Crazy Rich Gabriel

2232 Words
Hanya berdiam diri dan merutuki nasibnya tidak akan menyelesaikan masalah. Dada Aubrey bergerak naik turun merasakan gejolak emosi di dadanya sambil melihat pecahan kaca dari arloji itu. Ia kemudian mulai menggerakan kakinya. Nyeri, kedua paha bagian dalamnya terasa kebas. Lengket diantara kedua kakinya membuatnya sangat tidak nyaman—bahkan ada rasa jijik menyadari bahwa dirinya telah disetubuhi oleh pria yang bahkan ia tidak tahu siapa. Dengan langkah tertatih, Aubrey kemudian memaksakan diri melangkah ke kamar mandi. Bahkan ketika membuka pintu kamar mandi itu, ia cukup terkejut sepersekian detik dengan kamar mandi yang cukup mewah ini. Bahkan besar kamar mandi ini hampir seukuran kamarnya. Lantai marmer putih ini terasa hangat ketika dipijak—entah karena ada pengatur suhu ruangan di kamar mandi ini atau bagaimana. Juga terdapat dinding kaca disamping bathup yang memperlihatkan pemandangan gedung-gedung megah pencakar langit serta jalanan kota Jakarta. Ada ruang sauna kecil didalam kamar mandi ini, bahkan ada televisi diatas bathup dan disiapkan sebotol wine serta gelas kaca di dekat bathup. Namun Aubrey tak memperdulikan fasilitas yang ada didalam kamar mandi ini. Ia langsung berkaca dan tercengang melihat pantulan dirinya di cermin. Ia langsung membekap mulutnya sendiri, isak tangis dirinya kembali terdengar di dalam kamar mandi ini. Cermin itu memantulkan dirinya dengan wajah biru dan hidung bengkak. Kedua matanya gelap dan ungu, rongga matanya bengkak dan sepasang mata yang indah dan biasanya selalu terlihat berbinar cerah nan indah kini berubah menjadi mata yang menyipit pada saat ini. Aubrey memandang pantulan dirinya sendiri di cermin dengan wajah memar yang mengingatkannya dengan perlakuan keji ibu tirinya yang memukulinya membabi buta seperti orang kesetanan. Jantungnya kini berdebar-debar karena teringat adegan pemukullan pada dirinya itu dan melihat dirinya menjadi seperti ini, bahkan hingga diperkosa, dia juga merasakan dendam yang teramat sangat. Aubrey memiringkan wajahnya, menatap dengan seksama wajah memarnya dan kemudian merintih kesakitan saat menyentuh wajah cantiknya itu. Kini ia hanya tak habis pikir, pria berengsek mana yang sangat lapar hingga dibutakan oleh napsu sehingga masih memiliki hasrat bercinta dengan wajahnya yang memar seperti ini?! pria itu seperti binatang buas yang tak punya otak! Aubrey memilih masuk kedalam bilik shower dan menggosok serta mencuci tubuhnya beberapa kali. Bahkan menyentuh dirinya sendiri kini ia merasa tak utuh lagi, tak suci lagi setelah seorang pria asing menidurinya. Bahkan ia menggosok tubuhnya dengan keras diiringi isak tangis hingga kulit tubuhnya terasa perih. Ia ingin noda-noda kemerahan bekas cumbuan seorang pria di tubuhnya ini kini menghilang! Namun rasanya sia-sia. Cumbuan itu berbekas di lehernya, dadaanya, bahkan di sela-sela pahanya. Sialan! Pria berengsek! Aubrey kemudian mengambil kimono handuknya dengan kasar dan melangkah keluar dari kamar mandi dengan geram. Baru saja ia keluar dari kamar mandi, langkahnya dibuat terhenti dan dirinya tersentak saat ada seorang gadis muda yang menawan dan cantik masuk ke kamarnya. Gadis itu tidak terlihat terkejut bertemu dengan Aubrey. Ia hanya melirik Aubrey tanpa menunjukan keperduliannya sedikitpun lalu melangkah kearah kasur. Melihat bantal serta kasur yang berantakan, gadis itu malah tertawa kejam. Setelah itu, dia mengangkat selimut dengan paksa dan melihat ada noda darah berbintik-bintik di seprai seputih salju itu. Wanita ia menggertakan giginya, terlihat tidak suka. “Seperti yang telah aku duga.” Lalu wanita itu kini benar-benar menatap Aubrey dengan tatapan meremehkan. “Kamu benar-benar menikmatinya semalam, huh?!” “Apa maksudmu?!” Aubrey balas bertanya tak terima. Banyak pertanyaan yang hendak keluar dari bibirnya, namun kemudian bibirnya dibuat mengatup lagi karena ada beberapa pelayan wanita masuk sambil mendorong troli berisi gantungan baju-baju yang bagus nan indah. Setelah troli, ada lagi pelayan yang masuk membawakan kotak-kotak dari brand ternama kelas atas. Pelayan itu lalu membukanya, membuat Aubrey mengernyit karena ia melihat sepasang sepatu wanita yang indah, satu set make-up, kotak berisi tas hermes dan kotak perhiasan pandora. “Itu semua untukmu.” Gadis itu tadi mengedikkan dagunya kearah semua kotak mewah itu. Lagi-lagi ia hanya menatap Aubrey meremehkan dan kemudian melenggang keluar tanpa mau berinteraksi lagi dengan Aubrey, seolah Aubrey benar-benar wanita murahan yang menjijikkan. “Mari saya bantu untuk berganti baju dan berhias, nona.” Ucap salah satu pelayan itu sambil menutup pintu. “Tidak perlu!” Jawab Aubrey dengan ketus, ia melangkah melewati semua barang mewah itu dan memunguti bajunya—yang sayangnya sudah robek karena ulah pria buas itu. “Lebih baik aku memakai bajuku sendiri daripada memakai pakaian dari orang yang bahkan tidak aku kenal!” “Anda yakin?” seorang pelayan wanita yang terlihat sudah cukup berumur terlihat berwibawa sekali dari wajahnya dan nada bicaranya, seperti wanita tua itu adalah atasan dari pelayan-pelayan yang ada di kamar ini. “Baju yang Anda pegang sudah tidak layak pakai lagi.” Aubrey hanya bergeming, karena ucapan wanita tua itu benar. “Pakailah baju yang sudah disiapkan ini. Setidaknya bisa untuk menutupi tubuh Anda.” Wanita itu lalu memilihkan sebuah dress panjang yang tertutup. “Sepertinya dress ini cocok untuk Anda.” Tanpa kata-kata Aubrey mengambil baju itu. “Tapi aku tetap tidak sudi memakai semua barang itu walaupun gadis tadi bilang kalau ini semua untukku!” Pelayan tua itu hanya tersenyum tipis dan mengangguk. “Mau saya bantu untuk berganti baju, Nona?” “Tidak perlu.” Jawab Aubrey dan ia kembali masuk ke kamar mandi. Seusai berganti baju, Aubrey membuka lagi pintu kamar mandi dan terheran-heran melihat kamarnya yang kini sudah kosong. Tidak ada lagi pelayan dan barang-barang mewah itu. Tak lama kemudian, tiba-tiba ada ketukan di pintu. Aubrey terkejut, dia berjalan kearah pintu dan membukanya dengan takut-takut. Mata Aubrey melebar ketika ia kini melihat seorang pria tua yang mengenakan setelan jas kerja yang rapi. “Siapa kamu? apa yang kamu lakukan disini?!” tanya Aubrey dengan penuh waspada, bahkan ia tak membuka pintu kamarnya sepenuhnya, ia benar-benar jadi trauma pada lelaki. “Saya disini untuk mengucapkan terimakasih atas nama tuan muda. Karena Anda adalah penyalamat hidupnya.” Pria diluar pintu itu berkata dengan hormat dan sopan. Belum selesai dengan keterkejutannya dan tepat ketika Aubrey mendengar kata “terimakasih”, pria itu mengulurkan tangan dan membuka pintu kamar Aubrey semakin lebar. Dengan isyarat cepat, Aubrey melihat pria diluar pintu itu memberi isyarat kepada dua pengawal berpakaian hitam di belakangnya agar pengawal itu segera masuk. “Hei, apa yang kamu lakukan?!” Aubrey berteriak, wajahnya tegang dan menjadi pucat karena ketakutan. “Jangan panik, nona, kami baru saja ingin memastikan bahwa tuan muda saya benar-benar bermalam di kamar ini kemarin.” Pria tua itu masih sopan. “Tuan mudamu?” Mata Aubrey melebar. Pada saat itu, dua pengawal berjalan keluar dengan cepat setelah menyisir area kamar. Satu pengawal pria memegang jas yang tadi tertinggal di kamar ini dan satu pengawal pria lainnya memungut arloji yang pecah itu lalu membawanya keluar. Pria tua itu lalu melihat keadaan kamar dan memastikan lagi semuanya sudah beres. Pria tua itu lalu menunduk hormat pada Aubrey dan menyerahkan kartu nama kepada Aubrey. “Ini kartu nama tua muda saya. Selamat, tuan muda akan membantu Anda mewujudkan keinginan apapun yang Anda ingin miliki.” “Siapa nama tuan mudamu?” Aubrey masih ragu-ragu, tetapi ia pada akhirnya mengulurkan tangan dan mengambil kartu nama itu. “Gabriel Sebastian.” Pria itu menyebut nama tuannya dengan jelas. Dan tubuh Aubrey langsung limbung setelah mengetahuinya. Ia kini benar-benar tercengang! *** Gabriel Sebastian. Aubrey tahu mengenai profil Gabriel Sebastian. Ayah pria itu masuk kedalam tujuh orang terkaya di Asia Tenggara dan kini Gabriel Sebastian termasuk kedalam konglomerat multinasional dengan bisnis dibidang energi, petrokimia, tekstil, ritel dan juga kompleks pengolahan minyak terbesar di Asia. Jika pernah membaca novel atau menonton film Crazy Rich Asians, maka Gabriel termasuk crazy crazy rich asians! Ya, kekayan keluarga Gabriel Sebastian memang sangat gila. Maka dari itu Aubrey sampai limbung ketika memegang kartu nama Gabriel. Dirinya kini tahu bahwa ia berada di salah satu penthouse milik pria itu yang ada di Jakarta. “Biasanya tuan muda tidak ke Indonesia, hanya beberapa hari ini berada di Jakarta untuk menemui mamanya.” Ucap pria tua yang memberikan kartu namanya tadi. Aubrey tidak berkomentar apapun, ia hanya mengikuti langkah pria tua itu—yang kemudian Aubrey ketahui bahwa pria itu merupakan sekertaris keluarga Gabriel yang menjadi kepercayaan Gabriel sejak kecil hingga kini. Aubrey sering kali salah fokus melihat interior mewah penthouse ini. Bahkan ini baru pertamakalinya ia menginjakkan kaki di sebuah penthouse. Pria itu membawa Aubrey ke sebuah ruang makan dengan meja panjang yang sudah tersusun rapi berbagai macam hidangan diatas meja itu. “Silahkan menikmati sarapan Anda, nona.” Ucap pria itu setelah menarikkan kursi untuk Aubrey. “Kamu tidak ikut makan?” Pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. “Tentu tidak makan disini. Ini semua fasilitas yang tuan muda berikan untuk Anda.” “Tapi ini terlalu banyak…” “Tentu tidak, nona. Berbagai menu disiapkan agar Anda merasa senang dan tidak bosan dengan makanan ini. Atau ada makanan khusus yang Anda inginkan? Chef kami akan segera membuatkannya untuk Anda.” “Tidak perlu.” Aubrey malah merasa terlalu berlebihan akan hal itu. “Kapan aku bisa pergi dari sini?” “Tuan muda berpesan Anda harus sarapan terlebih dahulu, berpenampilan baik dan rapi sebelum pergi dari sini.” Lagi-lagi Aubrey kembali bergeming. Ia menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan semua emosinya. Pria itu, Gabriel Sebastian seolah bersikap baik padanya dan memberikan semua yang Aubrey inginkan. Tapi pria itu jelas sudah memperkosanya semalam! “Kamu bilang kalau tuan mudamu itu akan mengabulkan semua permintaanku, bukan?” pancing Aubrey. Sekertaris itu mengangguk. “Betul, nona.” “Kalau begitu aku punya keinginan.” “Apa itu?” Aubrey menggerakan tangannya, menyuruh sekertaris Gabriel mendekat kearahnya dan ia membisikkan keinginannya. Sebuah keinginan yang membuat sekertaris itu cukup terkejut dan menegakkan tubuhnya. “Sstt.” Aubrey meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. “Tentu bisa kan mengabulkan permintaanku?” “Baik, nona. Akan saya kabulkan permintaan Anda.” *** Ada sebuah taman yang menghubungkan dengan kolam renang di penthouse mewah ini. Wanita bernama Aubrey itu tidak tahu jika sebenarnya Gabriel masih berada di satu bangunan yang sama dengannya. Gabriel sengaja tidak ingin bertemu dan memberi ruang pada gadis polos yang ia ambil mahkota berharganya itu tadi malam. Gabriel sangat ingat semalam ia berada di suasana hati paling kacau dan seringkali Gabriel melampiaskan suasana hatinya yang buruk itu pada s*x dan alkohol. Bukan hal yang baik memang. Tapi terkadang bercinta dengan wanita