Empat

698 Words
Suasana rumah kini berbeda, Nella kembali melakukan aktivitas biasa. Membosankan baginya, hidup tidak memiliki warna. Luna telah tinggal bersama suami tercinta yaitu Alex. Luna bahagia dan mendapati suami yang baik dan penyayang seperti Alex. Permasalahan kini berpindah ke Edy, Edy baru saja sampai di kantor. Penampilan masih tetap tidak berubah, ekspresi dingin, kaku, datar dan tetap tampan. Wanita mana tidak terkagum sama penampilan Edy ini. Beda dengan Alex, murah senyum, royal dan sama tampan juga. Nella diajak oleh kakak tercinta datang ke kantor suami Alex. Tentu Nella senang tapi tetap harus jaga sikap katanya. Luna memang bekerja di perusahaan suaminya sebagai sekretaris. Tetap saja bukan karena sudah menikah berlagak seperti nyonya besar dong. Tidak, ini akan lebih beda namanya. Nella melihat gedung tinggi ke ujung langit membuat kepala leher sedikit pegal. Luna hanya bisa menggeleng kepala. Mereka masuk, para karyawan ada di dalam gedung memberi hormat kepada Luna. Memang sudah peraturan di perusahaan Kusuma "Besar banget, ya, kak," bisik Nella sejajar  langkah kaki dengan Luna. "Ya begitulah, kalau kamu mau, bisa kok kerja disini. Tapi, kuliah dulu," kata Luna masuk ke dalam lift Menuju lantai delapan belas, tinggi juga. Lift kembali  terbuka lebar, kemudian mereka turut keluar dari sana. Para karyawan setempat melirik Nella. Ya penampilan Nella memang sedikit mencolok, celana robek dibagian lutut dan paha, baju kaus oblong longgar bergambar aneh tidak berbentuk. Rambut di kusir satu ke belakang. Terlihat tomboy untuk Nella. "Selamat pagi, sayang," sapa Luna saat masuk ke kantor Alex. Alex sedang berdiskusi dengan Edy ada beberapa proyek yang harus diselesaikan di cabang kota selatan. Terdengar suara istrinya sudah datang, ekspresi Alex pun senyum lebar berdiri memeluk istrinya di sana. Nella berdiri di depan pintu, Luna menoleh belakang meminta Nella masuk. "Sini, Ngapain berdiri di sana!" seru Luna, Alex melirik Nella, turut memeluknya. Alex memang senang kalau Nella datang ke kantornya, biar Edy tak kesepian. Rencananya Alex ingin comblangin Edy sama Nella. Tapi, sepertinya Edy terlalu agresif banget deh. "Pagi, Bang Alex," sapa Nella senyum paling manis untuk Alex. Nella masih belum sadar kalau yang duduk di kursi membelakangi nya itu Edy. "Kak, sepertinya Bang Alex lagi sibuk. Nella balik saja deh kalau gitu. Nggak enak ganggu pagi-pagi, sebentar lagi Lala kuliah." Lanjutnya jadi merasa tidak enak hati. "Loh, kamu kuliah? Naik apa ke sana?" tanya Alex "Naik taksi Online," jawab Nella "Biar Om Edy saja antar kamu ke tempat kuliah," seru Alex tiba menyebutkan nama Edy. Sontak Edy menoleh arah Alex. Telinga Nella terdengar suara nama Edy, langsung melirik tanpa kedip, antara senang dan bahagia pun tidak masalah untuknya. "Beneran? Om Edy, yuk berangkat!" Ditarik lengan Edy tanpa izin darinya. Luna bisanya menggeleng kepala sedangkan Alex bakalan yakin keluarga Kusuma mempunyai warna kebahagiaan. Edy sebenarnya enggan untuk mengantar Nella, kalau bukan adil sepupunya ini mungkin sudah dimaki sama dia. Dalam perjalanan, Nella dan Edy tidak mengatakan sepatah kata dari mulut mereka, Nella melihat ponselnya di sosmed, di scroll i********: dan beberapa aplikasinya. Serasa bosan karena kemacetan di jalanan, Nella memutuskan untuk melihat ponselnya memilih arah pandangan di luar. Mendengus kasar seperti memiliki beban berton-ton. Edy melirik sejenak arah cewek barbar itu. "Om, berhenti di sana dulu, yuk!" pinta Nella meminta Edy menurutinya. "Untuk apa? Bukankah kamu kuliah?" tolak Edy, "Iihh... Bentar doang!" ngeyelnya, Edy mendengus kemudian membanting setir arah di mana Nella minta. Berhenti di salah satu tempat makanan unik, Nella turun, sedangkan Edy cukup menunggu di dalam mobil perhatikan cewek barbar itu sedang memilih Ice cream Alice. Lima menit kemudian Nella kembali membawa satu plastik transparan bungkusan berbeda warna. Di letakan di atas tempat depan duduknya. "Mau, Om!" diberikan rasa jagung, bentuknya pun jagung. "Di makan saja! Enggak beracun, kok, di jamin, enak!" lanjut Nella bantu bukakan Ice cream itu. Edy masih menatap bentuk Ice cream begitu unik banget. Bentuknya mirip jagung juga. Nella langsung sodokan ke mulut Edy, sontak Edy terkejut dinginnya bukan main itu Ice. "Jangan di lihati saja, Om! Sudah di bilang enggak ada racun. Palingan, racun di jantung Lala saja," senyum manis centil banget si Nella, bikin Edy makin Ieffiel saja. Pesan ✉ masuk dari ponsel Edy, seseorang tengah mengirim sesuatu kepadanya. Edy melihat lalu dimatikan kembali tidak di balasnya, menikmati Ice cream itu. Ternyata benar enak (pikirnya)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD