Hari kedua, lalu ketiga… dan hari berikutnya pun yang Reema rasa, Dante tetap sama. Dingin. Nyaris asing dan bicara dengannya sepenuhnya, hanya mengenai pekerjaan. Bahkan tidak ada sikap secara pribadi yang biasanya ia sisipkan untuk Reema di sela-sela sibuknya. Tidak ada teguran saat ia sengaja bersikap kurang sesuai. Bahkan saat berdua dengan melangkah pun kini terasa jauh seakan Dante sengaja menciptakan dinding yang kokoh di antara mereka. Dan setiap malam, apartemen itu jadi saksi. Ranjang luas yang dulu terasa penuh oleh kehadiran Dante, kini hanya dingin menyelimuti Reema seorang diri. Ia menunggu. Berharap pintu akan terbuka, suara langkah pria itu masuk, lalu menginginkannya seperti biasa. Tapi yang datang hanya sepi. Ponsel tetap sunyi. Reema tetap menunggu tanpa kepastian. Sam