cantik dalam kondisi mabuk cukup membuat perasaan hati Gabriel jadi membaik. Namun biasanya Gabriel selalu memilih sendiri teman kencan yang berakhir menjadi teman tidurnya. Tapi berbeda dengan tadi malam, ia terlalu mabuk dan kesal untuk mencari teman kencan yang bisa diajak minum. Dia bahkan tak sadar koleganya menghubungi mami dari para wanita-wanita malam itu. Jelas bukan level Gabriel untuk bercinta dengan wanita yang bahkan ia tidak tahu asal-usulnya. Selama ini teman kencannya—yang menjadi teman tidur selalu berasal dari kalangan sosialita, aktris, penyanyi, model serta sekertarisnya memberikan Gabriel biodata lengkap teman kencannya. Tapi malam itu semuanya berbeda, wanita cantik dengan wajah lebam yang entah darimana itu sudah berada di kamar penthouse-nya. Mabuk berat yang dirasakan Gabriel membuatnya merasa panas, gairah napsunya naik melihat seorang wanita cantik nan seksi diatas kasurnya. Wanita itu sempat setengah sadar dan berusaha mendorong tubuh Gabriel kala itu, tapi penolakan dari Aubrey malah membuatnya semakin bergairah dan ia melepaskan seluruh baju dari tubuh Aubrey dengan kasar. Gabriel mencumbu tiap inci kulit putih Aubrey yang lembut itu dengan kasar, meninggalkan bercak merah keunguan di setiap tubuhnya, tangannya bergerilya diatas tubuh Aubrey tanpa kelembutan. Sampai milik Gabriel memasuki milik Aubrey dengan keras, tanpa perasaan, namun Gabriel sempat terhenti ketika tubuh Aubrey tersentak dan wanita itu melenguh saat milik Gabriel berasa menembus selaput dara wanita itu. Gabriel memang sudah bercinta berkali-kali dengan banyak wanita, namun ini pertama kalinya ia bercinta dan merenggut mahkota berharga seorang wanita yang ternyata masih polos. “Wanita itu akan segera pulang, tuan.” Ucap Caitlyn—sekertaris pribadi Gabriel yang tadi menghampiri Aubrey di kamar. Gabriel yang sedang melihat pemandangan kota sembari merokok langsung mematikan rokoknya. Ia meninggalkan Caitlyn begitu saja dan melangkah mendekati pintu koridor yang menghubungkan dengan bagian dalam penthouse. Gabriel hanya berdiri disana, menatap Aubrey yang melangkah melewati taman bersama sekertaris keluarganya yang sedari tadi mengawal Aubrey. Gabriel kira wanita itu tak akan sadar jika ia memperhatikannya dari arah taman. Tapi wanita itu sadar, Aubrey menengok kearah taman dan pada saat itu pandangan mereka bertemu walaupun Aubrey tak bisa melihat dengan jelas wajah Gabriel karena pintu koridor itu tertutupi dengan kain tirai putih yang tipis. Seperti adegan film yang diperlambat, hembusan angin yang datang dari arah luar menghempaskan beberapa tirai putih itu hingga terbuka. Hingga Aubrey berhenti melangkah dan melihat sekilas figur pria yang telah merenggut keperawanannya tadi malam dengan kasar. Pada akhirnya Gabriel dapat melihat wajah Aubrey secara sekilas. Wajah serta penampilan wanita itu lebih baik dari semalam saat Gabriel tidur dengannya. Tubuh polos indah yang penuh lebam semalam kini sudah tertutupi dengan gaun pilihan Gabriel. Singkat kata, wanita itu cantik. “Ayo, nona.” Ucap sekertaris keluarga Gabriel. Ingin rasanya Aubrey berlari kearah taman dan memukul pria itu sekuat tenaga saat ini juga. Tapi dadanya terasa sesak hingga tak mampu melangkah lagi. Energinya serasa sudah habis. Lagipula ia merasa sia-sia jika memukul atau memaki Gabriel. Mahkota dalam dirinya sudah direnggut oleh pria itu dan Gabriel adalah pria penuh kuasa, yang ada Aubrey bisa saja di penjarakan karena menganiaya konglomerat multinasional itu—sang crazy crazy rich asians. Aubrey memutuskan melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Gabriel dan sekaligus meninggalkan semua kenangan buruknya. --- Follow me on IG: segalakenangann
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD