Kembali Pulang
Saat ini Alka mendapatkan tawaran kerja sama untuk sebuah proyek peragaan busana. Ia digandeng oleh salah satu perancang busana kenamaan dari Prancis yang bernama Rossaline. Dia akan mengadakan peragaan busana untuk acara pembukaan cabang butiknya di London.
“Terima kasih, Sir. Karena sudah memberikan saya kesempatan untuk berkarya,” ucap Alka dengan binar di matanya pada dosennya yang bernama James.
Design Alka banyak disukai oleh para dosen dan mentornya. Bahkan, tidak jarang ia memenangkan kompetisi untuk kategori gaun pesta. Sejak dulu, dirinya memang menyukai fashion. Membuat gadis cantik itu suka merancang baju yang dipakai untuk menghadiri suatu acara.
Rossaline mendapatkan referensi dari kampus Alka yang merupakan salah satu mahasiswa yang berpotensi. Gadis itu memiliki ciri khas tersendiri dalam rancangannya.
“Hasil rancangan mahasiswa Anda sangat detail dan unik. Bahkan, saya jarang menemuinya pada perancang yang sudah punya nama besar sekalipun,” ucap Rossaline sambil terus mengamati hasil rancangan Alka yang ditunjukkan oleh James yang juga merupakan rekan Rossaline.
Akhirnya Rossaline memutuskan untuk menggandenga Alka pada acaranya. Dengan mengamati hasil rancangan gadis itu, dia sangat yakin jika Alka akan menjadi seorang perancang yang cepat melambung.
“Saya ingin dia ikut dalam acara launching butik minggu depan!” pintanya pada James.
Dengan suksesnya event yang terselenggara, membuat Rossaline ingin mengajak Alka untuk bekerja sama dalam pengelolaan butik yang baru saja dia buka. Dirinya sangat puas dengan hasil karya gadis cantik itu. Fashion-show yang diadakan Rossaline berjalan dengan lancar. Tidak salah dirinya menggandeng Alka dalam perhelatan acara ini. Kesuksesan acaranya, tidak lepas dari kerja keras team-nya dan juga peran penting rancangan gadis itu.
“Saya ingin mengajak kamu bekerja sama untuk pengelolaan butik yang berisi rancangan saya dan kamu, bagaimana?” tawar Ross.
Alka tidak bisa menjawab karena sangking terkejutnya. Ia hanya bisa menganggukkan kepala.
“Ross, Anda tidak bercanda, kan?” tanya Alka pada akhirnya.
Gadis itu akhirnya bisa membuka mulutnya setelah terdiam beberapa saat. Apa yang baru saja masuk ke dalam pendengarannya masih sulit untuk ia percaya.
“Kamu tunggu kontrak secepatnya, ya!” ucap Rossaline sambil menoel hidung Alka gemas.
Study Alka, saat ini sudah selesai dan ia hanya fokus pada cita-citanya. Ia ingin, di saat dirinya kembali pulang ke tanah air dapat membawa sesuatu yang bisa dia banggakan.
Dalam kurun waktu yang tak berapa lama, nama ‘Alka’ sudah banyak dikenal dalam dunia fashion sebagai perancang muda berbakat yang cukup diperhitungkan. Ia sangat senang dengan pencapaiannya. Gadis itu ingin nantinya jika dia pulang ke Indonesia, ia bisa memiliki butik dengan namanya sendiri. Semua yang ia raih saat ini tidaklah mudah.
***
Tak terasa, sudah hampir enam bulan Alka disibukkan dengan dunia fashion. Bahkan, gadis itu banyak menerima pesanan dari para selebritis dan politikus. Namanya juga dikenal oleh banyak orang di luar London.
Di saat ia tengah fokus dengan design-nya, terdengar dering ponsel yang menandakan adanya panggilan masuk. Lalu dia melihat layar ponselnya dan tertera nama kakak iparnya. Akhir-akhir ini, dirinya memang jarang menghubungi keluarganya karena kesibukan yang seakan tiada habisnya. Dengan tersenyum ia lantas mengangkat panggilan tersebut.
“Assalamualaikum, Mbak.” salam Alka.
“(……….)”
“Alhamdulillah, Alka sehat. Semoga keluarga di sana juga sehat-sehat semua ya, Mbak?”
“(………)”
“Hah … kenapa baru kasih kabar ke Alka, Mbak? Tapi Tari baik-baik aja, kan? Mentari, kenapa bisa sampai begitu? Iya … Alka usahain pulang secepatnya, Mbak, hiks ... hiks …,” tanya Alka bertubi-tubi.
Gadis itu sungguh terkejut dengan kabar yang baru saja disampaikan oleh kakak iparnya. Tidak pernah terlintas di dalam pikirannya semua ini akan terjadi.
Setelah mengakhiri panggilannya, gadis cantik itu pun langsung lemas. Dia tidak bisa melanjutkan rancangannya kembali. Ia menangis meraung-raung. Mentari, keponakan perempuannya yang cerewet, saat ini sedang berjuang di ruang operasi karena kecelakaan.
Saat ini dirinya harus segera bicara pada Rossaline. Ia juga sudah siap membayar pinalti dari pembatalan sepihak kontrak kerja sama mereka.
“Saya bisa merasakan ketakutanmu. Segeralah pulang sebelum terlambat, dan jangan kamu pikirkan soal butik,” ucap Rossaline dengan tatapan sendunya.
“Baiklah, Ross. Aku akan menyelesaikan rancanganku malam ini juga dan terima kasih,” pinta Alka dengan air mata yang sudah mengalir.
“Baiklah. Jika belum masuk ke design biar aku yang mengerjakannya,” jawab Ross.
***
Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya tibalah Alka di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dia tampak tergesa-gesa berjalan menuju pintu keluar karena dia sudah ditunggu oleh keponakan laki-lakinya, Surya.
“Kita langsung ke rumah sakit aja,” ucap Alka sambil mengikat rambutnya dengan asal.
Sesampainya di kamar inap Tari, Alka langsung berhambur memeluk kakak iparnya yang terlihat rapuh. Dia juga melihat keponakannya yang sedang terbaring, masih belum sadarkan diri.
“Maafkan Alka, Mbak. Baru bisa datang, hiks … hiks …,” ucap Alka dengan terisak-isak.
“Mentari kenapa belum sadar, Al?” tanya Bunga dengan menatap manik mata adik iparnya.
“Sabar ya, Mbak. Kita berdoa sama-sama agar Tari cepat bangun,” jawab Alka sambil memeluk kakak iparnya dari samping.
Lalu gadis cantik itu beralih menghampiri kakak sulungnya yang tengah duduk di sofa. Tampak wajahnya yang terlihat menua dan lelah.
"Mas, maafkan Alka hiks … hiks …,” ucap Alka kembali terisak-isak. Dia tidak tega melihat kakaknya yang terlihat rapuh.
Dia tidak tega melihat kakak laki-lakinya yang terlihat rapuh. Lebih dari empat tahun dirinya tidak melihat kakaknya secara langsung. Sekalinya pulang dia disuguhi pemandangan yang membuat hatinya terasa pilu.
“Tidak perlu meminta maaf, mungkin jika keponakan kamu nggak kritis, apa kamu mau pulang?” tanya Abi sambil mengelus kepala Alka dengan lembut.
“Alka pasti pulang, Mas. Karena hanya kalianlah keluarga yang Alka miliki hiks … hiks ...,” jawab Alka sambil kembali terisak.
Mentari mengalami kecelakaan tunggal di saat gadis ceria itu pulang kuliah. Gadis itu berusaha menghindari motor yang tiba-tiba memotong jalurnya. Dengan spontan, gadis itu membanting setirnya ke kiri dan menabrak sebuah pohon di pinggir jalan.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu kamar inap Tari sedang diketuk oleh seseorang. Surya dengan segera beranjak untuk membuka pintu tersebut. Setelah pintu terbuka, tampak seorang dokter tampan yang tidak asing berdiri bersama dengan dua orang perawat.
Dokter tersebut terlihat terkejut saat matanya menangkap sosok gadis yang sedang duduk di samping ranjang pasien. Gadis yang telah lama menghilang dari kehidupannya. Gadis yang dulu selalu membuatnya kesal karena telah mengganggu ketentraman hidupnya.
“Selamat petang, Dokter ingin memeriksa kondisi pasien,” ucap salah seorang perawat dengan ramah.
Tanpa menjawab, Surya menggeser tubuhnya ke samping mempersilahkan mereka untuk masuk. Alka yang mendengar pembicaraan mereka langsung memutar duduknya menghadap ke arah pintu.
Mendadak jatungnya berdetak dengan kencang dan tubuhnya menegang sesaat. Darahnya terasa berdesir ketika matanya tak sengaja menatap mata dokter yang baru saja datang.
‘Dia …,’ batin Alka.
Dengan segera Alka memalingkan wajahnya ke arah lain. Dirinya harus bisa menguasai hatinya. Ya … Dokter itu adalah Arsa Dewananda Ibrahim, laki-laki dingin, arogan, dan kejam yang sudah melukainya begitu dalam.
Bunga yang berada di sana melihat bagaimana adik iparnya berusaha menjaga jarak dan merubah sikapnya pada Arsa. Sebenarnya, Bunga sudah mengetahui apa yang terjadi antara Arsa dan Alka dulu dari Risma, mami Arsa.
“Selamat petang, Om, Tante.” ucap Arsa ramah dan dijawab Bunga dengan senyuman.
Suara itu mengingatkan Alka akan kejadian lebih dari empat tahun yang lalu. Saat di mana suara itu bukan hanya membentaknya. Tetapi, juga menghinanya habis-habisan layaknya dia seorang wanita yang tidak memiliki harga diri sedikit pun.
‘Kamu pasti bisa, Alka,’ ucap Alka dalam hati.
Gadis itu terus memberikan sugesti terhadap dirinya sendiri. Hanya dengan cara ini dia dapat menguasai hatinya yang tiba-tiba bergejolak.
Tampak Arsa melangkah mendekati ranjang pasien. Lantas dokter muda berparas rupawan itu pun langsung memeriksa kondisi Mentari.
‘Dia telah menjadi wanita dewasa yang cantik,’ batin Arsa yang sesekali melirik gadis yang pernah membuat ketentraman hidupnya terganggu.
Arsa juga tahu jika wanita cantik yang berada di seberang ranjang pasien itu telah menjadi sosok yang banyak dikenal banyak orang, terutama di bidang fashion. Wanita yang beberapa tahun belakangan ini menghilang, sekarang telah menjadi salah satu perancang busana muda yang patut untuk diperhitungkan.
“Jika nanti dalam waktu lima jam Tari belum bangun, tolong hubungi saya ya, Tan!” pintanya pada Bunga.
“Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kan?” tanya Bunga kembali.
“Alhamdulillah tidak ada, saya permisi dulu,” jawab Arsa.
Pria tampan berkacamata itu menyempatkan diri untuk mendekati Alka. Dia ingin menyapa gadis yang pernah mengusik ketenangan hidupnya.
“Apa kabar?” tanya Arsa.
Alka yang melihat Arsa berjalan mendekat ke arahnya seketika merasakan tubuhnya kembali menegang. Detak jantungnya juga kembali bedegup dengan kencang. Ia pun berusaha menahan semua gejolak yang ada di dalam hatinya dengan sekuat tenaga. Dirinya harus bisa terlihat tenang. Dia harus bisa menguasai keadaan yang tidak pernah ia inginkan seperti ini.
‘Jangan terpengaruh, Alka,’ pintanya dalam hati, “Alhamdulillah baik,” jawab Alka dengan wajah datar.
Gadis itu pun hanya sekilas menatap Arsa. Detik kemudian ia pun memalingkan wajahnya kembali menatap keponakannya yang terlihat masih memejamkan mata.
“Kapan datang?” tanya Arsa kembali.
“Tadi pagi,” jawab Alka singkat.
Arsa cukup terkejut dengan perubahan sikap Alka terhadap dirinya. Gadis itu bersikap dingin seakan tidak pernah terjadi sesuatu terhadap mereka berdua. Dokter tampan berkacamata itu seperti berhadapan dengan sosok lain.
Akhirnya dokter muda berkacamata itu pun beralih berbincang dengan Abi. Setelah berbasa basi sebentar dengan pria paruh baya itu, ia pun melangkah keluar dari kamar inap Mentari setelah berpamitan terlebih dahulu.
Setelah kepergian Arsa, Alka meraba dadanya. Gadis cantik dengan segala kelembutannya itu ingin memastikan apakah nama ‘Arsa’ masih ada di dalam hatinya atau tidak. Dirinya tidak ingin lagi terluka. Gadis cantik pemilik manik mata hazel itu hanya ingin bahagia dengan caranya.
‘Ada apalagi dengan kamu? Kenapa kamu tidak bisa tenang?’ ucap Alka pada dirinya sendiri sambil masih meraba dadanya.
Alka yang sedari tadi memperhatikan Mentari, tampak terlihat mengerutkan dahinya. Ia terus menatap mata keponakannya yang terlihat sedang bergerak-gerak. Lalu gadis yang terbaring di atas ranjang itu mulai membuka matanya.
“Mbak … Tari bangun,” teriak Alka sangking senangnya.
Mereka berempat lantas segera mendekat ke ranjang. Tak lupa mereka mengucapkan syukur, karena Mentari sudah mulai membuka matanya.
Di dalam sebuah ruangan, tampak terlihat Arsa sedang duduk melamun. Dokter tampan itu teringat dengan pertemuan pertamanya, setelah lebih dari empat tahun tidak bertemu dengan gadis yang pernah mengajaknya berpacaran dulu. Dirinya heran dengan perubahan sikap gadis cantik itu kepadanya. Sesungguhnya ada rasa tidak rela dengan perubahan sikap Alka terhadapnya.
***
Tak terasa sudah lebih dari dua bulan Tari dinyatakan sembuh oleh dokter, sewaktu kontrol terakhirnya. Gadis cantik yang selalu terlihat ceria itu sangat bersyukur karena dirinya tidak memerlukan lagi penopang untuk membantunya berjalan.
Keluarga Handoko benar-benar merasa lega dengan kabar yang baru mereka dengar dari dokter yang merawat putrinya. Sebagai ucapan rasa syukurnya mereka akan mengadakan acara syukuran di Yayasan panti asuhan milik keluarga Handoko. Sebuah Yayasan yang menampung anak-anak yatim piatu yang terlantar.