengan nada pasrah. "Pikirin lagi deh, gak semua pernikahan lewat perjodohan itu buruk kok." Ujar Cristy, menyakinkan sahabat nya itu. "Gue gak bisa, loe tau gue punya Cio!" "Tapi, hubungan kalian berdua gak dapat Restu!" "Itu cuma sebentar aja, Opa dan Oma sayang sama gue! Suatu saat nanti akan tau kalau gue gak bahagia dengan perjodohan ini!" "Shani, Afdhal gak buruk kok! Dia baik" "Loe baru beberapa jam ketemu dia, gimana bisa loe-" "Loe salah!. Gue udah pernah ketemu dia. Bahkan, mungkin jauh dari sebelum loe ketemu dia." "Maksud loe?". Cristi mengulum senyum penuh misteri. Membuat Shani mendengus bosan akan sikap sahabat nya yang sok misterius itu. Namun, sayang nya ia sama sekali tidak tertarik. "Kalau loe suka, gue dengan sangat amat ikhlas ngasih loe kesempatan untuk mendekati nya.! " "Loe serius ?" Tanya Cristi dengan tatapan seriusnya. Shani langsung mengangguk dengan yakin. "Loe gak akan nyesal?" Tanya Cristi lagi. "Gua justru bakal bersyukur. Karena, dengan begitu gue bisa pisah secepatnya sama dia." Jawab Shani. Cristi langsung mengulum senyum manis nya. Merasa angin segar baru saja di dapat kan nya. Shani sendiri yang bilang, kalau ia boleh mendekati Afdhal. Jadi, itu adalah kesempatan nya bukan?. Gila aja, kucing di kasih ikan masa gak mau.! "Jangan sampe loe nangis darah, Shan!" Ujar Cristi dengan serius yang di tanggapi Shani dengan gindikkan bahu nya tidak acuh. *** Berbeda dengan Cio dan Afdhal yang saat ini sedang mengobrol berdua di tangga darurat rumah sakit. Afdhal tadi sengaja izin ke toilet saat Cio pamit untuk keluar mengangkat telfon. Ia sebenarnya ingin bicara dengan Cio. Jadi, di sini lah mereka sekarang. Berdiri saling berhadapan dengan tatapan tajam di antara keduanya. "Langsung aja deh, aku gak suka basa-basi gak jelas" ujar Afdhal yang lebih dulu membuka suara. " Jujur aja, aku ngerasa gak nyaman dengan sikap kamu ke Shani". Cio langsung mengerutkan dahi nya mendengar ucapan Afdhal. "Kenapa? Gue rasa, gak ada masalah." Pria itu menghembuskan napas kasar nya, kemudian menatap adik ipar Abang nya itu dengan tatapan tidak percaya. "Cio, aku tau kalian punya hubungan, tapi Shani sekarang istri gue!" "Sorry? Loe cemburu?!" "Ini bukan masalah aku cemburu atau enggak! Tapi, ini masalah kamu tau malu atau enggak!" Mendengar itu, Cio langsung menatap semakin tajam pada Afdhal. Bahkan, mulai ada pancaran emosi di sana. Ia langsung mencengkram kerah kaus Afdhal dan mendorong nya ke dinding. "Maksud loe apa?!" Bentak Cio. "Loe fikir, dengan loe nikah sama Shani, jadi suami nya dia. Loe berhak ngatur dia?!" "Tentu!" Jawab Afdhal dengan tidak kalah keras. Bahkan, dengan berani mendorong Cio menjauh dari nya. " Bahkan di banding kamu, aku jauh lebih berhak!! Aku ini Suami nya!. Jadi, aku jauh lebih berhak mengatur nya!! Dan, aku minta kamu untuk menjaga sikap!". Ha-ha-ha Cio tiba-tiba tertawa mendengar ucapan Afdhal yang terlalu percaya diri menurutnya. "Loe terlalu naif!" Ujar Cio meremehkan. "Menurut loe, kenapa Shani biki surat perjanjian? Loe fikir dia mau selama nya sama loe? Jangan mimpi!. Bahkan dia lebih rela melakukan Inseminasi buatan. Di banding tidur sama loe buat dapet anak!! Menurut loe, itu apa?!". "Dengar!"anjuta Cio dengan tegas. Bahkan menatap tajam penuh permusuhan pada Afdhal. "Pernikahan kalian hanya setahun! Setelah itu kalian bakal pisah! Shani bakal balik ke gue! Karena apa? Karena Shani gak akan pernah ninggalin gue! Enggak akan pernah! Loe paham!". Mendengar itu, Afdhal bukan nya tersinggung malah menatap kasian pada Cio. Ia sampai menggeleng kepala melihat betapa Cio sangat tidak punya malu di hadapan nya. Dan ia cukup puas melihat nya sekarang. "Cio, saran ku. Lebih baik mundur, karena bukan cuma kamu yang bakal malu. Tapi, juga Kak Shania. Menurut kamu, apa kata keluarga ku jika tau, kamu ternyata berusaha untuk menghancurkan rumah tangga ku?. Bagaimana Kak Shania, akan menghadapi keluarga ku nanti?". Dan itu berhasil membuat Cio bungkam. Kedua tangan nya mengepal kuat. Rahang nya mengeras menatap penuh kemarahan pada Afdhal. Sedangkan, di depan nya Afdhal menyunggingkan senyum kemenangan nya. "Kalau kamu, menyayangi Kak Shania. Lebih baik, mundur!. Lagi pula, dosa mengganggu rumah tangga orang. Kamu paham agama kan ?. " Lanjut Afdhal sok bijak. Cio masih terdiam, bahkan tidak berkata apapun lagi sampai Afdhal lebih dulu pergi setelah menepuk-nepuk bahu nya dengan raut kasihan dan penuh kemenangan. Karena, berhasil membuat Cio bungkam. *** Huft Afdhal menghembuskan napas kasarnya, begitu ia keluar dari tangga darurat. Dia menghela napas berat, menatap langit-langit rumah sakit. Ia sebenarnya tidak mau menjadi jahat pada Cio. Ia tidak mau berkata seperti itu pada Adik ipar Abang adek nya. Ia tau, telah menyakiti Cio lebih dari kemarin. Tapi, ia harus melakukan ini. Egois memang, namun cuma ini yang bisa ia lakukan. Ia suami nya Shani sekarang. Walau Cio pria yang di cintai Shani, namun tetap saja ia lah yang lebih berhak atas Shani. Dan, ia ingin Cio tidak mengganggu nya. Dan, ia juga akan berusaha untuk memperbaiki pernikahan mereka. Sekali lagi, ia menoleh kebelakang, pada pintu tangga darurat. Mengucapkan maaf dalam hati pada Cio. Dan kemudian berlalu pergi meninggalkan pijakkan nya di situ. *** "Afdhal tidak akan melakukan Inseminasi buatan " Shani menoleh penuh tanya pada Cristi. Tidak mengerti maksud sahabat nya itu. "Saat loe sama Cio pamit keluar tadi, dia mendengarkan penjelasan gue dengan baik. Tapi, dia tidak terlalu antusias. Dia malah, bertanya Resiko dari Inseminasi itu." "Terus?" "Ya gue kasih tau, segala bahaya nya. Apalagi, dengan loe yang tidak melakukan hubungan intim. Pada saat melahirkan akan sangat kesulitan. Dan, gue bilang angka keberhasilan nya yang nyaris 20%." "Loe tau, muka nya langsung pucat!" Jelas Cristi. "Dia peduli sama loe, Shan!" "Cris, gue gak bisa ninggalin Cio! Dia berarti banget buat gue". Ujar Shani dengan nada pelan. "Loe tau, gue sayang banget sama dia. " "Shani, kalau kalian gak jodoh mau gimana? Masa mau maksa?" "Kami lagi berusaha!. Dan, gue bisa pastikan kalau ini hanya setahun. Karena, setelah itu gue sama Cio bakal bersama dengan ada atau tidak restu dari Opa dan Oma!". Jawab Shani dengan begitu tidak terbantah kan. Ting Sebuah notif masuk ke ponsel Shani, perempuan cantik itu langsung membuka nya. Cio : Sayang, sorry. Aku harus pulang duluan. Ada sesuatu yang harus aku urus. Dahi Shani mengernyit heran, ia kemudian langsung bergegas pamit pada Cristi. "Cris, gue harus pamit. Kayak nya ada yang enggak beres " ujar Shani. "Lho, kenapa ?" "Sorry, gue duluan ya. Kita obrolkan nanti lagi." Ujar Shani. Cristi pun mengangguk paham, dan ketika mereka membuka pintu dan di kejutkan dengan Afdhal yang juga hendak membuka pintu. "Shan, aku harus pulang ke Aceh" ujar Afdhal tiba-tiba. "Kenapa ?" Tanya Shani heran, pasalnya laki-laki di hadapan nya terlihat sedikit panik walau berusaha menutupi nya. "Aku baru di kabari, kalau Ayah masuk rumah sakit. Jadi aku harus pulang." Jelas Afdhal. Shani cukup terkejut. Ia merasa bimbang sekarang. Di lain sisi, ia merasa ada sesuatu yang mengharuskan ia bertemu Cio dan berbicara dengan kekasih nya itu. Tapi, di sisi lain ia tidak mungkin membiarkan Afdhal pulang sendiri ke Aceh tanpa dirinya. Jangan lupakan status nya adalah Istri Afdhal. Dan, Apa kata Opa dan keluarga Afdhal jika dirinya membiarkan Afdhal pulang sendirian?. Apalagi Ayah mertuanya masuk rumah sakit?. Kenapa harus dalam waktu tidak tepat seperti ini?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD