“Dokternya Bapak mau bicara sama Kakak, mengenai Bapak.” Reema menarik tubuhnya bersandar pada kursi, matanya menatap layar komputer di hadapannya. “Aku bicara sama Pakde Guntur ya, minta tolong.” Hanya pamannya yang akan bisa membantu Reema, mewakilinya ke rumah sakit untuk bicara dengan dokter. Reema bukan tidak mau datang, ia sulit menjelaskan jika keadaannya terikat dengan bosnya sendiri. Adnan tidak boleh tahu. Adnan terdiam sesaat, kemudian bertanya dengan nada pelan “sibuk banget ya, ka? Sampai enggak bisa gitu minta izin sebentar?” Reema langsung menoleh pada ruang kerja Dante, semua tergantung Dante, “iya, lagi enggak bisa ditinggal. Aku enggak enak bilang ke atasan, Ad. Jadi dibanding tunggu kakak yang enggak pasti kapan bisa ke rumah sakitnya, kakak minta tolong Pakde