bc

Jodoh Yang Terlewati

book_age18+
19
FOLLOW
1K
READ
spy/agent
boss
drama
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

Kinanti seorang karyawan berumur 25 Tahun yang bekerja sebagai Customer Service di HWOS. Kinanti mengira kalau pekerjaannya mudah untuk dilakukan, termasuk mendapatkan promosi jabatan.

Kenyataannya, dia mulai merasa kesulitan menjalani pekerjaannya sejak bergabung dengan tim Shinta. Shinta merupakan seorang TL yang tidak memiliki hati. Termasuk pada Kinanti. Untung saja di tengah kesulitannya, ada seseorang yang berusaha menghibur serta membantunya. Dia bernama Zain Nugraha. Sudah menyukai Kinanti sejak wanita masuk ke masa Training.

Kinanti mulai menyadari seiring berjalannya waktu, akan perhatian yang Zain berikan padanya selama ini. Sayangnya, pria itu tak pandai mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada Kinanti. Pada akhirnya Kinanti memilih pria lain, karena Zain tidak memperjuangkannya.

Kinanti menikah dengan pria lain dan mengalami pahit rumah tangga sehingga memilih bercerai. Ditambah masalah di pekerjaannya membuat dia stres. Zain berusaha mengambil kesempatan mendapatkan hati Kinanti kembali dengan melakukan apapun untuk membantunya. Pada akhirnya mereka bisa bersama setelah melalui berbagai macam kesulitan.

Cover: by Canva

chap-preview
Free preview
Pekerjaan Baru
Status pengangguran tidak lagi melekat pada seorang wanita bernama Kinanti Apsarini. Meskipun Kinanti sudah menganggur selama beberapa Minggu, dia yang sebelumnya bekerja di sebuah Perusahaan Call Center Inbound, akhirnya mendapatkan pekerjaan baru dengan cepat tanpa menunggu lama. Kali ini Kinanti bekerja sebagai Agent email di Perusahaan Contact Center di HWOS. Dia melayani pelanggan yang menggunakan E-Commerce Tokonline melalui email yang masuk. Kinanti berharap pekerjaan kali ini dapat bertahan lama. Sebelumnya dia mengundurkan diri di Call Center Inbound karena tidak cocok melayani keluhan atau informasi ke pelanggan melalui pesan suara. Penuh harap Kinanti mendapatkan promosi jabatan di tempat baru agar bisa menabung. Hari ini pertama kali Kinanti menjalani masa Training selama 10 hari kerja. Perasaannya cukup senang, mendapatkan teman-teman baru. Selain itu, jantung Kinanti merasa berdebar kencang karena ini hari pertamanya bergabung di HWOS. Kinanti memasuki ruang Training. Jam dinding di ruangan itu masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sedangkan Trainning dimulai pukul delapan. Kinanti terlalu bersemangat, berangkat terlalu dini. Kenyataan, seorang wanita bertubuh mungil dan berkulit putih juga memasuki ruangan Training. Kinanti melihat kehadiran dia, dan segera menyapanya dengan lembut. “Hai?” Kinanti mengulurkan tangan. Wanita yang baru saja datang itu langsung mengambil bangku kosong, duduk di sebelah Kinanti, tersenyum membalas sapaan Kinanti. “Perkenalkan, namaku Kinanti.” “Ah, perkenalkan aku Ayu. Salam kenal ya.” Sahut wanita yang memiliki nama Ayu. Dia langsung mengeluarkan ponsel dari dalam tas yang baru saja diletakkan di atas meja. Mengusap-usap layar ponsel setelah berada ditangannya. Hingga dia meminta Kinanti menyebutkan nomor ponsel WA untuk disimpan di dalam kontak miliknya. “Boleh aku minta nomor WA-mu?” “Tentu saja boleh. 085643***000.” Jawab Kinanti. Wajahnya tersenyum lebar. Ayu ternyata orang baik. Mau berkenalan lebih dengannya. “Aku sudah mengirimkan pesan ke WA-mu. Simpan ya nomorku.” Pinta Ayu, mengerlingkan sebelah mata pada Kinanti sembari memasukkan ponselnya lagi ke dalam tas. Setelah percakapan itu, beberapa orang lainnya memasuki ruangan. Mereka saling berkenalan dengan bertukar nomor ponsel. Berharap bisa akrab karena mereka satu angkatan. *** Kinanti mulai jenuh. Dua hari lagi dia mulai bekerja dan lepas dari masa Training. Wanita itu tidak sabar untuk mengerjakan tugasnya, membalas email pelanggan. Sehari dia mendapatkan target membalas email dari pelanggan sebanyak 100 pesan masuk. Kinanti berharap targetnya dapat dikurangi, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia dipekerjakan dan digaji oleh Perusahaan. Kalau hanya bisa mengeluh dan protes akan membuatnya dipecat secepat mungkin. “Wah, harus menyelesaikan target 100 email dalam delapan jam kerja.” Ayu mengeluh, menatapi layar laptop tanpa melirik Kinanti di sebelahnya. “Aku rasanya ingin nyerah! Ngerjain satu email masuk aja susah banget, gimana nanti ngerjain 100 email, huft!” Ayu melemaskan tubuh, menempelkannya ke sandaran kursi. “Kita baru belajar. Besok pasti bisa deh.” Sahut Kinanti. Memandangi seorang TL yang bertugas mengisi sesi Training. TL tersebut bernama Zain. Ganteng, bertubuh tinggi, dan memiliki warna kulit kuning langsat. Manis. Menurut Kinanti. Wajahnya membuat Kinanti sedikit bersemangat kali ini. Karena semua teman prianya tidak ada yang cocok dipandang mata. Membosankan. Sedangkan menurut para pria, Kinanti seorang wanita yang diidam-idamkan kaum Adam. Cantiknya khas perempuan jawa, elegan, dan tidak banyak bicara. Sopan. Termasuk Zain saat pertama kali memasuki kelas Kinanti. Pandangan pertama dialami oleh Zain saat melihat dan bertemu Kinanti. Namun, Zain seorang pria yang payah. Hanya bisa sebatas mengagumi saja. Dia belum berani mengambil tindakan, sekedar meminta nomor WA Kinanti. “Aku enggak yakin deh bisa lanjut kerja disini.” Ayu memijat bahu sebelah kanan dengan memiringkan kepala. Melihat temannya merasa lelah, Kinanti ikut membantu memijat bahu Ayu sebelah kiri. Ayu tersenyum lebar. “Shhtt! Kita dari tadi dilihatin Mas Zain.” Bisik Ayu, menghentikan aktivitasnya itu, diikuti Kinanti yang mulai fokus pada layar laptop. “Iya.. Tatapannya galak.” Sahut Kinanti, nada berbisik. Zain memang memiliki tatapan tajam namun hangat. Tatapan yang mampu meluluhkan setiap perempuan yang ia pandang. *** “Hai, Kinanti. Aku Haris?” Seorang pria seumuran dengan Kinanti mengulurkan tangan ke arah Kinanti saat kelas sudah selesai. Kinanti yang sibuk memasukkan buku ke dalam tas, langsung mencari pemilik suara. Haris sudah berdiri di depannya. Senyumnya juga masih menghiasi wajah, sembari menunggu Kinanti membalas uluran tangannya. “Hai.. Salam kenal.” Akhirnya Kinanti membalas uluran tangan Haris. “Setelah ini mau kemana kamu?” Tanya Haris, tanpa basa-basi. Dia ingin mengajak Kinanti makan malam. “Hah?” Kinanti terkejut mendapat pertanyaan itu. “Nggg… Aku langsung balik ke rumah.” Sahut Kinanti, wajahnya menunjukkan kebingungan. “Eh, dia ngajakin kamu kencan.” Tiba-tiba Ayu menyahut. Membuat Haris semakin tersenyum lebar. Ayu lebih peka dari Kinanti. Sialnya. Kinanti memang sudah menyadari kalau Haris mengajaknya pergi. Jawaban Kinanti merupakan sebuah penolakan halus. Bodohnya, Ayu malah mempertegas keinginan Haris, membuat Kinanti merasa tidak enak. Sontak, Ayu yang masih duduk di sebelah Kinanti, mencubit lembut paham perempuan itu. Ayu mendesis, kesakitan. “Kalian harus istirahat, besok waktunya ujian yang menentukan nasib kalian untuk kerja disini.” Secara serentak, mereka bertiga yang masih tersisa di dalam kelas, menoleh. Ke arah Zain. TL itu masih duduk di meja depan dengan beberapa berkas bertumpukan di depannya. Benar juga. Kinanti merasa diselamatkan oleh Zain. Besok penentuan mereka, apakah layak melanjutkan bekerja disini atau tidak. Ayu mengeluh keras. Dia mulai tidak yakin akan berlanjut disini, mengingat target pekerjaan membuat Ayu tidak bersemangat. “Kalian harus semangat. Kerja disini enak kok. Gajinya banyak lagi. Masalah target? Kalian akan terbiasa kalau udah lama kerja disini.” Ujar Zain beranjak berdiri, memeluk berkas. “Senior kalian aja sehari bales email masuk bisa sebanyak 200 an lebih.” “Astaga. Tanganku bisa keriting, Mas!” Ayu hampir menjerit. Kedua tangannya membekap erat mulut untuk menghentikan suaranya. “Yaudah, sampai rumah disetrika ya.” Sahut Zain mengulum senyum. Sebelum dia meninggalkan ruangan kelas, menyempatkan diri melirik ke arah Kinanti. Zain cukup puas, menghentikan langkah Haris untuk mendekati Kinanti. Kinanti merasa diawasi Zain. Dia sekilas melirik. Tatapan mereka dipertemukan dalam beberapa detik sebelum akhirnya Kinanti membuang pandangan karena malu. “Enggak punya setrika.” Jawab Ayu. “Yaudah, sana buruan kalian pulang. Udah mau Maghrib.” Zain langsung pergi. “Ayo kita pulang.” Kinanti beranjak berdiri. Menyampirkan tas selempang ke bahu. “Eh, kalau kita lolos bareng, kapan-kapan main yuk?” Haris belum menyerah. Ayu menyadari kalau Kinanti terganggu dengan kehadiran Haris. “Kamu enggak ngajakin aku juga, Ris?” Tanya Ayu, terang-terangan. Wajahnya cukup serius, berharap Haris akan mengajaknya juga. “Masak cuma Kinanti aja, temanmu kan bukan dia aja!” Kinanti menahan senyum. Merasa senang memiliki teman sepeka seperti Ayu. “Eh! Gimana ya,” Haris menggaruk kepala yang tidak gatal. Bola matanya memutar, memikirkan jawaban yang cocok untuk Ayu. Berharap tidak melukai Ayu. “Yaudah deh, ikut boleh kok. Besok aku ngajakin yang lainnya juga.” “Nah, gitu dong!” Ayu bersemangat, menepuk bahu Haris. Membuat dia harus meringis menahan rasa panas membakar permukaan kulit di bahu. “Kita balik dulu, ya! Bye-bye!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook